Hasil positif pada laga terakhir babak grup mengangkat mental dua atlet tenis meja Paralimpiade Indonesia. Kecepatan lawan menjadi hal yang mereka waspadai pada babak perempat final.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Mental dua atlet tenis meja Paralimpiade Indonesia, David Jacobs dan Komet Akbar, terangkat seiring hasil positif yang mereka raih di pertandingan terakhir. Rasa percaya diri itu menjadi modal berharga keduanya untuk menatap babak perempat final. Namun, baik David dan Komet sama-sama mewaspadai permainan cepat calon lawan mereka.
David menjejak perempat final dengan status juara Grup B kelas TT10 (disabilitas tangan dengan level terendah). Pada pertandingan babak grup, David menundukkan wakil Spanyol, Jose Manuel Ruiz Reyes, dengan skor telak 3-0.
Selanjutnya, David akan menghadapi atlet tenis meja China, Lian Hao, yang berperingkat ketiga dunia, Sabtu (28/8/2021), di Tokyo Metropolitan Gymnasium. Pertarungan diprediksi berlangsung ketat karena mereka adalah atlet tenis meja yang masuk tiga besar dunia. Adapun David saat ini berada di peringkat kedua dunia.
Dua kemenangan di fase grup cukup membantu untuk mendongkrak kepercayaan diri saya menghadapi Lian Hao. Tapi, ini fase gugur. Jadi, saya harus tetap waspada dan menyiapkan mental.
”Dua kemenangan di fase grup cukup membantu untuk mendongkrak kepercayaan diri saya menghadapi Lian Hao. Tapi, ini fase gugur. Jadi, saya harus tetap waspada dan menyiapkan mental. Siapa yang lebih siap, dia akan keluar sebagai pemenang,” kata David dihubungi dari Jakarta, Jumat (27/8/2021).
Keduanya sudah beberapa kali pernah bertemu dan saling mengalahkan. Namun, ini adalah kali pertama mereka bersua di Paralimpiade. Dari pengalaman menghadapi Lian, David mengaku telah dapat membaca pola permainan calon lawannya itu. Menurut David, Lian adalah atlet berkemampuan lengkap dengan kelebihan pada kecepatan dan kekuatan pukulan.
Dua poin tersebut adalah hal yang paling diwaspadai David. Kendati demikian, David mengaku tak gentar dan akan berupaya menampilkan kemampuan terbaiknya untuk melangkah lebih jauh di Paralimpiade.
”Walau dia mainnya kencang, saya tidak perlu takut terhadap serangannya. Saya harus main cerdik. Disabilitas dia hampir sama dengan saya,,” katanya.
David merasa perlu untuk mencari kelemahan dari Lian. Karena itu, David menyempatkan waktu menyaksikan rekaman pertandingan Lian. Dari sana David mencoba menganalisis apa yang menjadi kelemahan Lian.
”Selain itu, saya membayangkan bagaimana dia nanti pada saat melakukan pukulan servis,” ucapnya.
Di sisi lain, mental Komet juga turut terangkat setelah menyingkirkan wakil Perancis berperingkat ke-11 dunia, Gilles de la Bourdonnaye, dari Perancis dengan skor tipis 3-2. Kemenangan atas Bourdonnaye menjadi kemenangan perdana Komet di Paralimpiade pertamanya ini. Meski kalah dari sisi pengalaman dan teknik, Komet memenangi laga dengan berbekal semangat dan determinasi tinggi.
Pada babak perempat final, Komet sudah ditunggu atlet tenis meja Perancis berperingkat empat dunia, Mateo Boheas. Boheas adalah orang yang mengalahkan David di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 pada babak 16 besar.
Rekor pertemuan dan peringkat dunia tidak menguntungkan Komet. Menurut Komet, dirinya pernah beberapa kali bertemu dengan Boheas dan lebih banyak berakhir kekalahan. Meski demikian, Komet akan mencoba kembali bermain dengan determinasi tinggi, seperti kala menghadapi Bourdonnaye.
”Pada babak perempat final nanti saya coba mengubah strategi sedikit agar tidak monoton dan ketahuan lawan. Tapi, secara umum permainan Boheas tidak beda jauh dengan Bourdonnaye. Mereka berdua sama-sama mengandalkan kecepatan. Itu yang harus saya waspadai,” ujarnya.