Tekanan persaingan memberi jalan berbeda bagi dua ganda putra usai Olimpiade Tokyo 2020. Kevin/Marcus yang gagal di Tokyo lolos ke empat final, sedangkan Lee Yang/Wang Chi Lin justru terbeban oleh medali emas di Tokyo.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kompetisi setelah Olimpiade Tokyo 2020 memberi tekanan pada dua ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Lee Yang/Wang Chi Lin. Kedua pasangan yang bertemu pada laga Grup A turnamen bulu tangkis Final BWF World Tour, melaluinya dengan jalan berbeda.
Kevin/Marcus mendapat tekanan karena tersingkir pada perempat final Olimpiade meski berstatus nomor satu dunia dan favorit juara. Sebaliknya, Lee/Wang mendapat tekanan justru karena mereka meraih medali emas di Tokyo.
Selepas Olimpiade, yang digelar 23 Juli-8 Agustus 2021, kepercayaan diri dan penampilan Kevin/Marcus membaik dengan meraih dua gelar juara, Hylo Terbuka dan Indonesia Terbuka, dari empat final beruntun. Sebelum tampil pada Final BWF di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, 1-5 Desember, Kevin/Marcus menang 24 kali dari 28 pertandingan (85,7 persen) setelah Olimpiade.
Hasil berbeda didapat Lee/Wang, yang dominan pada awal tahun karena tak terkalahkan dalam tiga turnamen (15 pertandingan) di Thailand, sebelum bersaing di Tokyo 2020. Ganda putra peringkat ketiga dunia itu hanya bertanding dalam sepuluh laga dengan tujuh kemenangan (70 persen) setelah Olimpiade.
Mereka tampil dalam Piala Thomas, kalah pada babak kedua Denmark Terbuka, perempat final Indonesia Masters, dan babak kedua Indonesia Terbuka. Dua turnamen terakhir, ditambah Final BWF, termasuk rangkaian turnamen Festival Bulu Tangkis Indonesia di Bali.
Sebelum tampil di Indonesia Terbuka, Wang bercerita bahwa tekanan yang dirasakan setelah Olimpiade sangat berat. ”Bagi publik Taiwan, peraih medali emas Olimpiade tidak boleh kalah. Tetapi, kami tidak bisa mengontrol setiap pertandingan,” katanya.
Kami sudah tidak memikirkan kekalahan di Olimpiade. Kini hanya berusaha fokus untuk turnamen ini dan menjaga kondisi karena persaingan di grup kami cukup berat.
Kondisi berbeda dialami Kevin/Marcus yang kian percaya diri, termasuk ketika bertemu Lee/Wang, Rabu (1/12/2021). Mereka membuka penampilan dengan kemenangan, 25-23, 21-19.
Meski datang dengan status juara Olimpiade, dengan mengalahkan Kevin/Marcus pada penyisihan grup di Tokyo, Lee/Wang menilai mereka tidak lebih baik dari lawan. ”Kami malah jadi penantang dalam laga tadi, jadi sebenarnya beban tidak terlalu besar. Tetapi, saya sangat kelelahan pada gim kedua sehingga sering membuat kesalahan,” komentar Wang.
Kevin sangat lega dengan kemenangan dua gim, apalagi persaingan Grup A ganda putra lebih berat daripada Grup B. Selain Kevin/Marcus dan Lee/Wang, grup itu terdiri atas Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark) yang mengalahkan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India), 21-16, 21-5.
”Kami sudah tidak memikirkan kekalahan di Olimpiade. Kini hanya berusaha fokus untuk turnamen ini dan menjaga kondisi karena persaingan di grup kami cukup berat,” ujar Kevin yang akan melawan Rankireddy/Shetty, Kamis.
Format round robin pada penyisihan grup membuat setiap poin menjadi berharga untuk menentukan posisi klasemen. Hanya dua peringkat teratas, dari empat wakil pada setiap grup di masing-masing nomor, yang berhak lolos ke semifinal.
Kemenangan juga didapat wakil Indonesia lainnya, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, atas Rawinda Prajongjai/Jongkolphan Kittitharakul (Thailand), 21-15, 21-12, pada Grup A ganda putri. Namun, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti kalah.
Meski bisa tampil lebih baik dibandingkan dengan dua turnamen sebelumnya, Praveen/Melati harius mengakui keunggulan juara bertahan, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), 14-21, 21-10, 11-21, pada Grup B.
Final BWF ini menjadi kesempatan terakhir bagi Praveen/Melati membuktikan diri pada Festival Bulu Tangkis Indonesia setelah tampil buruk pada Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka. Mereka tersingkir pada babak pertama Indonesia Masters dan babak kedua Indonesia Terbuka.
Cedera tunggal putra
Padatnya jadwal turnamen sejak rangkaian turnamen di Eropa, September, kembali memunculkan pemain cedera hingga mengundurkan diri dari turnamen. Dua tunggal putra, Kento Momota (Jepang) dan Rasmus Gemke (Denmark), tak bisa melanjutkan penampilan setelah mundur saat bertanding. Keduanya berada di Grup A.
Momota mundur saat skor 1-1 ketika melawan Lakhsya Sen (India), sedangkan Gemke ketika tertinggal 1-5 dari rekan senegara, Viktor Axelsen. Sesuai peraturan, pemain yang cedera pada satu pertandingan tak boleh melanjutkan penampilan dalam laga lainnya.
Dengan demikian, Axelsen dan Sen dipastikan lolos ke semifinal dan pertemuan mereka, Kamis, akan menentukan status juara dan peringkat kedua grup. Berbeda dengan turnamen akhir musim di tenis, yaitu Final ATP dan WTA, Final BWF tidak memberlakukan pemain cadangan untuk menggantikan mereka yang cedera.
”Saya mengalami cedera punggung sejak bermain di Perancis Terbuka dan rasa sakitnya bertambah buruk. Semoga saya bisa pulih untuk Kejuaraan Dunia,” kata Momota.
Banyak pemain cedera hingga mundur dari turnamen menjadi warna sejak rangkaian turnamen di Eropa. Di Denmark Terbuka, sebanyak 10 pemain mengundurkan diri, lalu enam wakil di Perancis Terbuka, dan masing-masing tiga wakil pada Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka.