PON Papua 2021 mengubah wajah Papua. Citra ketertinggalan provinsi di paling timur ini perlahan pudar seiring berdirinya infrastruktur megah untuk menggelar PON, dari arena laga hingga sarana dan prasarana pendukung.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR/KELVIN HIANUSA/ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 telah mengubah wajah Papua, terutama di empat kluster penyelenggara, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke. Citra ketertinggalan provinsi berjuluk ”Bumi Cenderawasih” itu mulai pudar seiring dengan berdirinya infrastruktur megah untuk menyelenggarakan ajang multicabang olahraga terbesar nasional tersebut, dari arena pertandingan hingga sarana-prasarana penunjang.
Di antara rumah warga dan rumah toko (ruko) yang berjejer di pinggiran jalan dari arah Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, ke kawasan Kampung Harapan yang berjarak sekitar 10 kilometer, tampak dari kejauhan tiga bangunan besar yang bentuknya amat kontras. Ada bangunan beratap kubah besar berwarna merah genteng, bangunan persegi terbuat dari pelat logam berwarna perak, dan bangunan terbesar dihiasi jajaran fasad segitiga dengan corak khas.
Ketiga bangunan itu secara berurutan ialah Istora Lukas Enembe, Arena Akuatik Lukas Enembe, dan Stadion Utama Lukas Enembe di Kompleks Olahraga Lukas Enembe. Ketiganya adalah arena olahraga baru nan modern yang khusus disiapkan untuk PON. Di malam hari, keberadaan arena-arena itu begitu gemerlap memancarkan cahaya yang menerangi kawasan tersebut. Pemandangan itu terlihat mencolok dibandingkan dengan cahaya remang dari lampu rumah warga, ruko, dan lampu jalan.
Ketiga arena itu menjadi kebanggaan baru Papua. Istora Lukas Enembe memecahkan tiga rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri), yakni struktur atap baja lengkung dengan bentang terpanjang di Indonesia mencapai 90 meter dan atap kubah terluas tanpa baut, yakni 7.300 meter persegi. Bangunan itu juga memiliki sistem penyejuk udara yang menggunakan instalasi textile duct sepanjang 477 meter.
Arena Akuatik Lukas Enembe dianggap sebagai yang termegah setelah Arena Akuatik Senayan, Jakarta Pusat. Bangunan itu pun menjadi arena akuatik indoor ketiga selain Arena Akuatik Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, dan Arena Akuatik Senayan. Dengan lisensi Federasi Renang Internasional (FINA) yang dikantongi sejak tahun lalu, semua rekor tercipta di sana bisa diakui dunia.
Stadion Lukas Enembe dinilai sebagai stadion sepak bola termegah di Indonesia bagian timur. Stadion ini memiliki fasilitas tribune tertutup menyeluruh dan kursi tempat duduk individu berkapasitas 40.000 penonton.
Keberadaan arena-arena itu mendapatkan pengakuan para atlet yang berpartisipasi di PON, baik atlet lokal maupun luar Papua. Hal ini yang dirasakan oleh kapten tim polo air putri DKI Jakarta, Ariel Dyah Cininta Siwabessy (27). Dia tak menyangka Papua menyiapkan arena akuatik semegah tersebut. Yang dirasakannya selama menjalani laga polo air pada 23-27 September, kualitas arena itu sebanding dengan di Senayan.
Selebihnya, fasilitas yang ada sama dengan di Senayan. Ini juga yang membuat kami yang biasa berlatih di Senayan tidak kesulitan beradaptasi bermain di sini.
Yang berbeda hanya jumlah kapasitas penonton yang lebih sedikit dan suhu air lebih hangat. ”Selebihnya, fasilitas yang ada sama dengan di Senayan. Ini juga yang membuat kami yang biasa berlatih di Senayan tidak kesulitan beradaptasi bermain di sini,” ujarnya seusai membawa tim DKI Jakarta meraih emas polo air putri, Senin (27/9/2021).
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia Basuki Hadimuljono di Jayapura, Jumat (1/10/2021), menuturkan, dirinya berharap pemerintah daerah di empat kluster itu bisa memelihara seluruh arena yang baru dibangun. Caranya, antara lain, dengan aktif menggelar kejuaraan.
