Mabes TNI AD menggelar Kejuaraan Catur Internasional Piala KASAD 2021. Ajang ini diharapkan turut menjadi wadah mengasah kembali mental pecatur nasional dalam berkompetisi secara tatap muka.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Markas Besar TNI Angkatan Darat menyelenggarakan Kejuaraan Catur Internasional Piala KASAD 2021 di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Minggu (28/11/2021). Grand Master Susanto Megaranto tampil sebagai juara pada kelas internasional setelah mengumpulkan enam poin dari tujuh babak sistem Swiss.
Kejuaraan ini dinilai sebagai wadah mengembalikan mental berkompetisi reguler para pecatur nasional. Sebab, pada masa pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun terakhir, pecatur nasional sangat kurang berlaga secara tatap muka dan lebih banyak bertarung secara daring.
Kejuaraan daring dinilai membuat mental pecatur tumpul karena tidak menghadapi lawan secara langsung. ”Bertanding secara daring itu berbeda sekali dengan tatap muka. Kalau daring, kita tidak mendapatkan suasana kompetisi sesungguhnya karena kita tidak perlu menjaga fisik untuk duduk di depan meja pertandingan, tidak berjumpa lawan secara langsung, dan tidak harus mengendalikan psikologis di tengah riuh suasana pertandingan,” ujar pecatur nasional Grand Master Internasional (GM) Susanto Megaranto usai menjalani laga babak pertama dari tujuh babak kejuaraan tersebut.
Susanto mengatakan, selama pandemi Covid-19, praktis hanya ada empat kejuaraan nasional terbuka atau kelas senior. Itu adalah Turnamen Catur Terbuka Piala Ketua DPR RI 2019 di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat pada 23 Maret 2019, Turnamen Catur Nasional Indonesia Master memperebutkan Piala Ketua MPR dan Menpora 2021 di Gedung DPR RI pada 19 Juni 2021, serta Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 pada 2-15 Oktober 2021 sebelum Kejuaraan Piala KASAD ini.
Susanto memang sempat ikut Piala Dunia Catur 2021 di Shoci, Rusia medio Juli tetapi dirinya mesti menghentikan laga di putaran kedua karena dinyatakan positif Covid-19. Selebihnya, dia dan rekan-rekan pecatur nasional lebih banyak aktif bermain di kejuaraan-kejuaraan daring level nasional maupun internasional.
Menurut Susanto, adanya tiga kejuaraan tatap muka di tahun ini, termasuk Kejuaraan Piala KASAD menjadi angin segar untuk pecatur nasional sebelum menghadapi ajang internasional yang mulai kembali pada tahun depan. Salah satu paling bergengsi, Susanto dan rekan-rekannya di pemusatan latihan nasional akan berpartisipasi dalam SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022.
Dengan adanya kejuaraan tatap muka, lanjut Susanto, pecatur nasional bisa mengasah lagi kemampuan berkompetisi secara langsung. Kalau tidak dibiasakan, mereka pasti kaget menjalani laga non daring. ”Secara pengetahuan atau ilmu catur, bermain daring maupun tatap muka teorinya sama saja. Namun, suasana bertanding daring dan secara langsung sangat bertolak belakang. Tidak sedikit pecatur, yang hebat bermain daring justru kurang baik bermain non daring. Itu karena mentalnya tidak siap,” kata pecatur berusia 34 tahun ini.
Maka itu, Susanto menuturkan, dirinya berharap pecatur nasional lebih sering diberikan kesempatan mengikuti kejuaraan tatap muka seusai Kejuaraan Piala KASAD ini. Apalagi SEA Games 2021 tidak lama lagi digelar.
”Rencananya, pada awal bulan Desember ini, kami para pecatur pelatnas bakal ikut uji coba pertandingan di Barcelona, Spanyol. Semoga setelah itu, ada kejuaraan-kejuaraan internasional lainnya yang bisa kami ikuti. Semakin sering ikut kejuaraan, itu akan semakin baik untuk menambah jam terbang,” tutur pecatur asal Indramayu, Jawa Barat ini.
