Para atlet elite nasional tidak mau kalah dengan aksi para pendatang baru. Bermodal pengalaman dan jam terbang, mereka mendominasi nomor yang diikuti dalam Peparnas Papua 2021.
Oleh
KELVIN HIANUSA, FABIO MARIA LOPES COSTA
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Munculnya banyak wajah baru di Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021 sukses melecut jiwa kompetisi para atlet elite nasional. Meskipun sudah berprestasi di tingkat internasional, para veteran yang hanya boleh turun di satu nomor ini tetap tampil meledak-ledak, lalu mendominasi mutlak. Mereka ingin menunjukkan versi terbaik agar bisa jadi standar atlet pendatang baru.
Kuasa para atlet top Tanah Air terpampang jelas dalam final tunggal putra kelas elite tenis meja klasifikasi TT10 (tunadaksa level terendah) di Arena Istora Lukas Enembe, Kamis (11/11/2021). Final ideal ini mempertemukan paralimpian andalan Indonesia, David Jacobs (44) dan Komet Akbar (35).
David memenangi laga ketat di antara sesama atlet kontingen DKI Jakarta tersebut, 12-10, 12-10, 11-6. Hasil dari duel dua rekan berlatih di pelatnas ini tidak terlalu penting karena medali emas dan perak sudah pasti sama-sama diraih tim Ibu Kota. Namun, pertemuan David dan Komet di partai puncak memperlihatkan motivasi besar dan dominasi mereka.
”Kalau saya, namanya sudah tampil begini pasti mau yang terbaik. Jangan sampai kalah. Apalagi, kan, kami sebagai yang sudah tampil di internasional seharusnya memberikan contoh. Begini cara main tenis meja, agar yang muda bisa melihat dan mempelajari,” ucap David yang mempertahankan medali emas sejak Peparnas Riau 2012.
Di semifinal, David ditantang oleh juara kelas nasional Peparnas, kompetisi khusus atlet non-elite, yang merupakan debutan asal Jawa Tengah, Roni Vona (29). Dia tidak memberikan kesempatan sedikit pun kepada Roni untuk mengembangkan permainan.
Peraih medali perunggu tenis meja tunggal putra klasifikasi TT 10 Paralimpiade London 2012 dan Tokyo 2020 ini mendulang poin mudah hanya dalam 2-3 kali pukulan reli. Dia pun menang telak, 11-2, 11-2, 11-4. David ibarat sedang mengajari muridnya berlatih tenis meja. Dominasi serupa ditunjukkan Komet di semifinal saat bertemu debutan potensial asal Jatim, M Dicki, 11-3, 11-1, 11-2.
”Mental dan jam terbang itu penting,” lanjut David yang tidak kehilangan satu gim pun sepanjang Peparnas.
David ingin para pendatang baru punya standar tinggi sepulang dari Papua. ”Kalau mau bermain di tingkat internasional, latihan harus dua kali lipat. Misalnya, disabilitas di tangan seperti saya, harus menguatkan kaki agar bisa seimbang. Pemain muda kalau latihan seadanya sulit untuk berkembang. Semoga mereka bisa mengevaluasi kekalahan itu,” pungkasnya.
Tidak mau kalah
Dari Arena Akuatik Lukas Enembe, semangat tidak mau kalah itu dikobarkan perenang paralimpian tunagrahita (S14), Syuci Indriani (20). Dia mempertahankan emas dalam tiga gelaran beruntun seusai memenangi nomor 200 meter gaya bebas.
Syuci mendominasi lomba dengan catatan waktu 2 menit 24,12 detik, meninggalkan pemenang kedua Meliana Ratih Pratama (Sumbar) yang finis 14,53 detik lebih lambat. Meskipun tidak dalam kondisi terbaik sepulang dari Paralimpiade Tokyo 2020 akibat karantina selama dua minggu, atlet Riau ini mencoba tampil semaksimal mungkin.
”Kehadiran wajah-wajah baru bikin aku lebih semangat lagi. Makanya enggak mau kalah tadi. Apalagi hanya bisa tampil di satu nomor, kan. Ibaratnya, anak lama, kok, kalah. Malu juga, kan,” ucap Syuci.
Kata Syuci, kompetisi antara atlet elite dan pendatang baru memberikan pengaruh positif kepada semua pihak. ”Sebagai atlet baru, mereka mau mengejar kami. Kami termotivasi untuk tampil lebih baik. Kami juga menginspirasi mereka. Ya, jadi saling memotivasi satu sama lain saja,” tambahnya.
Sapto Yogo Purnomo (23), sprinter nasional klasifikasi T37 (atlet dengan keterbatasan organ gerak termasuk akibat cerebral palsy), tampil meledak-ledak saat meraih emas nomor 100 meter demi tujuan berbeda. Peraih perunggu Paralimpiade Tokyo 2020 ini punya target besar untuk kembali ke pesta olahraga disabilitas terbesar di dunia tersebut
”Saya banyak mendapat ilmu setelah pulang dari Tokyo. Seperti harus lebih bagus dalam daya tahan tubuh agar bisa konsisten berlari di 20 meter terakhir. Juga mempercepat reaksi start. Makanya saya ingin tampil maksimal di Peparnas untuk batu loncatan menuju ajang internasional di masa depan,” jelas atlet Jateng itu.
Kalau mau bermain di tingkat internasional, latihan harus dua kali lipat. Misalnya, disabilitas di tangan seperti saya, harus menguatkan kaki agar bisa seimbang. Pemain muda kalau latihan seadanya sulit untuk berkembang.
Beberapa atlet elite nasional juga telah unjuk gigi dengan meraih emas sekaligus memecahkan rekor nasional. Misalnya, di cabang atletik, pebalap kursi roda klasifikasi T54, Maria Goreti, dan perenang klasifikasi S6, Laura Aurelia Dinda.
Unggul pengalaman
Dari cabang bulu tangkis, dua paralimpian, Suryo Nugroho (klasifikasi SU5) dan Fredy Setiawan (klasifikasi SL4), juga sudah mulai bertanding di babak awal kelas elite. Mereka sama-sama menunjukkan kemampuan di atas para yunior mereka.
Suryo menang mudah atas Muhammad Aries Eki Afrial (Sulsel), 21-10, 21-4, di babak 16 besar tunggal putra SU5 (atlet disabilitas tubuh bagian atas). Sementara Fredy juga menang tanpa kesulitan berarti atas A Hui (Kalbar), 21-9, 21-9, di babak 16 besar tunggal putra SL4 (atlet dengan disabilitas tubuh bagian bawah).
Suryo mengatakan, kunci kemenangan atas lawannya karena faktor lebih unggul pengalaman bertanding. Ia pun berharap lawannya juga dapat bertanding di ajang Pekan Paralimpiade Pelajar tingkat nasional untuk menambah pengalaman bertanding.
Keduanya akan kembali menunjukkan jam terbang tinggi masing-masing pada Jumat ini. Suryo dan Fredy dijadwalkan memainkan perempat final pada pagi hari. Jika menang, mereka akan menjalani semifinal pada sore hari.
Pada perempat final, Suryo akan bertemu atlet Kalimantan Selatan, Muhammad David Amrullah. Kesempatan bertemu Suryo, salah satu pebulu tangkis Paralimpiade terbaik di Tanah Air, tidak ingin disia-siakan David. Dia bertekad mengerahkan seluruh kemampuan saat menghadapi idolanya itu.
”Dia adalah sosok yang memberikan inspirasi bagi saya untuk menekuni olahraga ini. Saya akan bertanding sebaik mungkin menghadapinya,” kata David.