Sri Mayasari Pecahkan Rekor 37 Tahun Emma Tahapary
Setelah 37 tahun, rekor nasional lari 400 meter putri akhirnya dipecahkan oleh pelari putri Sumsel, Sri Mayasari, dalam PON Papua 2021. Prestasi itu diharapkan bisa membawa Sri berprestasi di level internasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TIMIKA, KOMPAS — Kejutan terjadi dalam final lari 400 meter putri cabang atletik Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia, Timika, Kabupaten Mimika, Selasa (12/10/2021). Pelari putri Sumatera Selatan, Sri Mayasari, berhasil memecahkan rekor nasional milik Emma Tahapary yang telah bertahan selama 37 tahun terakhir.
”Saya memang menargetkan memecahkan rekor nasional di PON kali ini setelah saya bisa memecahkan rekor PON di PON Jawa Barat 2016. Apalagi, sebulan sebelum PON kali ini, saya bisa mencatat waktu personal terbaik 53,40 detik. Itu membuat saya semakin optimistis bisa mempertajam rekor nasional kali ini,” ujar Sri seusai perlombaan.
Dalam final itu, Sri benar-benar tidak tertandingi. Pelari asal Sekayu, Sumatera Selatan, itu finis pertama sekaligus meraih emas dengan waktu 53,22 detik. Catatan waktu pelari berusia 27 tahun ini jauh meninggalkan pelari DI Yogyakarta, Rahma Annisa, yang merebut perak dengan 55,39 detik dan pelari Bali, Dewi Ayu Agung Kurniyanti, yang membawa pulang perunggu dengan 55,80 detik.
Capaian Sri sekaligus memecahkan rekor PON atas namanya sendiri dengan 54,46 detik pada PON Jawa Barat dan mempertajam rekor nasional milik Emma Tahapary dengan 54,20 detik pada kejuaraan di Manila, Filipina, 1 Desember 1984. Artinya, pelari kelahiran 24 April 1994 ini memecahkan rekor nasional setelah bertahan selama 37 tahun.
Berlari bersama laki-laki membuat saya bisa tertarik untuk mengikuti kecepatan mereka.
Sri mengatakan, salah satu kunci kesuksesannya, yakni latihan yang tidak pernah putus walau ada pandemi Covid-19. Selama latihan, dirinya berlari bersama pelari putra karena tidak ada pelari putri di Sumatera Selatan yang bisa mengimbanginya. ”Berlari bersama laki-laki membuat saya bisa tertarik untuk mengikuti kecepatan mereka,” katanya.
Namun, Sri tidak berpuas diri. Dia masih ingin mempertajam rekor nasional itu dalam kejuaraan lain di kemudian hari. Selain itu, dirinya juga ingin meraih medali di kejuaraan internasional yang sampai sekarang belum terwujud. Dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018, dirinya hanya finis kedua heat ketiga babak penyisihan 400 meter sehingga tidak lolos final. Bersama rekan-rekannya, tim estafet 4 x 400 meter putri Indonesia justru terdiskualifikasi dalam Asian Games 2018.
Pada SEA Games Filipina 2019 sekaligus SEA Games perdananya, Sri harus puas finis keenam final 400 meter. Bersama rekan-rekannya, tim estafet 4 x 400 meter putri Indonesia cuma finis keempat dalam ajang dua tahunan tersebut.
”Saya berharap bisa masuk pelatnas lagi supaya bisa membela Indonesia di SEA Games (Vietnam) atau Asian Games (Hangzhou, China) tahun depan. Saya penasaran untuk meraih medali di SEA Games atau Asian Games,” tuturnya.
Rasa syukur Emma
Emma yang hadir menyaksikan final 400 meter putri turut berbahagia akhirnya rekor nomor itu terpecahkan. Bahkan, mantan atlet keturunan Maluku itu langsung mengalungkan medali untuk Sri. Sehabis pengalungan medali, Emma tampak memeluk erat atlet tersebut.
Sebelum final dimulai, saya berdoa agar rekor saya pecah kali ini. Ternyata, ketika saya mengucapkan amin, doa itu terwujud. Saya bahagia sekali karena sudah lama menanti ada yang memecahkan rekor tersebut.
”Sebelum final dimulai, saya berdoa agar rekor saya pecah kali ini. Ternyata, ketika saya mengucapkan amin, doa itu terwujud. Saya bahagia sekali karena sudah lama menanti ada yang memecahkan rekor tersebut,” terang perempuan kelahiran 1961 ini.
Menurut Emma, raihan Sri bukan akhir segalanya. Dengan usia yang masih 27 tahun, Sri masih memungkinkan untuk terus berkembang. Dia cukup yakin Sri bukan hanya bisa berprestasi di tingkat SEA Games, melainkan juga Asian Games, Olimpiade, ataupun kejuaraan dunia.
”Melihat keunggulan mental, semangat, kecepatan, dan daya tahannya, Sri tidak boleh lagi cuma berbicara untuk SEA Games. Dia mesti menatap dan berbicara di Asian Games dan Olimpiade,” ujar Emma yang kini menjadi pelatih atletik di SKO Ragunan dan Pelatda DKI Jakarta tersebut.
Emma mengusulkan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) untuk menarik kembali Sri ke pelatnas. Dengan berada di pelatnas, Sri berkesempatan mendapatkan program latihan yang lebih baik dan menambah pengalaman mengikuti kejuaraan internasional. Dua faktor itu paling penting untuk meningkatkan kemampuan atlet.
”Bahkan, PB PASI harus membawanya berlatih di Amerika Serikat agar mendapatkan sentuhan dari pelatih dan program latihan lebih baik serta iklim kejuaraan yang tinggi. Dulu, saya bisa memecahkan rekor nasional itu pun sehabis berlatih sekitar 1,5 tahun di Amerika Serikat,” ungkap Emma.
Persembahan terakhir Agus
Sementara itu, pelari Jawa Barat, Agus Prayogo, meraih emas lari 10.000 meter dengan 31 menit 6,35 detik. Perak direbut pelari Sulawesi Tengah, Noveldi Petingko, dengan 31 menit 46,39 detik dan perunggu didapat pelari Kalimantan Barat, Irmansyah, dengan 31 menit 46,40 detik.
Bagi Agus, itu emas ketiganya di PON kali ini setelah meraih emas 5.000 meter dan maraton. Secara keseluruhan, sejak ikut PON Sumatera Selatan 2004 hingga saat ini, itu emas kedelapannya. Atlet berusia 36 tahun itu merebut emas 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton pada PON Jawa Barat serta emas 5.000 meter dan 10.000 meter di PON Riau 2012.
Emas kedelapan itu kemungkinan besar menjadi emas terakhirnya di PON. Sebab, menurut Agus, ada pembatasan usia yang bisa tampil di PON hanya atlet berusia maksimal 35 tahun. ”Jadi, di PON selanjutnya (Aceh-Sumatera Utara), mungkin saya tidak bisa tampil lagi kalau aturan pembatasan usia itu tetap berlaku,” terangnya.
Adapun Agus cukup prihatin belum ada pelari muda yang bisa mengimbanginya. Maka itu, dia resah sampai akhir kariernya di PON belum ada tanda-tanda potensi pelari penerusnya. ”Saya berharap pembinaan atlet lari jarak jauh ini digalakkan agar ada pengganti saya sehabis saya pensiun,” pungkasnya.