Gubernur Papua Lukas Enembe berharap, segenap pembangunan yang disiapkan untuk PON bisa menjadi momentum kebangkitan Papua dari segala aspek, dari bidang olahraga hingga ekonomi. Melalui PON, para tamu bisa melihat bahwa Papua punya peluang besar untuk berkembang.
Apalagi Papua memiliki modal sumber daya manusia yang punya keunggulan fisik secara alami untuk menjadi atlet. Mereka pun memiliki potensi sumber daya alam untuk mengembangkan perekonomian, terutama dari sektor pariwisata.
Sarana prasarana pendukung
Tak hanya membangun arena, pemerintah turut menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, antara lain jalan, jembatan, dan penataan area di sekitar arena. Salah satu yang paling ikonik adalah Jembatan Merah Teluk Youtefa, Kota Jayapura, yang tak jauh dari arena dayung PON.
Selain untuk keperluan PON, jembatan yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2019 ini berfungsi menghubungkan akses baru dari Kota Jayapura ke kawasan Koya ataupun Arso. Dengan adanya akses itu, warga bisa menempuh perjalanan dari Kota Jayapura ke dua kawasan tersebut hanya sekitar 30 menit. Sebelumnya, mereka harus melalui jalan dengan memutar gunung berjarak tempuh 40-50 menit.
Di samping mempermudah perjalanan warga, jembatan sepanjang 732 meter ini menjadi magnet baru pariwisata Kota Jayapura dan sekitarnya. Warga Abepura, Kabupaten Jayapura, Randy Sambono (27), berulang kali menyarankan untuk singgah sejenak ke Jembatan Merah bagi pelancong yang perdana kali menginjakkan kaki di Jayapura. ”Kalau belum melihat Jembatan Merah, rasanya belum sah ada di Jayapura,” ucapnya.
Jembatan Merah pun menjadi tempat nongkrong baru untuk warga. Setiap pagi, sore, dan malam hari jembatan ini dipenuhi kendaraan dan warga yang ingin menikmati angin segar yang berembus dari arah laut. Waktu terbaik ke sana pada sore hari karena bisa melihat matahari terbenam.
Kafe ataupun resto baru bermunculan tak jauh dari Jembatan Merah di pesisir Teluk Youtefa. ”Kalau dulu, tempat nongkrong itu di kawasan Kupang dekat kantor Gubernur Papua. Sekarang, semuanya pindah ke sekitar Jembatan Merah,” ujar Randy.
Randy mengakui banyak perubahan yang terjadi di Papua menjelang PON. ”Saya bangga juga karena kampung halaman saya sudah bisa membangun seperti daerah-daerah di Indonesia,” ujar pemuda kelahiran Jayapura keturunan Jawa-Maluku tersebut.
Mimika kian bergeliat
Di Mimika, pemerintah daerah ataupun pusat melakukan perlebaran akses jalan di Kota Timika, dari sekitar 5 meter menjadi 10 meter dalam tiga tahun terakhir. Menurut Nauval Latuapo (46), orang Ambon yang telah bermukim di Timika sekitar 20 tahun terakhir, upaya itu membuat jalanan tampak lebih tertib, teratur, dan bersih.
Ini amat disyukuri warga karena bisa meminimalkan kepadatan jalan. ”Sekarang mobilitas kendaraan semakin cepat. Geliat kota juga semakin tumbuh. Kami berharap ini bisa lebih memicu pertumbuhan ekonomi di sini,” kata Nauval.
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Clayton Allen Wenas, Jumat, mengatakan, PTFI berkontribusi menyukseskan PON dengan menyediakan infrastruktur olahraga, fasilitas pelatihan atlet, bonus atlet Papua peraih medali, serta mitigasi risiko Covid-19.
PTFI membangun Mimika Sports Complex (MSC) yang akan menjadi tempat pertandingan bola basket dan perlombaan atletik. Maraton dan jalan cepat juga digelar di area PTFI di Kuala Kencana.
Menurut Wenas, pembangunan MSC dilakukan oleh PTFI sepanjang 2014-2016 dengan biaya Rp 468 miliar. MSC menurut rencana akan diresmikan pada 5 Oktober 2021. Selain itu, PTFI juga memberikan sponsorship senilai Rp 15 miliar untuk penyelenggaraan PON.