Fabio Quartararo beradaptasi dengan karakter YZR-M1 terutama dalam pengendalian bagian depan motor sehingga bisa berbelok lebih cepat. Hal itu juga menutup defisit kecepatan puncak M1 dibandingkan para pesaingnya.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
MISANO ADRIATICO, KAMIS — Fabio Quartararo mengalami metamorfosis dalam konteks mentalitas dan teknik membalap yang menjadi kunci menjuarai MotoGP musim 2021. Selain mampu mengatasi tekanan psikologis dalam persaingan juara, pebalap berusia 22 tahun itu juga beradaptasi dengan karakter motor Yamaha YZR-M1.
Quartararo mampu menemukan solusi degradasi ban belakang, teknik pengereman, teknik menikung dalam kecepatan lebih tinggi, serta yang paling krusial rasa pengendalian bagian depan motor. Quartararo juga mampu memahami karakter M1 dengan jauh lebih baik dalam tahun ketiganya memacu motor itu sejak debut di Petronas SRT Yamaha musim 2019.
Pada musim rookie, pebalap asal Perancis itu sebenarnya sudah mampu memaksimalkan potensi M1 dengan meraih tujuh podium dan enam posisi start terdepan. Bahkan dia sempat bersaing sengit dengan Marc Marquez di Thailand yang menguatkan potensi besarnya menjadi favorit juara.
Namun, proses adaptasi Quartararo tersendat pada musim 2020 akibat masalah keandalan mesin Yamaha. Dia sebenarnya mengawali musim 2020 dengan solid, memenangi dua seri pertama di Jerez. Namun, langkah Quartararo tersendat akibat masalah mesin pada M1 spesifikasi pabrikan yang juga dialami oleh Valentino Rossi dan Maverick Vinales. Quartararo pun finis kedelapan di klasemen akhir, setelah sempat memimpin perburuan juara selama sembilan seri dari 14 balapan.
Quartararo kemudian bangkit pada musim 2021 dengan paket M1 bermesin tahan banting, tetapi kalah tenaga dibandingkan para pesaingnya. Bahkan, di beberapa trek, M1 kalah cepat dari Suzuki GSX-RR. Defisit daya kuda yang juga memengaruhi kecepatan puncak itu menjadi masalah bagi para pebalap Yamaha lainnya yang sama-sama memacu M1. Bahkan, Vinales mengalami frustrasi karena tidak bisa menemukan solusi kekurangan M1 hingga dia memutuskan meninggalkan Yamaha lebih awal.
Quartararo menilai, kunci utama dirinya bisa menyiasati kekurangan M1 adalah feeling pada bagian depan motor yang meliputi rem, suspensi, kemudi, dan daya cengkeram ban. Dia melakukan penyesuaian gaya membalap sebagai kompromi pada sektor depan motornya. Adaptasi itu yang kemudian menjadi referensi para pebalap lain untuk menyetel motor masing-masing, tetapi itu tidak sepenuhnya membantu pebalap Yamaha lain karena gaya membalap yang berbeda.
Dengan motor 2021 saya merasa jauh lebih baik dan saya pikir rasa pengendalian bagian depan yang membuat saya menang.
”Jujur, tahun lalu kami berusaha keras untuk mendapat motor spesifikasi pabrikan (saat masih di tim satelit), tetapi situasi Covid dan hal lainnya membuat motor 2019 lebih baik. Dengan motor 2021, saya merasa jauh lebih baik dan saya pikir rasa pengendalian bagian depan yang membuat saya menang,” lanjut juara MotoGP 2021 setelah finis keempat dalam seri Emilia Romagna itu.
”Kami tahu sektor tenaga (mesin) menjadi sesuatu yang perlu kami perbaiki, tetapi feeling yang saya dapat untuk mendahului saat mengerem—bukan dalam balapan ini, tetapi secara umum—jauh lebih baik dibandingkan 2019 dan 2020,” jelas Quartararo dikutip Crash.
”Yamaha harus bekerja keras. Kami masih memiliki pekerjaan besar untuk menjadi lebih baik tahun depan karena kita tahu tenaga adalah sesuatu yang sangat penting. Namun, saat ini perasaan saya telah menyatu dengan motor,” kata pebalap tim Monster Energy Yamaha itu.
Namun, Quartararo mengakui dirinya sempat sangat khawatir di awal musim ini, karena pengalaman buruk pada 2020. Dia bisa melalui itu berkat dukungan orang-orang terdekatnya, anggota tim dan keluarga.
”Menjelang balapan saya bersama Tom (Maubant, sehabat dan asisten pribadinya) dan saya sangat grogi, saya merasa tertekan. Namun, dia mengatakan, ’pikirkan saja tiga balapan terakhir tahun lalu yang merupakan bencana’. Saya ingat hanya ingin menyelesaikan kejuaraaan di posisi mana pun,” ungkap Quartararo.
”Hari ini saya mengawali balapan yang menjadikan saya juara dunia. Saya pikir semua yang terjadi tahun lalu membantu saya meraih gelar juara hari ini,” ungkap Quartararo seusai menang di Misano akhir pekan lalu.
”Terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung saya dalam saat-saat seperti itu dan saya pikir saya belajar banyak selama dua tahun di MotoGP, tetapi saya masih memiliki banyak hal untuk dipelajari untuk meraih lebih banyak hasil seperti itu,” ujar pebalap Perancis pertama yang menjuarai MotoGP itu. (ANG)