Aldila akan ditantang petenis junior terbaik nasional, Priska. Duel final PON ini menjanjikan pertarungan sengit dan penuh dengan drama.
Oleh
Kelvin Hianusa
·5 menit baca
JAYAPURA, RABU – Final ideal akan tersaji di nomor tunggal putri PON Papua 2021. Partai puncak mempertemukan dua ikon putri nasional, “ratu” senior Aldila Sutjiadi (26) dan “ratu” junior Priska Madelyn Nugroho (18). Laga nanti akan dibumbui dengan rasa hormat serta gengsi antara keduanya.
Final tersebut akan berlangsung di Arena Sian Soor, pada Kamis (7/10/2021) WIT. Aldila (DKI Jakarta) dan Priska (Papua) lolos setelah menjalani dua kisah berbeda di babak semifinal, Selasa siang.
Aldila butuh usaha ekstra untuk menaklukkan Novela Rezha yang bermain dengan cedera bahu dalam tiga set, 6-7 (9), 6-1, 6-2. Priska menumbangkan petenis veteran Jatim, Jessy Rompies, tanpa kesulitan berarti, 6-3, 6-2.
Setelah mengetahui akan saling berhadapan, mereka saling meninggikan satu sama lain. Aldila yang jauh lebih senior, menganggap Priska sebagai salah satu ancaman terbesar meskipun masih berada dalam usia junior.
“Sekarang di junior nomor satunya memang Priska. Dia junior yang bisa dibilang lagi meningkat. Ke depan, dia akan bisa menggantikan senior-seniornya. Priska sering bermain tur di ITF 15.000 jadi ya perkembangannya ke profesional, WTA, bisa dibilang cukup baik,” ucap Aldila.
Priska melihat sang senior sebagai sosok yang sulit dikalahkan. “Mentalnya sangat kuat, itu bisa dilihat siapa saja. Juga, permainannya sangat agresif. Di balik itu, aku hormat karena dia sosok senior yang baik, yang peduli dengan junior,” katanya.
Sekarang di junior nomor satunya memang Priska. Dia junior yang bisa dibilang lagi meningkat. Ke depan, dia akan bisa menggantikan senior-seniornya. (Aldila Sutjiadi)
Namun, jangan berharap duel ini akan penuh dengan sopan-santun, dan berakhir landai ibarat partai persahabatan. Laga tersebut akan menjadi perang yang panjang. Mereka berdua punya motivasi ekstra besar untuk saling menaklukkan.
Aldila ingin melepas beban berat di kepalanya. Sejak datang ke papua, isi kepalanya dipenuhi dengan bayang-bayang Priska. Dia sadar, juniornya itu merupakan musuh terbesar yang bisa menjegalnya untuk memenuhi target emas dari kontingen Jatim.
Beban tersebut pula yang membuat peraih emas Asian Games 2018 itu belum bisa tampil maksimal sepanjang PON, khususnya di tunggal. Seperti laga semifinal misalnya. Aldila di atas kertas bisa menang mudah atas Novela, tetapi harus susah-payah menggapai final.
“Kayanya masih kurang semua (aspek penampilan) kalau bisa dibilang. Belum ada di performa terbaik karena ada pressure. Karena pastinya saya diharapkan emas. Tetapi, Priska sedang dalam performa baik. Ada ketegangan dari situ. Ketegangan itu yang harus saya atasi,” ucap petenis putri berperingkat WTA ke-387 tersebut.
Selain bermain tenang, Aldila juga sudah membawa bekal strategi ke final. Dia berkata, harus tampil lebih sabar karena Priska sangat gigih. Aldila juga akan menahan ciri khas permainannya yang lebih dominan menyerang. “Aku harus build up the point, nggak bisa nyerang terus,” tambahnya.
Priska termotivasi menyumbang emas untuk tuan rumah. Dia ingin membalas rasa penasaran setelah kalah dalam semifinal beregu putri. Motivasi itu semakin besar karena dukungan yang “berisik” dari penonton tuan rumah. Setiap dia bermain, teriakan “Papua Bisa, Torang Bisa” selalu menggetarkan seisi Arena Sian Soor.
“Aku excited banget dalam debut PON kali ini. Banyak yang mendukung kami. Itu sangat menyenangkan karena sudah lama kami bertanding tetapi tidak ada penonton,” jelas petenis yang baru mengikuti enam turnamen di Austria, Denmark, dan Portugal pada Juli-Agustus 2021 tersebut.
Priska lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sang senior. Dia menyadari, laga nanti akan berlangsung sangat ketat. Menang atau kalah akan ditentukan dari siapa yang lebih gigih di lapangan.
Pelatih tim putri Papua Yovi Arifdha menilai Aldila masih jauh dari performa terbaik. Hal itu memperbesar peluang Priska untuk mencuri kemenangan. Namun, dia percaya sang lawan akan diuntungkan dengan jam terbang yang lebih banyak.
“Saya belum melihat performa terbaik dia. Mungkin dia tegang atau gimana. Dari kemarin ketemu pemain yang tough, dia tegang. Tetapi, poinnya, dia selalu menang. Itulah kelebihan dia di situ dengan pengalaman yang banyak. Mudah-mudahan Priska besok sial, terutama dari sisi mental,” ujar Yovi.
Priska, kata Yovi, punya variasi pukulan yang lebih lengkap dibandingkan Aldila. Sebaliknya, Aldila lebih unggul dalam sisi kekuatan pukulan. Dua faktor positif-negatif ini akan saling beradu di lapangan nanti, menyajikan pertarungan saling serang ibarat partai tinju.
Kedua “ratu” berbeda angkatan ini sudah dinanti sengatan matahari terik di Arena Sian Soor. Mereka akan bermain di urutan kedua, setelah final tunggal putra. Artinya laga itu berlangsung sekitar pukul 11.00 WIT atau 12.00 WIT. Yang mana, matahari akan seperti berada di atas kepala mereka.
Baik Aldila dan Priska mengaku sudah mulai beradaptasi dengan cuaca panas dan lembab di Jayapura. “Kalau fisik mereka sama-sama kuat. Di putri, mereka yang terbaik dalam urusan fisik. Jadi seharusnya tidak ada masalah,” pungkas Yovi.
Selain duel di lapangan, pertarungan juga akan terjadi dari tribune penonton. Adapun pendukung Jatim merupakan yang paling “berisik” setelah Papua. Pendukung mereka selalu memprovokasi lawan dengan teriakan “Bungkus” atau “Habisin”.
Aldila juga akan tampil dalam final ganda campuran bersama Christopher Rungkat. Pasangan emas Asian Games ini akan ditantang oleh sesama wakil Jatim, Beatrice Gumulya/Anthony Susanto.
Adapun Jatim kembali menunjukkan dominasinya di cabang tenis. Mereka memiliki 6 wakil di 5 nomor final. Salah satunya, final sesama Jatim di ganda campuran. Mereka membuka peluang untuk menyapu bersih medali emas dari seluruh nomor, setelah memenangi dua emas beregu, putra dan putri, sebelumnya.