Ketua Komisi Catur Sekolah Pengurus Besar Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Hendry Jamal menerangkan, dampak nyata dari minimnya kejuaraan secara langsung terlihat pada Kejuaraan Nasional Catur Yunior 2021 di Belitung, Provinsi Bangka-Belitung pada 20-26 November 2021. Sejumlah pecatur muda mengaku cepat pusing dalam menjalani laga non-daring.
”Kalau main daring, mereka bisa dengan ponsel sambil tidur atau santai dan tinggal sentuh layar untuk menggerakkan bidak catur tanpa menekan tombol waktu. Kalau main tatap muka, mereka harus duduk yang bisa berjam-jam kalau laga catur standar. Mereka pun mesti menggerakkan bidak catur dan menekan bidak catur. Selain itu, mereka perlu mengendalikan diri menghadapi lawan di hadapannya dan kadang kala ada suara berisik di lokasi pertandingan. Kalau tidak terbiasa, itu pasti berpengaruh buruk ke performa,” terang Hendry.
Kejuaraan berhadiah terbesar
Adapun Kejuaraan Piala KASAD 2021 menjadi turnamen selesai dalam satu hari dengan total hadiah terbesar yang pernah ada di Indonesia, yakni mencapai Rp 500 juta. Gelaran itu juga sangat menjaga kualitasnya, antara lain mempertandingkan tujuh kategori.
Kategori utama atau paling bergengsi ialah master internasional. Enam kategori lainnya sebagai pendamping, yakni master nasional, non master, yunior 14 tahun, yunior 14-19 tahun, kelompok PATI Kostrad, dan PATI Non Kostrad. Total, ada 182 pecatur yang berpartisipasi, termasuk 24 pecatur internasional.
Pecatur internasional yang ikut serta, antara lain GM Susanto Megaranto, GM Novendra Priasmoro, dan GM Cerdas Barus. Ada pula 16 master internasional putra dan lima master internasional putri. Semua peserta berlaga dalam turnamen sistem Swiss tujuh babak dengan waktu berpikir 10+2 menit atau catur cepat. Pertandingan berlangsung dari sekitar pukul 10.30 hingga 21.00.
Ketua Umum PB Percasi Utut Adianto menyampaikan, dirinya berharap semakin banyak sponsor yang menggelar kejuaraan berkelas atau berkualitas di Indonesia. Itu diharapkan bisa mengangkat kembali geliat kompetisi catur nasional, terutama seperti era 1990-an.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengutarakan, dalam dunia olahraga, tidak bisa semata-mata dibangun oleh induk cabang olahraga bersangkutan. Dia menilai patut ada keberpihakan atau sinergisitas dengan pihak lain. Untuk itu, adanya dukungan Mabes TNI AD atau KASAD untuk menggelar kejuaraan itu dianggap sebagai sesuatu yang positif.
Kesempatan itu wajib dioptimalkan oleh PB Percasi untuk menjaring atlet muda dan membina atlet nasional agar kelak bisa semakin bersaing di level internasional. ”Kami paham bahwa jam terbang sangat penting untuk perkembangan atlet. Tanpa dukungan itu, sulit melahirkan atlet andal,” ungkap Bambang.
Kami paham bahwa jam terbang sangat penting untuk perkembangan atlet. Tanpa dukungan itu, sulit melahirkan atlet andal.
Kepala Staf TNI AD (KASAD) Jenderal Dudung Abdurachman mengatakan, kejuaraan ini menjadi bagian upaya TNI AD untuk kian memasyarakatkan olahraga. Catur dipilih karena memiliki banyak manfaat untuk komunitas TNI AD maupun masyarakat umum. Bagi TNI AD, catur bisa mengasah otak prajurit agar lebih jelih dalam mengatur strategi di lapangan.
Untuk masyarakat, terutama generasi muda, catur bisa meningkatkan kecerdasan dan mengisi waktu yang positif guna menghindari pengaruh dari kelompok-kelompok tertentu yang tidak bagus. ”Ke depan, tak cuma catur, kami akan melaksanakan kejuaraan dari cabang olahraga lainnya karena aktivitas olahraga turut menjadi bagian membangun jiwa nasionalisme masyarakat,” tegasnya.