Setelah melewati dua tahun tanpa kejuaraan, para lifter muda bisa merasakan lagi atmosfer kompetisi di Kejurnas Remaja dan Yunior. Mereka langsung menunjukkan kemampuan terbaiknya dari hasil latihan dan mengukir rekor.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Para lifter masa depan nasional langsung melesat, mengeluarkan kemampuan terbaiknya pada Kejuaraan Nasional Angkat Besi Remaja dan Yunior 2021 di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Ajang yang digelar pada 21-24 November itu ibarat oase bagi para lifter muda nasional di tengah keringnya kompetisi akibat pandemi Covid-19.
”Penampilan para lifter muda ini cukup mengejutkan. Meski tidak ada kompetisi dua tahun terakhir, hal itu tidak menurunkan performa mereka,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Hadi Wihardja ditemui di sela-sela kejuaraan itu, Senin (22/11/2021).
Setidaknya dua rekor nasional remaja dan tiga rekornas yunior terukir pada kejurnas itu. Dua rekornas remaja dipecahkan lifter asal Lampung, Muhammad Husni (16), pada clean and jerk dan total angkatan di kelas 55 kilogram pada Minggu (21/11/2021). Ia mengangkat beban 126 kg atau 10 kg di atas rekor sebelumnya, yaitu 116 kg, milik lifter asal Bengkulu, Muhammad Ramdhan, yang diukir pada Kejuaraan Antar-PPLP di Lampung tahun 2019.
Selain itu, Husni juga sukses mencapai total angkatan 227 kg. Capaian itu melampaui rekor sebelumnya, yaitu 212 kg, yang diukir Ramdhan pada 2019.
Husni juga memecahkan dua rekornas yunior. Angkatan clean and jerk atlet binaan Padepokan Angkat Besi Gajah Lampung itu lebih baik dari rekor sebelumnya, yaitu 125 kg, yang diukir lifter Lampung, Andrean Putra Albin, pada Kejuaraan AJC 2019 di Pyongyang, Korea Utara. Total angkatan Husni pun lebih baik dari rekor Andrean seberat 223 kg.
Satu rekor yunior lainnya dipecahkan lifter putri Lampung, Adelia Prasasti (18), di kelas 45 kg untuk angkatan clean and jerk. Adelia mengangkat beban seberat 86 kg atau 1 kg di atas rekor sebelumnya, yaitu milik Riska Nur Amanda (Kalimantan Selatan), seberat 85 kg dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2019 di Jakarta.
”Capaian itu bukti pembinaan terus berjalan di daerah. Para lifter, terutama yang muda, tetap tekun berlatih dan haus kompetisi,” kata Hadi.
Pada Senin, penampilan para lifter muda tidaklah kalah meyakinkan meskipun tidak ada rekornas lainnya yang diukir. Kendati demikian, sebagian besar lifter bisa memperbaiki rekor pribadinya. Hal itu, antara lain, ditunjukkan lifter putri Jawa Timur, Amel Candra Novitasari (14), di kelas 59 kg.
Amel mampu memperbaiki rekor pribadinya di angkatan snatch, yaitu dari 68 kg menjadi 71 kg. Rekor pribadinya di angkatan clean and jerk juga naik, dari 80 kg menjadi 81 kg. Kedua rekor sebelumnya itu dibuat dalam latihan pada tahun ini.
Berlinang air mata
Amel, salah satu peserta termuda, tampak haru dengan berlinang air mata seusai memperbaiki rekor pribadinya dan meraih medali emas. ”Tadi, di angkatan terakhir, saya ingin mempertajam rekor clean and jerk menjadi 84 kg. Clean-nya mulus, tapi jerk-nya pusing,” ujar lifter asal Pacitan, Jatim, itu.
Terlepas belum tercapainya target angkatan itu, Amel bersyukur dengan digelarnya kejurnas. Berkat kejurnas, lifter yang mulai berlatih angkat besi sejak umur 8 tahun itu memiliki wadah untuk mengevaluasi hasil latihannya selama ini.
Mungkin, nanti, kejuaraan dibuat per zona, seperti zona Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Tujuannya, agar kompetisi bisa lebih rutin karena lebih mudah mengelolanya (dengan sistem zonasi).
”Selama pandemi, dua tahun (terakhir) ini, tidak ada kejuaraan remaja sama sekali. Tapi, saya terus berlatih. Memang, kadang ada rasa jenuh. Akan tetapi, saya tetap bertekad untuk latihan sebab saya punya mimpi masuk ke pelatnas dan mendapatkan medali Olimpiade, seperti idola saya, Eko Yuli Irawan,” ujar Amel yang lahir dari keluarga petani.
Akibat minimnya kejuaraan, Natasya Beteyob, lifter putri Papua yang sejatinya telah berkategori senior, rela berpartisipasi dalam kejurnas itu. Atlet 21 tahun itu turun di kelas 59 kg yunior. Dia naik empat kelas dari nomor keahliannya, 55 kg. Padahal, bobot badannya sesungguhnya hanya 55,40 kg.
Namun, penampilannya cukup baik, yakni mencatat snatch 84 kg dan clean and jerk 105 kg. Capaian itu jauh lebih baik dari rekor pribadinya ketika merebut perak 55 kg di Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Saat itu, ia meraih angkatan snatch 83 kg sekaligus rekor PON dan clean and jerk 103 kg.
”Tadi, rencananya ikut 59 kg. Tapi, saat timbang berat badan, bobot saya masih 55,40 kg yang harusnya tampil di 55 kg. Karena sudah mendaftar di 59 kg, jadi saya tetap tampil di kelas itu. Tapi, hasil itu membuktikan bahwa saya bisa lebih baik dari PON lalu,” kata lifter kelahiran Jayapura, Papua, tersebut.
Menambah jam terbang
Natasya mengatakan, dirinya mengikuti kejuaraan itu karena ingin menjaga performa seusai PON Papua, apalagi di daerah asalnya minim kompetisi. Sejak berlatih angkat besi pada 2014 hingga saat ini, dia baru mengikuti tiga kejuaraan, yakni Pra-PON Jawa Barat 2016 di Soreang; Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2017 di Semarang, Jawa Tengah; dan PON Papua.
”Walaupun sudah senior, saya tetap ikut kejuaraan ini untuk menambah jam terbang. Saya ingin menjaga performa saya sehabis PON. Setelah ini, saya berharap PB PABSI bisa lebih rutin lagi menggelar kejuaraan, terutama di level senior. Ini penting untuk menambah jam terbang atlet daerah, apalagi kami bercita-cita bisa masuk pelatnas dan ikut kejuaraan internasional,” katanya.
Ibrahim, pelatih angkat besi Papua, berkata, sesungguhnya banyak lifter potensial di daerah, terutama dari Papua. Namun, bakat itu kurang terpantau karena minimnya kejuaraan. Kondisi itu kian parah akibat pandemi yang membuat banyak kejuaraan ditunda.
”Saat ini kita bisa kembali menggelar kompetisi. Semoga ini bisa terus konsisten, terutama bisa dilaksanakan di Papua yang memiliki fasilitas layak (hasil) warisan PON (Papua),” ucapnya.
Adapun Hadi, mewakili PB PABSI, mengapresiasi tingginya antusiasme atlet, pelatih, dan pengurus provinsi dalam mengikuti kejurnas itu. PABSI berkomitmen menjaga konsistensi kejuaraan itu pada masa depan.
”Mungkin, nanti, kejuaraan dibuat per zona, seperti zona Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Tujuannya, agar kompetisi bisa lebih rutin karena lebih mudah mengelolanya (dengan sistem zonasi),” ucap Hadi.