Verawaty Fadjrin, Pahlawan Indonesia di Piala Sudirman 1989 Berpulang
Pahlawan kemenangan Indonesia saat merebut Piala Sudirman 1989, Verawaty Fadjrin berpulang pada Minggu pagi. Verawaty meninggal usai berjuang melawan kanker paru-paru yang dialaminya setahun terakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dunia bulu tangkis Indonesia berduka. Salah satu pahlawan kemenangan Indonesia saat merebut Piala Sudirman 1989 Verawaty Fadjrin meninggal dunia di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta Barat, Minggu (21/11/2021) pukul 06.58 WIB.
Verawaty wafat setelah berjuang melawan kanker paru-paru yang dialaminya setahun terakhir. ”Rest in peace Kak Verawati Fajrin,” ujar sahabat sekaligus mantan pebulu tangkis nasional, Rosiana Tendean dalam akun Instagramnya @rosianatendean, Minggu sekitar pukul 07.00 WIB.
Verawaty meninggal dalam usia 64 tahun. Sosok yang semasa mudanya bertubuh tinggi besar ini meninggalkan suami, Fadjriansyah, seorang anak, Fidyandini, dan dua cucu. Rencananya, jenazah Verawaty dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu siang, yang diberangkatkan dari rumah duka di Kavling DKI Cipayung, Jalan Durian Blok T1 Nomor 23, RT 01/RW 08, Cipayung, Jakarta Timur.
Almarhumah adalah pemain yang berjasa besar mengangkat prestasi bulu tangkis Indonesia di pentas dunia. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
”Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. PBSI dan keluarga besar bulu tangkis Indonesia turut berduka citas atas berpulangnya salah satu pahlawan bulu tangkis Indonesia, Verawaty Fadrin. Almarhumah adalah pemain yang berjasa besar mengangkat prestasi bulu tangkis Indonesia di pentas dunia. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Agung Firman Sampurna dalam siaran pers.
Bolak-balik RS
Selama setahun terakhir, Verawaty bolak-balik rumah sakit untuk pengobatan kanker paru-paru yang dialaminya sejak Maret 2020. Perempuan kelahiran Jakarta, 1 Oktober 1957 ini sempat menjalani lima kali kemoterapi di RS Persahabatan Rawamangun, Jakarta Timur.
Dengan bantuan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Kesehatan, Verawaty akhirnya menjalani perawatan di RS Dharmais pada 29 Juli 2021. Sempat membaik dan menjalani rawat jalan, pada 17 September lalu, kesehatannya kembali memburuk dan masuk lagi RS Dharmais.
Setelah mendapatkan perhatian pemerintah, Verawaty dipindahkan dari ruang perawatan transit ke ruang VIP RS Dharmais mulai Senin (20/9/2021). Penanganan langsung menjadi lebih baik. Di ruang transit, Fadjriansyah menceritakan, istrinya nyaris tidak mendapatkan penanganan khusus dan hanya diberikan cairan infus biasa. ”Sejak masuk ruang VIP, Verawaty langsung mendapatkan penanganan khusus dan diberikan infus yang mengandung obat,” katanya.
Itu menjadi kisah abadi yang mengambarkan bahwa Verawaty merupakan sosok pejuang sejati. Dengan kondisi yang terus menurun, dia terus berjuang untuk mendapatkan kembali kesehatan meskipun takdir berkata lain dan perjuangannya berakhir pada Minggu pagi ini.
Rentetan prestasi
Sikap tak mudah menyerah itu sudah menjadi karakter kuat dalam diri Verawaty sedari muda atau semasa aktif sebagai atlet. Itu pula yang menjadi salah satu kunci yang mengantarkannya menjadi salah satu pebulu tangkis putri nasional paling berprestasi.
Pada SEA Games dalam kurun waktu 1977 sampai 1989, Verawaty berhasil memboyong 12 emas dari nomor tunggal putri, ganda putri, ganda campuran, dan tim putri. Bersama Imelda Wiguna, Verawaty sukses meraih emas ganda putri Asian Games Bangkok 1978.
Kembali bersama Imelda, Verawaty menjuarai ganda putri All England 1979. Imelda/Verawaty menjadi salah satu dari hanya dua ganda putri Indonesia yang bisa menjuarai All England, turnamen klasik dan bergengsi di arena bulu tangkis. Pasangan lainnya, yakni Minarni/Retno Koestijah yang juara All England pada 1968.
Gelar tertinggi lain yang pernah dicapai Verawaty adalah juara tunggal putri Kejuaraan Dunia 1980 di Jakarta usai mengalahkan rekan senegaranya, Ivana Lie 11-1, 11-3 dalam partai final. Hasil itu menahbiskannya sebagai pebulu tangkis putri Indonesia pertama yang merengkuh gelar bergengsi tersebut. Hingga sekarang, cuma ratu bulu tangkis Susi Susanti yang menyamai prestasinya pada gelaran tahun 1993.
Bersama Eddy Hartono, Verawaty membawa Indonesia memboyong Piala Sudirman 1989 di Jakarta. Mereka menjadi penentu kemenangan tim Garuda 3-2 atas Korea Selatan. Mereka berhasil mengatasi Park Joo-bong/Chung So-young, 18-13, 15-3 di laga kelima atau laga penentuan.
Itu menjadi Piala Sudirman pertama dan satu-satunya dikoleksi Indonesia sampai kini. Di luar itu, Verawaty mengoleksi sedert gelar juara dari sejumlah kejuaraan terbuka semasa aktif berkarier sebagai atlet di era 1970an-1990an.