Meskipun tidak diperkuat tiga petenis terbaik dunia, Tim Eropa tetap mendominasi Piala Laver 2021. Bahkan, Tim Eropa menang telak atas Tim Dunia dengan skor 14-1.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Saat ”Big Three” dipastikan tak akan menjadi bagian dari Tim Eropa pada kejuaraan tenis Piala Laver 2021, Bjorn Borg harus memilih petenis lain untuk memperkuat Tim Eropa. Dia pun memprediksi, persaingan dengan petenis Tim Dunia pada tahun ini akan lebih ketat. Namun, Daniil Medvedev dan kawan-kawan justru mendapat kemenangan paling telak.
Pada persaingan yang berlangsung di TD Garden, Boston, Amerika Serikat, 24-26 September, Tim Eropa yang bertindak sebagai tim tamu menang 14-1 atas Tim Dunia. Ini menjadi empat kemenangan beruntun petenis-petenis Eropa atas Tim Dunia dalam empat kali penyelenggaraan Piala Laver.
Digagas oleh Roger Federer dan perusahaan manajemen miliknya, TEAM8, Piala Laver digelar untuk menghormati salah satu legenda tenis putra, Rod Laver, sejak 2017. Persaingan mempertemukan enam petenis terbaik Eropa dan di luar Eropa yang bergabung dalam Tim Dunia. Kedua tim pun bergantian menjadi tuan rumah.
Pada penyelenggaraan pertama di Praha, Ceko, pada 2017, Tim Eropa yang diperkuat duet Federer dan Rafael Nadal menang dengan skor 15-9.
Dengan mempertandingkan tiga tunggal dan satu ganda setiap harinya, setiap kemenangan pada hari pertama menghasilkan satu poin. Pertandingan pada hari kedua memperebutkan dua poin, sementara hari ketiga dengan tiga poin.
Di Chicago 2018—saat itu Tim Eropa diperkuat Federer dan Novak Djokovic—Eropa menang 13-8. Persaingan bertambah ketat pada tahun berikutnya ketika Piala Laver digelar di hadapan publik Geneva, Swiss.
Bertanding di hadapan publiknya sendiri, Federer dan kawan-kawan mendapat perlawanan paling ketat. Mereka menang 13-11 melalui kemenangan Federer dan Alexander Zverev pada dua laga terakhir guna membalikkan keadaan dari tertinggal 7-11. Pada 2020, Piala Laver batal diselenggarakan karena pandemi Covid-19.
Tahun ini, cedera yang dialami Federer dan Nadal serta absennya Djokovic membuat Tim Eropa tak bisa mengandalkan ”Big Three” untuk pertama kalinya. Borg, sebagai kapten Eropa, dibantu wakilnya, Thomas Enqvist, harus memilih petenis lain berdasarkan peringkat terbaik.
Beruntung, petenis-petenis Eropa menguasai semua tempat pada peringkat 10 besar dunia hingga Borg tak kesulitan untuk membentuk tim kuat. Enam petenis yang berada dalam posisi itu diundang, yaitu Medvedev (Rusia/peringkat kedua), Stefanos Tsitsipas (Yunani/3), Zverev (Jerman/4), Andrey Rublev (Rusia/5), Matteo Berrettini (Italia/7), dan Casper Ruud (Norwegia/10).
Meski memiliki barisan petenis di jajaran 10 besar dunia, sejak awal Borg menilai, Tim Eropa tak akan mendapat kemenangan mudah pada kali ini. Apalagi, kejuaraan digelar di Boston, di mana Tim AS bertindak sebagai tuan rumah.
Kapten Tim Dunia, John McEnroe, juga memprediksi persaingan akan berlangsung lebih ketat. Untuk pertama kalinya, Tim Dunia, bahkan, memiliki peluang menang yang lebih besar di hadapan publik sendiri.
Mereka diperkuat empat petenis yang pernah tampil dalam Piala Laver, yaitu John Isner (AS), Nick Kyrgios (Australia), Diego Schwartzman (Argentina), dan Denis Shapovalov (Kanada). Dua debutan yang dipilih adalah Felix Auger-Aliassieme (Kanada) dan Reilly Opelka, petenis terbaik AS saat ini. Skuad ini adalah gabungan dari petenis big server dan baseliner yang tangguh.
Tim Eropa langsung unggul 3-1 pada hari pertama, tetapi keunggulan tersebut tak berarti apa-apa jika Tim Dunia bisa berbalik mendominasi melalui perburuan poin yang lebih besar pada hari berikutnya.
Namun, Tsitsipas, Zverev, Medvedev, dan duet Tsitsipas/Rublev tak memberi kesempatan pada tim tuan rumah untuk menambah poin. Tim Eropa pun tinggal membutuhkan satu kemenangan, pada hari ketiga, untuk mendapat minimal 13 poin.
Tak perlu menunggu lama, Eropa mengukuhkan diri sebagai sebagai penguasa tenis putra melalui kemenangan Rublev/Zverev atas Opelka/Shapovalov, 6-2, 6-7 (4), 10-3, pada pertandingan pertama, Minggu. Tiga pertandingan tunggal pun tidak lagi dimainkan.
“Bagi saya, sebagai kapten, ini menjadi pekan yang sangat penting. Kami senang bisa mempertahankan gelar melalui enam atlet yang menjadi masa depan tenis,” komentar Borg.
Enam petenis berusia 22-25 tahun yang telah menempati peringkat 10 besar dunia itu menjadi bagian dari generasi penerus “Big Three”. Mereka berpengalaman mengalahkan Federer, Nadal, dan Djokovic, juga menjadikan perolehan medali Olimpiade dalam rekam jejak prestasi.
Namun, generasi penerus itu masih memiliki pekerjaan rumah besar di ajang Grand Slam. Dari enam petenis itu, hanya satu gelar Grand Slam yang didapat, yaitu melalui Medvedev pada AS Terbuka 2021, dua pekan lalu.
Saya punya dua momen emosional tahun ini, yaitu medali emas Olimpiade (pada ganda campuran) dan Piala Laver. Momen ini akan selalu berada dalam ingatan. (Andrey Rublev)
“Saya punya dua momen emosional tahun ini, yaitu medali emas Olimpiade (pada ganda campuran) dan Piala Laver. Momen ini akan selalu berada dalam ingatan,” komentar Rublev dalam laman resmi Piala Laver.
“Setelah selalu saling bersaing, mereka berkumpul di sini. Setelah itu, mereka akan bersaing lagi dalam banyak pertandingan. Saya rasa, kesempatan untuk berkumpul di sini menjadi momen yang bagus untuk mereka,” komentar Borg.
Merasakan kepercayaan diri yang besar sebelum persaingan dimulai, McEnroe pun harus mengakui keunggulan Tim Eropa. ”Kami sudah berupaya maksimal, tetapi tim Eropa sangat kuat, tak diragukan,” kata McEnroe yang semasa aktif bermain tenis menjadi rival Borg.
”Semoga ini menjadi kekalahan terakhir. Tak akan ada tim yang mengalahkan kami lima kali beruntun. Kami harus tetap berjuang. Inilah makna dari olahraga yang kita tekuni,” lanjut McEnroe. (Reuters)