Liverpool menjaga tren sempurna di Liga Champions seusai menjungkalkan Atletico Madrid, 3-2. Namun, Manajer Liverpool Juergen Klopp tidak puas dengan kinerja lini belakang timnya sejauh ini. Mereka mudah kebobolan.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
MADRID, RABU — Di tengah tren sempurna di tiga pekan awal babak penyisihan Grup B Liga Champions Eropa musim ini, Liverpool menyisakan celah di lini belakang tim. Tim asuhan Juergen Klopp itu perlu memperbaiki konsentrasi yang kerap menghilang saat unggul di awal pertandingan.
Menyusul kemenangan 3-2 atas Atletico Madrid di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol, Rabu (20/10/2021) dini hari WIB, Liverpool kokoh di puncak Grup B dengan koleksi 9 poin dari tiga laga. ”Si Merah” menjadi salah satu tim paling produktif di Liga Champions musim ini.
Mereka mengemas 11 gol dari ketiga laga itu. Koleksi gol itu hanya bisa disamai Manchester City dan Ajax Amsterdam. Namun, paradoksnya, Liverpool menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling tinggi di antara tujuh tim lainnya yang kini memuncaki fase grup Liga Champions musim ini.
Gawang Liverpool telah lima kali kebobolan di tiga laga itu. Masalah laten rapuhnya pertahanan Si Merah juga terlihat ketika menghadapi tuan rumah Atletico. Liverpool sempat terlena setelah unggul dua gol lebih dulu dalam waktu hanya 13 menit berkat Mohamed Salah dan Naby Keita.
Setelah dua gol itu, permainan Liverpool jauh menurun. Lini tengah mereka kurang agresif. Antisipasi bek-bek Liverpool terhadap pergerakan pemain depan Atletico juga tidak secermat sebelumnya.
Akibatnya, mereka kebobolan dua gol yang diborong Antoine Griezmann, penyerang tim tuan rumah. Bek Liverpool gagal mengantisipasi pergerakan Griezmann dan penyerang Atletico lainnya, Joao Felix.
Klopp mengakui, timnya salah menilai situasi laga ketika unggul 2-0 lebih dulu. Dua gol balasan yang dicetak Atletico, menurut dia, adalah kesalahan mendasar yang seharusnya bisa diantisipasi timnya.
”Kami salah mengontrol laga. Kami memberikan dua gol mudah karena gagal mengantisipasi bola mati dan tak menutup ruang pemain depan lawan dengan sempurna,” kata Klopp dilansir laman klub itu.
Ia pun meminta seluruh pemainnya agar bisa memperbaiki cara bertahan di tiga laga tersisa penyisihan grup Liga Champions musim ini. ”Kami hanya perlu memanfaatkan setiap jengkal ruang di lapangan dengan baik ketika menyerang dan bertahan. Apabila hal itu bisa konsisten dilakukan selama 90 menit, kami akan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang bisa merugikan tim dan memengaruhi hasil akhir,” ucap manajer asal Jerman itu.
James Milner, salah satu pemain senior Liverpool, sependapat, timnya wajib memperbaiki kekeliruan dalam laga dengan intensitas tinggi seperti Liga Champions. Sebelumnya, mereka juga sempat melepas keunggulan di awal babak pertama kala menghadapi AC Milan, 16 September lalu. Ketika itu, Milan bahkan sempat berbalik unggul pada lima menit terakhir babak pertama.
Kesalahan aneh
Beruntung, Si Merah punya Salah dan Jordan Henderson yang menjadi penentu kemenangan, 3-2, di laga itu. ”Kami mengontrol penuh lawan di setiap laga fase grup ini, tetapi sering melakukan kesalahan aneh. Kami masih memiliki tiga laga yang akan berlangsung ketat dan cepat. Maka itu, kami harus meningkatkan performa untuk memenuhi target lolos sebagai juara grup,” ujar Milner, pemain yang kini berusia 35 tahun.
Steve Nicol, mantan bek Liverpool, menilai, laga melawan Atletico merupakan cara bertahan terburuk bekas timnya itu sejak kedatangan Virgil van Dijk pada awal musim 2018-2019. Beruntung, kata Nicol, Liverpool punya kiper Alisson Becker yang membuat dua penyelamatan krusial di babak kedua.
”Tidak hanya Van Dijk, tiga bek Liverpool lainnya, (Joel) Matip, (Trent) Alexander-Arnold, dan (Andrew) Robertson, tidak dalam kondisi terbaik secara fisik dan mental. Kondisi itu memberikan kesempatan Atletico menghadirkan ancaman meskipun bermain dengan 10 orang di babak kedua,” kata Nicol dikutip ESPN.
Untuk lolos ke babak 16 besar, Si Merah hanya butuh tambahan satu kemenangan. Peluang itu hadir ketika mereka ganti menjamu Atletico di Stadion Anfield, 4 November mendatang. Adapun tiga tim lainnya di Grup B, yaitu Atletico, Porto, dan Milan, masih berpeluang mendampingi Liverpool lolos ke babak gugur. Atletico dan Porto sama-sama mengoleksi empat poin, sedangkan Milan nol poin.
Steve Nicol, mantan bek Liverpool, menilai, laga melawan Atletico merupakan cara bertahan terburuk bekas timnya itu sejak kedatangan Virgil van Dijk pada awal musim 2018-2019.
Kekeliruan dalam bertahan juga ditampilkan para pemain ”Los Rojiblancos”, julukan Atletico. Untuk pertama kali dalam satu dekade terakhir, tim dengan pertahanan terbaik di Spanyol pada musim lalu itu kebobolan tiga gol di laga kandang Liga Champions.
Kecerobohan lini belakang Atletico berujung pada pelanggaran Mario Hermoso kepada Diogo Jota pada menit ke-77. Situasi itu berbuah penalti bagi Liverpool yang sukses dikonversi menjadi gol kemenangan oleh Salah pada menit ke-78.
”Kekalahan ini tidak didasari sebuah kesalahan oleh satu pemain saja. Hal terpenting adalah kami harus memperbaiki berbagai kesalahan itu untuk bangkit di laga berikutnya,” ujar Felipe, bek Atletico, dikutip laman UEFA. (AFP)