Pusat Perbaikan Paralimpiade, Pendukung Atlet di Belakang Layar
Pusat Perbaikan Paralimpiade ibarat ”juru selamat” bagi para atlet yang mengalami kerusakan alat penunjang. Keberadaannya teramat vital bagi atlet dari negara-negara berkembang.yang tampil di Tokyo.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Kehadiran Pusat Perbaikan Paralimpiade (Paralympic Repair Center) tidak dapat dipisahkan dalam setiap pergelaran ajang olahraga tertinggi atlet penyandang disabilitas. Di Paralimpiade Tokyo, Pusat Perbaikan Paralimpiade kembali hadir. Diperkuat 100 teknisi dari 23 negara, mereka siap membantu para atlet untuk menampilkan performa terbaik dan mengejar mimpinya.
Bagi atlet Paralimpiade Tokyo yang berkursi roda atau menggunakan kaki palsu atau prostetik, kondisi peralatan tersebut tidak kalah penting untuk dirawat. Segala persiapan atlet akan sia-sia apabila kursi roda atau kaki prostetik mereka rusak beberapa saat menjelang bertanding. Maka itu, keberadaan Pusat Perbaikan Paralimpiade menjadi vital.
”Peran kami adalah mendukung atlet yang berkompetisi di Paralimpiade dari belakang layar. Penting bagi kami untuk melakukan apa pun yang kami bisa untuk membantu para atlet menampilkan performa terbaik ketika bertanding,” kata Shunjun Takahashi, seorang ahli prostetik Jepang yang bekerja di Pusat Perbaikan Paralimpiade, dikutip dari Kyodo News, Selasa (31/8/2021).
Pusat Perbaikan Paralimpiade dioperasikan oleh Ottobock, sebuah perusahaan global produsen kursi roda dan kaki prostetik yang berkantor pusat di Jerman. Ottobock telah mengoperasikan fasilitas tersebut sejak Paralimpiade Seoul 1988. Dimulai dengan hanya beberapa teknisi di Seoul, Pusat Perbaikan Paralimpiade sekarang menjadi bagian penting dari Paralimpiade dengan lebih banyak teknisi dan mesin canggih.
Hingga 8 September 2021 atau tiga hari setelah Paralimpiade Tokyo berakhir, pusat perbaikan itu diperkirakan sanggup melayani hingga 2.000 perbaikan peralatan atlet secara cuma-cuma. Layanan perbaikan yang disediakan mulai dari mengganti ban kursi roda hingga mengelas rangka logam.
Para teknisi dan staf bekerja siang dan malam. Di dalam Pusat Perbaikan Paralimpiade terdapat 14 bilik yang dilengkapi dengan berbagai jenis mesin dan lebih dari 17.000 suku cadang. Para teknisi telah melakukan sekitar 1.000 operasi perbaikan dan pemeliharaan sejak perkampungan atlet di Tokyo dibuka pada pertengahan Agustus. Mayoritas perbaikan terkait kerusakan pada kursi roda. Jumlahnya mencapai 80 persen dari 1.000 permohonan perbaikan.
Berkat bantuan para teknisi itu, Popow kemudian dapat memenangi medali emas yang mengubah semua hidupnya.
Menurut Takahashi, menjadi bagian dari Pusat Perbaikan Paralimpiade adalah sebuah tanggung jawab besar. Meskipun tanggung jawab yang diembannya itu cukup berat, ia merasa pekerjaan tersebut amat berharga.
”Kebahagiaannya ketika saya melihat kegembiraan para atlet setelah peralatan mereka diperbaiki,” kata Takahashi.
Selama bertugas, Takahashi aktif menjelaskan kepada atlet Paralimpiade terkait dengan permasalahan pada kursi roda atau kaki prostetik milik mereka. Setelah itu, ia menerangkan kepada atlet jenis perbaikan apa yang perlu dilakukan.
Membuat peralatan
Selain memperbaiki peralatan yang rusak, Pusat Perbaikan Paralimpiade juga mampu membuat peralatan yang sama sekali baru untuk para atlet. Hal itu dimungkinkan dengan sejumlah mesin pendukung yang lengkap.
Salah seorang pengelola Pusat Perbaikan Paralimpiade, Peter Franzel, mengatakan, ada satu permintaan yang cukup menantang datang dari panitia penyelenggara Paralimpiade. Mereka meminta dibuatkan peralatan yang memungkinkan atlet tanpa lengan bisa bertindak sebagai pembawa bendera pada upacara pembukaan pada 24 Agustus lalu.
Pada akhirnya, tim teknisi merancang sebuah ransel kain khusus dengan pipa logam, di mana tiang bendera dapat dimasukkan di sana. Ransel itu memungkinkan para atlet membawa bendera negara mereka saat upacara pembukaan di Stadion Nasional, Tokyo.
”Itu adalah sesuatu yang istimewa. Ransel itu menarik untuk dibuat dan diproduksi. Sangat menyenangkan melihat para atlet datang dan tersenyum saat upacara pembukaan,” kata Franzel yang telah bekerja di tujuh edisi Paralimpiade.
Peran vital Pusat Perbaikan Paralimpiade pernah dirasakan mantan sprinter dan atlet lompat jauh Jerman, Heinrich Popow, di Paralimpiade London 2012. Lima menit jelang bertanding di cabang atletik nomor 100 meter kelas T42, kaki prostetik Popow patah. Popow mencoba memperbaiki kakinya tersebut ke pusat perbaikan.
Para teknisi dengan cekatan memperbaiki kaki prostetik Popow dalam waktu singkat, kemudian membawanya ke garis start tepat waktu. Berkat bantuan para teknisi itu, Popow kemudian dapat memenangi medali emas yang mengubah semua hidupnya.
Bagi atlet dari negara maju, keberadaan Pusat Perbaikan Paralimpiade barangkali tidak seberapa penting karena mereka biasanya membawa mekanik sendiri. Namun, atlet yang berasal dari negara berkembang sering kali tidak memiliki kemewahan tersebut.
Kondisi itu menjadikan Pusat Perbaikan Paralimpiade sebagai juru selamat bagi para atlet dalam mewujudkan mimpinya.