David Jacobs berjaya di Peparnas Papua 2021 tanpa kesulitan berarti. Dia meraih emas di nomor tunggal putra sekaligus berkesempatan melihat langsung calon penerusnya di masa depan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS – Petenis meja nasional David Jacobs menambah banyak koleksi medali emasnya lewat prestasi di Peparnas Papua 2021. Atlet kontingen DKI Jakarta ini menyabet emas tunggal putra klasifikasi TT10 atau tunadaksa level terendah setelah menaklukkan rekan sedaerah, Komet Akbar, 12-10, 12-10, 11-6, dalam final ideal di Arena Istora Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Kamis (11/11/2021).
Peraih perunggu Paralimpiade Tokyo ini tampil sempurna sepanjang Peparnas. Sejak babak grup hingga final, David selalu menang telak, 3-0, dalam 4 pertandingan beruntun. Kesempurnaan itu berlanjut di partai puncak saat bertemu Komet, yang merupakan tandemnya di pemusatan latihan nasional.
Meskipun laga berlangsung saling susul di gim 1 dan 2, David selalu menunjukkan kematangannya pada akhir gim. Dia mengambil gim saat posisi deuce dua kali beruntun. Tertinggal 0-2, Komet tampak mulai merelakan kemenangan pada gim 3.
“Ya tadi lawan Akbar cukup sengit karena kan saya latihan bareng dia. Jadi kami sudah tahu kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tadi gim ketiga gak ajauh skornya. Kami menganggap yang terakhir lebih seperti ekshibisi saja,” ucap David.
Pertarungan dua atlet kidal ini menyita perhatian dari seisi arena. Ratusan penonton di tribune dan kontingen di sekitar arena menjadi saksi laga bertempo cepat dari dua paralimpian ini. Mereka berdecak kagum setiap kali salah satu di antara David dan Komet memukul bola.
Siapa yang tidak gugup menghadapi kak David. Dia idola kami semua. Apalagi ini pertama kali saya bertemu dengannya, dan langsung di ajang sebesar ini.
Bagi David, Peparnas ini sedikit berbeda. Salah satunya karena peraturan atlet elite yang hanya boleh mengikuti satu nomor saja. Atlet kelahiran Makassar, Sulsel, ini tidak bisa mengulangi prestasinya untuk meraih tiga emas sekaligus, seperti pada Peparnas Jabar 2016.
Namun, dari sisi lain, David cukup senang dengan peraturan tersebut. “Saya lihat mulai muncul anak-anak muda yang berpotensi. Kalau bakat tersebut dilatih intensif di pelatnas hasilnya bisa beda. Ini sangat bagus untuk regenerasi di TT10,” lanjutnya.
Komet tidak terlalu bermasalah dengan siapa yang meraih emas di tunggal putra. Sebab, mereka sudah pasti menyumbang satu emas dan satu perak dengan lolos ke final.
Adapun Komet tidak memasang target berlebih di Peparnas Papua. Dia hanya ingin turut meramaikan persaingan di kelas elite untuk membantu perkembangan para pemain junior. “Semoga saja pemain yang tampil di sini, bisa melapis kami nanti di pelatnas,” ucapnya.
Bergabung di Grup T10-1, David langsung menyabet dua kemenangan mudah untuk lolos ke perempat final. Dia mengalahkan Dedi Damhudi (Gorontalo), 11-4, 11-4, dan 11-1, serta Ramli Saleh (Papua), 11-6, 11-5, dan 11-2.
Atlet yang terlahir dengan gangguan fungsional pada tangan kanan ini kembali tampil maksimal saat menaklukkan Supriono (Sumsel), 11-4, 11-6, dan 11-1 di babak 8 besar. Lalu, David ditantang juara kelas nasional, Roni Vona (Jateng).
Tantangan itu kembali dijawab David dengan kemenangan tiga gim langsung, 11-2, 11-2, dan 11-4. Roni yang berstatus debutan Peparnas tidak berdaya menghadapi karisma David. Dia sering melakukan kesalahan sendiri karena terlalu gugup. “Siapa yang tidak gugup menghadapi kak David. Dia idola kami semua. Apalagi ini pertama kali saya bertemu dengannya, dan langsung di ajang sebesar ini,” jelas Roni.