Solskjaer bukanlah manajer berkelas dunia seperti Pep Guardiola, Juergen Klopp, ataupun Jose Mourinho. Namun, manajer sederhana ini telah membuktikan diri sebagai pengganti terbaik Sir Alex Ferguson.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Ole Gunnar Solskjaer telah mencapai 100 pertandingan Liga Inggris sebagai manajer Manchester United dengan rekor terbaik kedua sepanjang sejarah klub. Tak disangka, manajer yang sempat ”diusir” oleh para pendukung ini mampu berbicara banyak. Dia kini menjadi sosok terbaik MU sejak pensiunnya manajer legendaris, Sir Alex Ferguson.
Solskjaer begitu semringah seusai kemenangan MU atas tuan rumah Wolverhampton Wanderers (1-0) di Stadion Molineux, Senin (30/8/2021) dini hari WIB. Hasil yang susah payah didapatkan itu menyempurnakan laga ke-100 sang manajer bersama ”Setan Merah”.
Pencapaian manajer yang ditunjuk sejak Desember 2018 ini cukup memukau. Dia tidak hanya bisa bertahan sampai 100 laga, tetapi juga mencatat rekor kemenangan terbaik kedua dalam sejarah MU (53 persen), terdiri dari 53 menang, 28 imbang, dan 19 kalah.
Istimewanya, catatan dalam 100 laga pertamanya di liga melampaui sang guru, Sir Alex (45 persen/1986-2013). Solskjaer hanya tertinggal dari Ernest Mangnall (54 persen/1903-1912). ”Ini adalah pekan yang indah. Saya bahagia pekan ini,” katanya tentang awal musim positif MU di Liga Inggris dan pencapaian sebagai manajer.
Bagi Solskjaer, pijakan pencapaian tersebut amat penting. Dia membuktikan diri sanggup bertahan meskipun berkali-kali nyaris dipecat. Para pendukung MU, bahkan, sempat memintanya berhenti, puncaknya pada November 2020 ketika tim mereka terperosok hingga peringkat ke-15 liga domestik.
Namun, tak disangka, pria 48 tahun ini justru menjadi manajer pertama yang bisa menukangi MU sampai 100 pertandingan liga setelah Sir Alex pergi pada 2013. Manajer ternama dunia, seperti Jose Mourinho (2016-2018) dan Louis van Gaal (2014-2016), bahkan dipecat terlebih dulu sebelum mencapai pijakan tersebut.
Kami kali ini bertarung untuk gelar juara, bukan rekor. Musim ini adalah saat yang tepat.
Salah satu kesuksesan terbesar Solskjaer adalah menjadikan MU sebagai raja tandang. ”Setan Merah” baru memecahkan rekor tidak terkalahkan saat bertamu (28 laga), melampaui catatan Arsenal yang sudah bertahan sejak musim 2003-2004.
Skuad asuhan Solskjaer tidak selalu tampil istimewa saat bertamu. Seperti halnya lawan Wolves, mereka ditekan dan tidak berkembang sepanjang pertandingan. Namun, tiba-tiba mereka menang hanya dengan satu peluang matang. Kemarin, penyerang muda Mason Greenwood yang menjadi pahlawannya.
Manajer asal Norweigia ini sudah mematenkan formula untuk bertamu. Mereka bermain lebih berhati-hati, tidak memaksakan untuk mendominasi permainan. Saat lawan lengah, Bruno Fernandes dan rekan-rekan akan mengincar serangan balik kilat lewat umpan langsung.
MU punya modal besar untuk sukses dengan formula tersebut mengingat menang saat bertandang di Liga Inggris sangatlah sulit. Tim tamu selalu dihantui para pendukung lawan yang beringas.
Skuad MU begitu yakin terhadap kepemimpinan Solskjaer. Kiper andalan David de Gea meyakini, musim ini akan menjadi titik balik sang manajer dan tim. Mereka ingin meraih gelar pertama yang masih menjadi sesuatu yang alpa dalam perjalanan karier Solskjaer.
”Tidak terkalahkan dalam 28 laga adalah sesuatu yang sulit diciptakan, tetapi kami saat ini tidak terfokus pada hal tersebut. Kami kali ini bertarung untuk gelar juara, bukan rekor. Musim ini adalah saat yang tepat,” ucap De Gea yang menjadi pahlawan lewat beberapa penyelamatan gemilang di Stadion Molineux.
Keinginan juara itu tidak hanya angan-angan semata. Solskjaer punya skuad yang nyaris komplet musim ini dengan kehadiran pemain bintang baru, yaitu bek Raphael Varane serta duo penyerang, Cristiano Ronaldo dan Jadon Sancho. Satu-satunya posisi yang masih kurang bertaji hanyalah gelandang bertahan.
Kata Solskjaer, dia telah menyiapkan rencana istimewa untuk Ronaldo. Meski sudah berusia 36 tahun, ”CR7” tetap akan mendapat tempat di skuad utama. Pencetak gol terbanyak Liga Italia (29 gol) musim lalu itu kemungkinan mengisi posisi penyerang tengah ”Setan Merah”.
”Cristiano telah berevolusi sebagai pemain. Dia pernah bermain di kanan, kiri, tetapi sekarang dia lebih cocok berada di tengah. Saya ingin dia berada di kotak penalti untuk mencetak gol. Dia akan memberikan sesuatu yang berbeda. Saya sangat antusias untuk terus mebangun skuad ini,” kata Solskjaer.
Di sisi lain, Solskjaer juga tinggal menuai kepercayaan yang telah diberikan kepada Greenwood. Penyerang 19 tahun itu telah mencetak 3 gol dalam 3 laga musim ini. Lewat gol pamungkas ke gawang Wolves, dia menjadi salah satu dari empat pemain remaja dalam sejarah Liga Primer yang bisa mencetak setidaknya 20 gol. Pemain lainnya adalah Michael Owen, Robbie Fowler, dan Wayne Rooney.
Perjalanan berliku Solskjaer seakan sebuah takdir yang harus dialami ”bos” MU. Sir Alex saja pernah mengalami situasi serupa pada awal karier. Dulu, sang manajer legendaris MU itu sempat diragukan juga oleh pendukung. Bahkan, salah satu pendukung mengusirnya dari klub pada Desember 1989 dengan membawa banner bertuliskan ”Ta Ra Fergie”. Beruntung, Sir Alex tetap bertahan hingga menjadi manajer tersukses dalam sejarah klub.
Meskipun punya catatan impresif, Solskjaer tidak lepas dari kritik. Mantan kapten MU, Roy Keane, tidak suka melihat cara bermain ”Setan Merah” di bawah kepelatihan bekas rekan setimnya tersebut. Solskjaer dinilai tidak punya sistem bermain solid, seperti manajer papan atas, Josep Guardiola ataupun Juergen Klopp.
”Mereka terlalu bergantung pada bakat seorang pemain. MU memang masih berbahaya, tetapi permainan mereka kurang bagus. Pemain memberikan bola kepada lawan dengan sangat mudah, tidak berenergi. Saya harap Ronaldo tidak menonton karena dia bisa menarik diri dari kontrak jika melihatnya,” kata Keane kepada Sky Sports. (AP/REUTERS)