Peparnas Papua kembali melahirkan calon bintang baru, kali ini Bambang Purwito (41) yang menjuarai bulu tangkis kelas nasional SL3. Prestasi sang debutan memberikan harapan regenerasi di nomor tersebut.
Oleh
Kelvin Hianusa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jawa Barat seperti tidak pernah kehabisan bakat pebulu tangkis dari klasifikasi SL3 atau disabilitas tubuh bawah. Setelah melahirkan seorang paralimpian, Ukun Rukaendi (51), ”Bumi Pasundan” kembali menghadirkan bintang baru di Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021. Bintang baru itu muncul dalam diri Bambang Usiyan Purwito (41), pebulu tangkis debutan yang menjuarai kelas nasional SL3.
Bambang bersujud di lapangan GOR Cenderawasih, Kota Jayapura, seusai memenangi laga final atas unggulan pertama, wakil Jatim, Ali Sukri (47), di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua, Rabu (10/11/2021). Dia masih tidak percaya bisa menumbangkan Ali, peraih perak Peparnas Jabar 2016, lewat pertarungan ketat, 21-16, 21-17.
”Saya tidak menyangka dapat emas karena tidak tahu lawan bermain seperti apa di sini. Ini Peparnas pertama saya setelah mulai berkarier pada 2018. Apalagi, lawannya Pak Sukri yang jauh lebih senior. Jadi, prestasi ini sangat spesial,” kata Bambang.
Laga ini berlangsung sangat sengit. Dengan hanya menggunakan setengah lapangan, Bambang dan Ali melakukan berbagai cara untuk mematikan bola, mulai dari drop shot, smes, hingga lob. Reli-reli panjang tidak terhindarkan sampai salah satu dari mereka melakukan kesalahan sendiri.
Keduanya saling kejar poin sejak gim pertama. Mereka sempat imbang saat poin 5-5, 9-9, hingga 14-14. Dengan keunggulan usia yang lebih muda, Bambang mulai menjauh saat mendekati momen kritis. Dia bisa bertahan mengatasi uletnya permainan Ali.
Kerja keras Bambang terbayar manis. Sang debutan kembali menampilkan determinasinya pada gim kedua. Meskipun kelelahan, dia melakukan semuanya demi bisa meraih emas. ”Saya hanya fokus mencari poin. Saya capek, lawan juga capek. Intinya, fight saja. Hanya itu cara melawan Pak Sukri yang sangat ulet,” lanjutnya.
Saya tidak ditargetkan untuk ajang ini karena masih debutan. Yang penting saya harus main bagus, dapat poin terus. (Bambang Usiyan Purwito)
Pertarungan tersebut membuat tenaga Bambang terkuras habis. Saking kelelahan, dia sampai berjalan menunduk ke ruang ganti. Dia juga meminta waktu istirahat selama beberapa menit sebelum akhirnya bisa diwawancara.
Potensi besar Bambang tidak hanya terlihat di partai puncak. Sebelumnya, dia juga sudah mengalahkan unggulan kedua, Nasrul (Riau), dan unggulan ketiga, Hariyanto (Jawa Tengah). Pencapaian itu, kata Bambang yang meraih perunggu di Pekan Paralimpiade Daerah (Peparda) Jabar 2018, berkat persiapan matang selama dua tahun terakhir bersama tim Jabar.
”Saya tidak ditargetkan untuk ajang ini karena masih debutan. Yang penting saya harus main bagus, dapat poin terus. Takutnya, kalau ditarget, malah jadi beban. Saya berusaha main enjoy, ternyata justru malah bisa juara,” tambah Bambang, atlet yang kaki kirinya lebih kecil.
Ali memuji wajah-wajah baru yang tampil di Peparnas Papua. Menurut dia, banyak potensi besar dari klasifikasi SL3, salah satunya Bambang. ”Saya lihat ke depan klasifikasi ini bisa semakin berprestasi lagi,” ucap pebulu tangkis yang sudah mengikuti tiga kali Peparnas tersebut.
Adapun atlet klasifikasi SL3 merupakan salah satu yang paling dicari oleh pelatnas saat ini mengingat Ukun, sebagai andalan SL3 nasional, sudah terlalu tua. Dia tidak mampu bersaing ketika berlaga di Paralimpiade Tokyo. Ia lantas gugur di babak penyisihan grup.
Kemunculan Bambang, yang berasal dari daerah yang sama dengan Ukun, yaitu Jabar, menjadi harapan besar ke depan. Pebulu tangkis yang baru menggeluti profesi atlet disabilitas selama tiga tahun tersebut masih bisa berkembang pesat dengan pengalaman tanding internasional.
Harapan regenerasi
Dari klasifikasi SU5 atau disabilitas tubuh bagian atas, kejutan juga terjadi di partai final ganda putra kelas nasional. Ganda Kalimantan Selatan, M David/Ody Putra, menumbangkan unggulan pertama asal Sumatera Selatan, Reksi Sudarno/Teguh, 21-18, 21-11.
Laga ini memberikan harapan regenerasi. Ody, yang tampil agresif sepanjang permainan, baru berusia 22 tahun. Dia tampil apik di Peparnas kedua dalam kariernya itu. Sebelumnya, Ody juga telah menyumbang emas untuk Kalsel dari nomor beregu.
”Senang banget bisa dapat emas pertama individu di Peparnas. Kemarin, saat Peparnas pertama di Jabar, saya masih kurang pengalaman. Sekarang sudah lebih baik. Jadi, lebih enak mainnya. Mudah-mudahan, dengan hasil ini, bisa masuk pelatnas,” ucap Ody.