Ledakan perenang muda Joe Aditya memberikan secercah senyuman di PON Papua. Joe memercikkan asa regenerasi di antara menurunnya performa para perenang senior.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Di tengah menurunnya performa perenang senior nasional, perenang muda Joe Aditya (20) sukses mencuri panggung Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Penampilannya selalu mampu mengancam para veteran seperti, Triadi Fauzi Sidiq (30) dan Glenn Victor (32). Joe berkembang pesat meskipun baru masuk pemusatan latihan nasional dalam enam bulan terakhir.
Final 100 meter gaya bebas menyajikan duel sengit di Arena Akuatik Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (13/10/2021). Joe (lintasan 3/DKI Jakarta) dan Triadi (lintasan 4/Jabar), yang berada di posisi sejajar menjelang finis, adu cepat menyentuh dinding kolam.
Mereka bersamaan menyentuh garis finis. Lalu, Joe dan Triadi langsung menatap layar besar. Mereka penuh cemas menantikan hasil waktu resmi lomba. Pemandangan ini cukup unik, mengingat Joe merupakan anak bawang di pelatnas, sementara Triadi sudah memakan asam garam di pelatnas.
Setelah menanti sekitar 2 menit, layar besar menampilkan Triadi sebagai peraih emas lewat catatan waktu 51,03 detik, hanya unggul 0,04 detik atas Joe. Tanpa banyak basa-basi, Joe langsung memberikan selamat kepada sang senior lewat pelukan hangat.
Persaingan Joe dan Triadi, yang terlihat timpang dari sisi pengalaman, sudah menjadi pemandangan lumrah di PON. Sebelumnya, perenang botak ini mengalahkan seniornya dua kali beruntun di nomor andalan Triadi, 50 meter dan 100 meter gaya kupu-kupu.
Joe hingga saat ini sudah menyabet 2 emas, 6 perak, dan 1 perunggu dalam debutnya. Dua emas itu berasal dari nomor 200 meter gaya bebas, mengalahkan perenang Olimpiade, Aflah Fadlan Prawira, dan 4x200 meter estafet gaya bebas. Adapun dia menjadi pahlawan kemenangan DKI dalam nomor estafet ketika menaklukkan unggulan utama, Jabar, yang diperkuat Fadlan dan Triadi.
Nomor individu saya sudah habis, tinggal estafet. Sejauh ini sangat memuaskan bagi saya karena saya berhasil mendorong diri jadi lebih baik di karier renang. Ini sangat berharga untuk hidup dan karier saya.
”Nomor individu saya sudah habis, tinggal estafet. Sejauh ini sangat memuaskan bagi saya karena saya berhasil mendorong diri jadi lebih baik di karier renang. Ini sangat berharga untuk hidup dan karier saya,” ucap perenang yang berbadan jangkung dan berlengan panjang ini.
Ledakan performanya di PON juga sempat mengejutkan pelatih DKI sekaligus nasional, Albert Susanto. Sang pelatih tidak menyangka anak asuhnya bisa mencapai titik seperti sekarang dengan hanya berada di pelatnas sejak April 2021.
”Dari April hingga Oktober, ledakannya luar biasa. Bisa dibilang dia superstar saat ini di PON. Walaupun baru dua emas, catatan waktunya bisa mengancam para senior. Dia mulai ditakuti oleh para seniornya,” kata Albert.
Albert menambahkan, peningkatan pesat ini terjadi karena keberadaan pelatih baru di pelatnas, Michael Piper, yang menggantikan David Armandoni. Di bawah Piper, perenang pelatnas diberikan porsi latihan cukup berat. Joe yang diambil ke pelatnas berkat penampilan di Kejuaraan Provinsi DKI Jakarta, Maret 2021, melahap semua program tersebut.
”Grafik prestasinya melompat mungkin karena program dari Piper berjalan baik. Perenang muda, seperti Joe, kan, baru pertama. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka menerima semua porsi latihan sepenuh hati. Tidak seperti perenang senior yang perlu adaptasi lagi dengan porsi, bahasa kasarnya ada sedikit penolakan,” tutur Albert.
Albert menilai, potensi Joe untuk berkembang masih sangat besar. Tubuh peraih emas 200 meter gaya bebas itu masih terbilang kurus, belum berotot kekar. Piper masih ingin memaksimalkan pembentukan fondasi renangnya terlebih dulu, sebelum memperbesar otot.
Mentalitas, menurut Joe, menjadi pengubah besar dalam kariernya. Setelah masuk pelatnas, dia merasa lebih punya jiwa kompetitif tinggi. ”Saya lebih percaya diri saat tampil. Persoalan mental ini sangat jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Saya juga lebih menikmati tekanan. Mungkin ini pengaruh latihan berat dari pelatih, ya,” katanya.
Mentalitas pantang menyerah itu yang diperlihatkannya dalam final 200 meter kupu-kupu setelah final 100 meter gaya bebas. Joe, yang memulai lomba sebagai non-unggulan, di lintasan satu, sukses merebut perak.
Perenang yang selalu tampil ekspresif ini berhasil bangkit setelah hanya berada di peringkat ke-5 pada separuh jalan lomba. Dalam 50 meter terakhir, dia menyusul tiga perenang sekaligus, termasuk Fadlan salah satu di antaranya.
Kehadiran bintang muda ini memberikan harapan regenerasi pada gaya kupu-kupu yang sebelumnya dikuasai Triadi dan Glenn. Juga di gaya bebas yang menjadi nomor favorit Triadi. Dengan badan jangkung dan lengan panjang, Joe berpotensi lebih baik dari sang senior.
”Bagus, ya, dengan kehadiran Joe. Itu akhirnya ada yang muda bisa muncul. Saya senang banget. Yang berenang gaya kupu-kupu, kan, paling cuma saya sama Triadi. Dua-duanya sudah kepala tiga,” sebut Glenn yang juara 100 meter gaya kupu-kupu dengan hanya unggul 0,01 detik atas Joe.