Tanpa gelar dari turnamen pertama di Festival Bulu Tangkis Indonesia, tuan rumah alihkan fokus pada turnamen kedua dengan mengandalkan semangat untuk mengatasi kelelahan fisik.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Posisi runner up ganda putra menjadi hasil terbaik Indonesia dalam turnamen Indonesia Masters. Dengan semangat yang tetap utuh, meski fisik telah terkuras, tim tuan rumah menatap turnamen berikutnya, Indonesia Terbuka, untuk hasil yang lebih baik.
Hasil itu didapat ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, satu-satunya wakil Indonesia pada final Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750. Dalam final di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Minggu (21/11/2021), mereka kalah dari Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), 11-21, 21-17, 19-21.
Seri pertama turnamen dalam Festival Bulu Tangkis Indonesia ini pun dikuasai Jepang yang menjuarai tiga nomor. Selain Hoki/Kobayashi, gelar lain didapat Nami Matsuyama/Chiharu Shida (ganda putri) dan Kento Momota (Jepang).
Gelar juara tunggal putri diraih An Se-young (Korea Selatan) yang mengalahkan unggulan pertama, Akane Yamaguchi (Jepang), 17-21, 19-21. Adapun ganda campuran dijuarai Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai yang menang atas Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hongkong), 21-11, 21-12.
Hampir semua finalis harus menahan lelah setelah mengikuti rangkaian turnamen di Eropa selama dua bulan, sejak pekan terakhir September. Dua finalis, yaitu Puavaranukroh/Taerattanachai dan Kevin/Marcus, termasuk atlet yang mengikuti lima turnamen beruntun di Eropa, yaitu Piala Sudirman, Piala Thomas dan Uber, Denmark Terbuka, Perancis Terbuka, dan Hylo Terbuka di Jerman.
Berselang sembilan hari setelah itu, mereka dihadapkan pada Festival Bulu Tangkis Indonesia, yaitu Indonesia Masters (16-21 November) dan SimInvest Indonesia Terbuka (23-28 November). Kedua pasangan juga lolos sebagai delapan pemain/pasangan terbaik setiap nomor pada Final BWF pada 1-5 Desember.
Saya rasa, fisik mereka di sini tinggal 60-70 persen dari kondisi terbaik mereka. Tetapi, pemain yang sudah tampil sejak di Eropa ini masih punya semangat.
”Memang cukup melelahkan dan bosan dengan jadwal seperti ini, apalagi saya bermain di dua nomor. Saya berusaha beristirahat dengan baik, dan makan yang banyak. Untuk rasa bosan biasanya akan hilang saat bertanding,” ujar Taerattanachai, yang sehari sebelumnya bermain selama total 2 jam 13 menit pada semifinal ganda campuran dan ganda putri.
Dalam final, ganda campuran peringkat keempat dunia tersebut cukup beruntung karena lawan tidak bermain baik, seperti ketika mereka tampil pada semifinal. Puavaranukroh/Taerattanachai pun juara setelah menjalani laga selama 36 menit, yang menjadi final tercepat.
Sementara itu, Kevin/Marcus harus menahan lelah lebih lama karena mendapat perlawanan ketat Hoki/Kobayashi. Kalah dalam irama permainan cepat sejak awal, mereka pun kesulitan keluar dari tekanan lawan pada gim pertama. Hampir sepanjang gim ini, Kevin/Marcus akhirnya hanya bisa bertahan.
”Dari awal, kami tertekan karena sulit mengimbangi mereka. Setelah ini, pasti banyak yang harus diperbaiki untuk turnamen berikutnya,” kata Marcus.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi menyatakan akan mengupayakan Kevin/Marcus dan skuad ganda putra lainnya meraih hasil lebih baik di Indonesia Terbuka meski tidak bisa tampil dengan kondisi fisik 100 persen. ”Saya rasa, fisik mereka di sini tinggal 60-70 persen dari kondisi terbaik mereka. Tetapi, pemain yang sudah tampil sejak di Eropa ini masih punya semangat,” kata Herry.
Dengan bermodalkan semangat yang tetap utuh meski tubuh sudah lelah, Kevin/Marcus bisa menahan Hoki/Kobayashi yang tampil gemilang sepanjang Indonesia Masters hingga gim ketiga. Sebelum mengalahkan Kevin/Marcus, mereka menyingkirkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sebagai unggulan kedua dan unggulan ketujuh, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.
Namun, kesalahan kecil pada momen akhir akhirnya memberi poin bagi lawan, salah satunya ketika Kevin membiarkan kok dari drive lawan jatuh di belakang lapangan. Menduga di luar lapangan, ternyata kok jauh di dalam lapangan.
”Kalau saya lihat, kelelahan pada tubuh membuat mereka kehilangan konsentrasi pada momen-momen terakhir. Jadi, mereka tampil dengan semangat pantang menyerah. Mereka memang punya karakter selalu ingin mencoba meskipun capai. Setiap saya tanya, apakah akan lanjut ke turnamen berikutnya, selalu dijawab akan mencoba,” kata Herry.
Kevin pun mengatakan, meski kondisi fisik telah menurun, dia selalu ingin menikmati setiap pertandingan. ”Memang sudah lelah, fisik, mental, dan pikiran. Tetapi, kami tetap ingin berjuang dan memberikan yang terbaik,” ujarnya.
Di sisi lain, Hoki/Kobayashi terbantu dengan masa istirahat sekitar sepekan karena batal ikut Hylo Terbuka. Mereka hanya tampil dalam Piala Sudirman, Piala Thomas, Denmark, dan Perancis Terbuka.
”Kami cukup terbantu dengan tidak bertanding di Jerman, jadi memiliki persiapan lebih untuk tampil di sini. Saya rasa, itu salah satu yang membedakan kami dengan Kevin/Marcus,” kata Hoki.
Bonus Tim Thomas
Tim putra Indonesia akhirnya memperoleh bonus atas prestasi mereka menjuarai kejuaraan beregu putra Piala Thomas. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), sebagai sponsor resmi PP PBSI, memberi bonus Rp 5 miliar.
Apresiasi tersebut diberikan pada Minggu malam dalam acara yang dihadiri Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna dan Direktur Utama BNI Royke Tumilaar. Pemain ganda putra, Hendra Setiawan, sebagai kapten Tim Thomas Indonesia, berharap piala tersebut bisa lama berada di Indonesia.
Tim putra Indonesia menjuarai Piala Thomas 2020, yang digelar di Denmark, 19-24 Oktober, setelah mengalahkan China, 3-0, di final. Ini gelar pertama Indonesia dalam Piala Thomas sejak 2002.