Tiga wakil Indonesia di cabang tenis meja Paralimpiade Tokyo 2020 siap berlaga. Meski mendapatkan lawan cukup berat, mereka tidak genta.. Mereka akan berjuang mengejar target minimal meraih perunggu, seperti 2012 lalu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Jelang dimulainya jadwal pertandingan cabang olahraga tenis meja Paralimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jepang, pada 25 Agustus-3 September ini, tiga atlet Indonesia terus mematangkan persiapannya. Kendati masuk dalam grup yang relatif berat, mereka tetap optimistis bisa lolos dari putaran grup. Adapun tim tenis meja ditargetkan meraih setidaknya medali perunggu seperti yang dicapai pada Paralimpiade London 2012.
Tiga atlet tenis meja Paralimpiade Indonesia itu bakal mengikuti empat nomor pertandingan, yakni David Jacobs dan Komet Akbar di kelas TT10 atau C10 individu, David/Komet di C9-C10 tim, serta Adyos Aston di kelas TT4 atau C4 individu. Undian cabang tenis meja Paralimpiade ini telah dilakukan di Tokyo, Senin (23/8). Hasilnya, David di tempatkan sebagai unggulan kedua di bawah petenis meja Paralimpiade asal Polandia, Patryk Chojnowski. di kelas TT10.
Kategori C4 meliputi atlet yang mengalami keterbatasan bagian bawah, tetapi memiliki keseimbangan duduk, serta lengan, dan tangannya bisa berfungsi penuh. Kategori C9 meliputi atlet yang memiliki gangguan ringan di kaki atau lengan, seperti atlet dengan lutut kaku, siku terbatas, atau gangguan signifikan pada lengan non-main. Kategori C10 meliputi atlet yang memiliki gangguan relatif ringan, seperti pergelangan kaki kaku atau pergelangan tangan yang bermain.
Namun, David dan Chojnowski tidak langsung bertemu dalam putaran grup. David masuk Grup B bersama unggulan ketujuh asal Spanyol Manuel Ruiz Reyes dan unggulan kesembilan asal Montenegro Luka Bakic. Melihat hasil undian itu, David tak gentar. Atlet kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 21 Juni 1977, itu mengaku dirinya sudah sangat siap untuk berlaga di Paralimpiade kali ini.
David ditargetkan bisa mengulangi kesuksesannya merebut perunggu di Paralimpiade 2012. Akan tetapi, dia ingin fokus melalui penyisihan grup lebih dulu. ”Hasil drawing, di mana satu grup dengan Jose Ruiz dan Luka Bakic, bakal cukup ketat. Namun, saya berdoa bisa melaluinya dan masuk delapan besar (lebih dulu),” ujar David yang mengoleksi satu emas Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan, dan dua emas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, Indonesia tersebut.
Hasil drawing, di mana satu grup dengan Jose Ruiz dan Luka Bakic, bakal cukup ketat. Namun, saya berdoa bisa melaluinya dan masuk delapan besar (lebih dahulu).
Komet yang justru bertemu dengan Chojnowski di Grup A. Selain akan berhadapan dengan unggulan utama, Komet pun berjumpa unggulan kedelapan asal Perancis, Gilles de la Bourdonnaye. Untuk menghadapi dua laga krusial itu, Komet terus menggenjot latihan di Tokyo.
Komet juga tidak takut meskipun berhadapan dengan unggulan pertama. Dia malah tertantang untuk menunjukkan penampilan terbaiknya saat melawan Chojnowski. ”Saya bakal tampil maksimal, semoga saya bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Saya tidak gentar menghadapi siapa pun,” tandas atlet asal Jakarta tersebut.
Dari kelas TT4, Adyos yang berada di unggulan ke-13 tergabung di Grup A bersama unggulan pertama asal Turki, Abdullah Ozturk, dan unggulan ke-11 asal Polandia, Rafal Lis. Adyos telah tiga kali bertanding melawan Ozturk, tetapi belum sekalipun memenangi laga atas atlet Turki tersebut. Walau demikian, dia selalu menunjukkan perlawanan sengit atas Ozturk, seperti pertemuan terakhir hanya kalah tipis 2-3 dalam kejuaraan di Finlandia dua tahun lalu.
”Saya mendapatkan hasil undian di mana tergabung satu grup dengan unggulan pertama yang juga juara dunia (Ozturk). Ini cukup sulit. Tetapi, saya akan tetap bersemangat dan berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki,” ucap Adyos. (*)