Ben Simmons telah berubah dari sosok pahlawan kota Philadelphia jadi musuh bersama para pendukung 76ers. Dramanya terus berlanjut pada awal musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Kegagalan Philadelphia 76ers di playoff musim lalu menyebabkan luka dalam yang berbuntut panjang hingga awal musim ini. Kambing hitam kekalahan itu, Ben Simmons, terjebak dalam sengkarut drama. Simmons, yang dijadikan sasaran kemarahan pendukung, sangat ingin hengkang secepat mungkin, tetapi dia justru tertahan di klub.
Simmons sama sekali tidak terlihat di lapangan dalam dua laga perdana 76ers musim ini. Di laga pertama melawan New Orleans Pelicans pada Kamis (21/10/2021), dia tidak bisa tampil karena masih menjalani skors dari klub. Skors itu akibat tindakannya saat latihan yang tidak serius mengikuti instruksi pelatih Doc Rivers.
Setelah skors berakhir, point guard andalan 76ers ini kembali absen versus Brooklyn Nets pada Sabtu. Alasannya kali ini berbeda lagi. Simmons, menurut ESPN, bertemu dengan para pemain dan pelatih sebelum laga. Dia mengaku butuh waktu untuk kembali tampil karena sedang mengalami gangguan kesehatan mental.
Pebasket 25 tahun ini menceritakan problemnya setelah sempat tidak mau bertemu dengan anggota tim sejak akhir musim lalu. Para pemain dan pelatih pun memberikan dukungan kepadanya. Klub akan memfasilitasi Simmons bertemu dengan tenaga medis profesional untuk mengevaluasi gangguannya.
Inilah drama panjang yang disebabkan kekalahan 76ers dari Atlanta Hawks di semifinal Wilayah Timur musim lalu. Simmons, yang dijadikan kambing hitam kekalahan, meminta untuk ditukar ke tim lain pada empat bulan lalu. Sejak itu, dia menutup komunikasi dengan anggota tim, termasuk menolak datang ke latihan pramusim.
Namun, 76ers belum bisa menemukan tawaran paket penukaran yang tepat dengan tim lain. Pemain kaliber All-Star yang menyisakan kontrak 4 tahun senilai 147 juta dollar AS ini pun terjebak dalam tim hingga awal musim ini.
Pengamat kawakan NBA, Stephen A Smith, meragukan kisah Simmons. Dia menganggap, alasan kesehatan mental tersebut hanyalah bagian dari drama opera sabun yang dimainkan sang pebasket asal Australia itu.
”Kesehatan mental adalah isu yang sangat serius. Saya mendukung itu, jika memang benar. Mari analisis yang terjadi. Dia sudah berkata ingin pindah sejak Juli, ingin bermain di tim mana pun kecuali Philadelphia. Tidak ada satu pun bahasan tentang kesehatan mental. Lalu, dia tiba-tiba mengaku punya problem itu saat laga kandang pertama, setelah kekalahan di playoff,” ucap Smith dalam acara First Take.
Smith melihat ini tidak lebih hanya cara Simmons dan agennya, Rich Paul, untuk mengulur waktu sampai bisa pindah ke tim baru. Adapun Simmons, yang sudah didenda 2 juta dollar AS akibat absen dalam latihan dan laga, bisa terbebas dari hukuman serupa dengan alasan gangguan mental.
Dukungan
Sudut pandang berbeda diperlihatkan para pemain 76ers. Ikon tim, Joel Embiid, bisa merasakan problem yang dirasakan Simmons. Pada laga di Arena Wells Fargo Center, Sabtu, dia pun meminta dukungan kepada penonton. ”Banyak hal terjadi beberapa bulan ini. Saya ingin kalian mendukung rekan kami, Ben. Dia masih saudara kita,” ucapnya.
Perubahan sikap Embiid cukup drastis. Beberapa hari sebelumnya, kandidat Most Valuable Player musim lalu itu berkata sudah lelah dengan tingkah laku rekannya. Bahkan, dia menyebut tidak akan menjadi pengasuh bayi untuk Simmons yang bertingkah seperti bocah.
Tekanan terhadap Simmons memang sangat berat. Rookie of The Year 2017-2018 ini harus menghadapi kekecewaan warga Philadelphia yang terkenal fanatik. Para pendukung akan memberikan kepercayaan sebesar mungkin, tetapi mereka bisa menjadi bumerang ketika pemain tersebut tidak sesuai ekspektasi.
Kekecewaan pendukung menumpuk saat Simmons tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat playoff. Pemain yang dikatakan sebagai versi baru LeBron James ini hanya menghasilkan 5 poin. Dia bahkan takut melempar bola saat momen krusial di gim penentu semifinal wilayah.
Karena itu, Michele Roberts, Direktur Eksekutif Asosiasi Pebasket Profesional Amerika Serikat (NBPA), menilai Simmons perlu didukung. Sang pemain pasti tertekan karena beban yang sangat besar. Apalagi, dia sekarang telah menjadi musuh warga Philadelphia karena menyatakan tidak sudi bermain untuk 76ers lagi. Akan sangat sulit baginya berhadapan dengan penggemar.
Banyak hal terjadi beberapa bulan ini. Saya ingin kalian mendukung rekan kami, Ben. Dia masih saudara kita.
”Apakah terlalu sulit untuk memercayai Ben tidak dalam mental yang tepat untuk berkompetisi. Atlet profesional, sama seperti kita semua, punya sebuah periode yang berat dalam hidup. Mereka terkadang butuh waktu sejenak untuk memulihkan itu. Kami akan membantunya melewati ini,” ucap Roberts, dikutip Yahoo Sports.
Drama ini bisa berakhir sesegera mungkin atau berlangsung dalam waktu sangat lama. Semua bergantung pada Daryl Morey, Presiden Operasional Bola Basket 76ers. Dia yang bisa memastikan kesepakatan pertukaran Simmons dengan klub lain.
Morey belum mendapatkan tawaran sepadan untuk Simmons sejauh ini. Banyak klub hanya menawarkan pemain pelengkap mereka. Morey ingin menukar Simmons dengan pemain bintang. Tanpa tawaran menarik, sang pebasket itu tidak akan dibiarkan pergi.
Klub 76ers tidak menerima pertukaran dengan pemain muda potensial. Sebab, klub saat ini sedang dalam fase mengejar gelar juara. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan puncak karier dari seorang bintang seperti Embiid (27). Embiid butuh bantuan bintang lain, seperti Simmons yang berstatus salah satu pemain bertahan terbaik musim lalu.
”Mungkin ini butuh waktu yang lama karena tugas saya hanyalah membantu tim ini untuk juara. Simmons adalah pemain yang bisa jadi pembeda. Jadi, jika dia kembali, kami bisa juara. Jika ditukar, kami harus mendapatkan seseorang sepertinya. Bisa jadi dia akan empat tahun lagi di tempat ini,” ucapnya.
Rivers, sang pelatih, merasa keterbukaan Simmons tentang gangguan kesehatan mentalnya bisa jadi titik balik. Bukan tidak mungkin, Simmons akan kembali lagi berseragam 76ers setelah urusan kesehatannya selesai. ”Saya masih bertahan dengannya,” ucapnya.
Hingga titik ini tidak ada yang bisa menebak akhir jalan Ben Simmons. Dia bisa kembali merajut romantisisme lagi bersama 76ers atau justru memutuskan tali hubungan dengan klub yang membesarkan namanya. Drama ini masih akan berlanjut tanpa ujung yang jelas, ibarat sebuah opera sabun. (AP/REUTERS)