Syuci Indriani membuktikan dirinya sebagai salah satu perenang disabilitas terbaik yang dimiliki Indonesia. Dia mempertahankan emas dalam tiga gelaran Peparnas pada usia yang baru menginjak 20 tahun.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Perenang tunagrahita nasional asal Riau, Syuci Indriani, kembali menunjukkan kehebatannya di Peparnas Papua 2021 dengan raihan emas dari nomor 200 meter gaya bebas klasifikasi S14. Dengan raihan itu, Syuci sukses mempertahankan emas di tiga Peparnas beruntun dalam usia yang masih 20 tahun.
Perenang paralimpian ini memperlihatkan dominasi di Arena Akuatik Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (11/11/2021). Tampil di lintasan tiga, Syuci melesat cepat sejak start hingga menyentuh garis finis. Setelah dua kali bolak-balik mengarungi kolam, dia finis dengan catatan waktu 2 menit 24,12 detik.
Lawan-lawannya tertinggal jauh di belakang. Pemenang kedua asal Sumbar, Meliana Ratih Pratama, finis dengan catatan waktu 2 menit 38,65, sementara itu perenang tuan rumah, Rahmayana, menyelesaikan lomba dengan catatan 3 menit 16,23 detik.
Ini Peparnas ketiga aku. Sangat bersyukur masih bisa meraih medali emas untuk Riau. Bersyukur sekali karena mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya. Itu pesan dari pelatih yang selalu saya pegang.
”Ini Peparnas ketiga aku. Sangat bersyukur masih bisa meraih medali emas untuk Riau. Bersyukur sekali karena mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya. Itu pesan dari pelatih yang selalu saya pegang,” kata Syuci yang hanya mengikuti satu nomor di Peparnas Papua tersebut.
Adapun Syuci meraih masing-masing tiga emas pada Peparnas Riau 2012 dan Peparnas Jabar 2016. Dengan tambahan di Papua, dia total sudah mengoleksi 7 emas dalam pesta olahraga disabilitas terbesar di Tanah Air tersebut.
Sayangnya, perenang berambut panjang ini tidak berada dalam performa terbaik. Dia masih jauh dari catatan rekor nasional miliknya sendiri, 2 menit 20,80 detik, yang diciptakan di Asian Para Games Jakarta 2018.
”Dari sisi waktu sama sekali belum puas karena masih jauh dari waktu terbaik aku. Memang kemarin persiapannya kurang, baru latihan paling beberapa minggu saja,” lanjut peraih 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu di Asian Para Games ini.
Syuci kurang persiapan karena harus menjalani karantina selama lebih kurang dua pekan sepulang dari Paralimpiade Tokyo 2020. Hal tersebut membuat kondisinya menurun cukup drastis.
Dia berharap bisa segera kembali ke kondisi terbaik saat pulang dari Papua nanti. Menurut rencana, perenang yang sudah dua kali ikut Paralimpiade ini akan pulang sebentar ke Riau, lalu melanjutkan pemusatan latihan nasional di Solo untuk persiapan Asian Para Games Hangzhou 2022.
Meskipun hanya bisa mengikuti satu nomor di Peparnas Papua, akibat aturan Komite Paralimpiade Nasional (NPC), Syuci justru merasa bahagia. ”Lebih enak saja kalau satu nomor, lebih plong mainnya. Bisa habis-habisan. Juga ini, kan, buat generasi muda biar berkembang. Semoga bisa muncul Syuci Syuci lainnya,” pungkasnya.
Tenis meja
Dari cabang tenis meja, atlet andalan nasional sekaligus DKI Jakarta, David Jacobs dan Komet Akbar, sukses menembus babak perempat final. Keduanya sama-sama menang dalam laga terakhir babak grup untuk mengunci peringkat pertama di grup masing-masing.
David mengalahkan wakil Papua, Ramli Saleh, dengan tiga gim langsung, 11-6, 11-5, dan 11-2. Sementara itu, Komet juga tanpa kesulitan berarti menyudahi perlawanan wakil Sulsel, A Takdir, 11-3, 11-2, dan 11-3.
Jika terus menang dalam babak gugur, kedua wakil Indonesia di Paralimpiade Tokyo tersebut bisa bertemu di final. Mereka berpotensi menciptakan final sesama DKI Jakarta. ”Ya, semoga bisa. Namun, kami intinya satu demi satu pertandingan dulu saja. Bertahap. Tidak berani langsung menargetkan ketemu di final,” ucap Komet.