Pelari Jawa Barat, Tyas Murtiningsih, membuat kejutan dalam babak penyisihan lari 100 meter PON Papua 2021. Pelari non-unggulan ini berhasil mencatat waktu terbaik dan memecahkan rekor PON yang sudah bertahan 21 tahun.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
TIMIKA, KOMPAS — Kejutan terjadi hari kedua pelaksanaan cabang atletik Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia, Kota Timika, Mimika, Rabu (6/10/2021). Pelari putri Jawa Barat, Tyas Murtiningsih, yang bukan unggulan justru mencatat waktu terbaik di babak penyisihan lari 100 meter putri dengan 11,67 detik sekaligus memecahkan rekor PON milik Irene Truitje Joseph dengan 11,73 detik pada PON di Surabaya, Jawa Timur 21 tahun lalu.
Saya bersyukur bisa mencapai catatan waktu ini. Hasil ini sesuai target karena dalam latihan saya juga sering mencatat waktu sekitar 11,6 detik.
”Saya bersyukur bisa mencapai catatan waktu ini. Hasil ini sesuai target karena dalam latihan saya juga sering mencatat waktu sekitar 11,6 detik,” ujar Tyas yang berambisi merebut medali 100 meter putri dalam PON keduanya ini.
Tyas tidak diunggulkan dalam perlombaan ini. Di heat kedua penyisihan, atlet berusia 24 tahun ini berada di jalur ketujuh. Yang menjadi unggulan heat kedua adalah pelari DKI Jakarta sekaligus rekannya di pelatnas, Jeany Nuraini yang berada di jalur keempat.
Namun, Tyas sukses membalikkan semua prediksi. Pelari kelahiran 10 Agustus 1997 ini justru finis pertama dengan 11,67 detik, sedangkan Jeany finis kedua dengan 11,76 detik. Secara keseluruhan, catatan waktunya menjadi yang terbaik dari total 13 pelari di dua heat penyisihan.
Capaian Tyas menjadi lompatan luar biasa. Sebab, dalam SEA Games Filipina 2019 pada Desember dua tahun lalu, atlet berusia 24 tahun ini hanya finis keenam heat pertama dengan 12,26 detik sehingga tidak lolos final. Sebelumnya lagi, dia harus puas meraih perak dengan 11,97 detik dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, Jawa Barat, pada Agustus dua tahun silam.
Adapun dalam PON pertamanya di Jawa Barat pada 2016, Tyas cuma berada di peringkat kesepuluh penyisihan sehingga tidak lolos final. ”Walau tidak ada kejuaraan sepanjang pandemi Covid-19, saya tetap latihan rutin. Saya memang mempersiapkan diri dengan maksimal untuk PON ini. Sebab, saya ingin mendapatkan medali di sini,” ungkapnya.
Sementara itu, pelari putri Maluku sekaligus pelari putri terbaik nasional saat ini, Alvin Tehupeiory tampil kurang maksimal. Berada di heat pertama, pelari asal Ambon ini mesti puas finis ketiga dengan 12,06 detik. Dia berada jauh di bawah pelari Jawa Barat sekaligus rekannya di pelatnas Erna Nuryanti yang finis pertama dengan 11,77 detik dan pelari Bengkulu Hasruni yang finis kedua dengan 11,77 detik.
Kegagalan Alvin menjadi yang terbaik karena dihantui cedera otot lutut kanan bagian belakang. Bahkan, atlet kelahiran 5 April 1995 ini berlari dengan lutut dibalut karet perekat. Sehabis perlombaan, dia terlihat pincang dan sempat menuju ruang medis untuk mendapatkan perawatan.
Alvin menceritakan, cedera itu didapatnya tiba-tiba ketika berjalan tak lama setiba di Bandara Mozes Kalingi, Timika, beberapa hari lalu sebelum hari pertama pelaksaan atletik PON, Selasa (4/10). Cedera itu menimbulkan rasa nyeri sehingga atlet berusia 26 tahun ini tidak bisa menggerakkan kaki kanannya dengan leluasa.
Akan tetapi, dengan tekad baja, Alvin tetap ikut berlomba dan coba mengeluarkan kemampuan terbaik sebisanya. ”Pelatih saya di pelatda maupun pelatnas bilang saya tampil sebaiknya saja. Mereka tidak memasang target karena kondisi saya yang cedera,” terang Alvin yang tetap lolos ke final dengan status pelari terbaik kelima penyisihan dari delapan pelari yang dapat tiket final.