Paralimpiade Tokyo mengusung tema besar ”Bergerak Maju” untuk menunjukkan keterbatasan bukanlah halangan meraih mimpi. Pesan itu diresapi dengan sungguh-sungguh oleh atlet Indonesia.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Paralimpiade Tokyo 2020 akan dibuka Selasa (24/8/2021) malam WIB. Paralimpiade kali ini mengusung tema besar ”Bergerak Maju” yang dikemas dalam acara pembukaan dengan konsep berjudul ”Kami Memiliki Sayap”. Atlet Paralimpiade Indonesia memaknai tema tersebut sebagai pesan untuk tak kehilangan harapan dan terus meraih cita-cita meski raga memiliki batas.
Upacara pembukaan dijadwalkan dimulai pukul 20.00 waktu Jepang di Stadion Olimpiade Tokyo yang berkapasitas 68.000 orang. Namun, karena Tokyo masih dalam masa darurat Covid-19, pembukaan diputuskan tanpa dihadiri penonton. Pemerintah Jepang telah melaporkan lebih dari 25.000 kasus harian secara nasional dalam beberapa hari terakhir.
Dilansir dari NHK Japan, Senin (23/8/2021), panitia penyelenggara mengatakan, konsep ”Kami Memiliki Sayap” untuk acara pembukaan dipilih untuk meningkatkan kesadaran akan keberanian atlet Paralimpiade yang mencoba melebarkan sayap mereka dengan tidak memedulikan ke mana arah angin bertiup.
Diyakini akan banyak pesan perdamaian, koeksistensi, keberlanjutan, rekonstruksi, dan inklusivitas yang ditampilkan panitia. Sejumlah suguhan pertunjukan juga telah disiapkan, seperti pertunjukan tari-tarian, permainan lampu, dan kembang api.
Keanekaragaman adalah kenyataan. Inklusivitas adalah pilihan. Para atlet telah memilih mengambil kesempatan di Paralimpiade untuk menjadikan Tokyo kota yang lebih inklusif, tidak hanya untuk warga hari ini, tetapi untuk warga masa depan.
”Keanekaragaman adalah kenyataan. Inklusivitas adalah pilihan. Para atlet telah memilih mengambil kesempatan di Paralimpiade untuk menjadikan Tokyo kota yang lebih inklusif, tidak hanya untuk warga hari ini tetapi untuk warga masa depan,” kata Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons.
Panitia penyelenggara telah memilih 161 orang dari 5.500 pelamar sebagai penampil di pembukaan Paralimpiade. Sebanyak 75 di antaranya tampil di pembukaan dan 89 lainnya untuk upacara penutupan.
Pada acara pembukaan nanti, kontingen Indonesia akan mengirimkan perwakilan atlet, pelatih, dan ofisial dalam acara defile. Dihubungi dari Jakarta, Wakil Sekretaris Jenderal Komite Paralimpiade Nasional Indonesia Rima Ferdianto mengatakan, kontingen Indonesia akan tampil dengan mengenakan busana daerah dari Papua, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Atlet atletik Paralimpiade Jaenal Aripin dan atlet menembak Paralimpiade Hanik Puji Astuti didaulat sebagai pembawa bendera Indonesia saat defile.
Menurut Rima, pihaknya membawa banyak pakaian adat daerah karena hendak menunjukkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia internasional. ”Kami mau tunjukkan meski kita semua berbeda-beda, tetapi bisa terangkum menjadi satu Indonesia,” ucapnya.
Bagi Jaenal, Paralimpiade Tokyo sangat istimewa untuk dirinya. Sebab, ia dipercaya membawa bendera Indonesia di Paralimpiade pertamanya ini. Jaenal juga telah lama bermimpi bisa tampil mewakili Indonesia di panggung olahraga terbesar bagi atlet difabel.
Semangatnya untuk berpartisipasi di Paralimpiade ia jaga sejak mengikuti Pekan Paralimpik Daerah di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 2014. Sejak itu, ia kerap menyaksikan perjuangan atlet-atlet Paralimpiade melalui Youtube. Dalam benaknya, ia memendam harapan untuk bisa menjadi seperti atlet-atlet yang ia saksikan itu.
Jaenal memaknai tema besar Paralimpiade sebagai pesan bagi semua atlet difabel dan orang-orang berkebutuhan khusus untuk bisa melampaui batasan-batasan yang ada dalam diri mereka. Baginya, hidup harus terus bergerak maju. Meski memiliki batas dalam diri, Jaenal yakin semua orang mampu meraih cita-citanya bila mau bekerja keras dan berusaha.
Hal itu sudah dibuktikan Jaenal dengan keberhasilannya lolos ke Paralimpiade Tokyo. Untuk bisa menembus Paralimpiade, Jaenal harus mengikuti serangkaian kualifikasi sejak 2019. Ia menjajal sejumlah kejuaraan para-atletik di Benua Afrika dan Eropa demi mendapatkan poin.
”Kita harus bisa mencapai mimpi meski dengan keterbatasan yang kita miliki. Tentunya dengan berpikir positif agar kita bisa melampaui batas. Keterbatasan tidak menghalangi kita untuk bisa berprestasi,” ujarnya.
Atlet para-tenis meja Komet Akbar bahkan harus menunggu selama 10 tahun untuk bisa tampil di Paralimpiade. Komet sebelumnya telah mencoba mengikuti kualifikasi untuk mengikuti Paralimpiade London 2012 dan Paralimpiade Rio de Janeiro 2016. Namun, semuanya berakhir dengan kegagalan.
Menjelang Paralimpiade London, Komet menempati peringkat 15 dunia. Itu belum cukup mengantarkannya ke London. Komet pun menanti dan berharap bisa lolos ke London melalui jalur universality atau wild card tapi belum berhasil. Cerita serupa terulang menjelang Paralimpiade Rio.
”Waktu itu sempat hampir menyerah. Nunggu wild card tapi tidak dapat-dapat. Saat itulah senior saya David Jacobs menyemangati saya. Dia minta saya untuk menemaninya di nomor beregu di Paralimpiade Tokyo," kata Komet.
Motivasi dan bimbingan Jacobs mengembalikan gairah dan semangat Komet. Hingga akhirnya memenangi Kejuaraan Asia di Taichung, Taiwan, pada Juli 2019. Saat itu Komet di luar dugaan mengalahkan pemain unggulan Chian Hao Lian tiga set langsung.
”Mungkin itu rezeki saya. Sebelumnya saya belum pernah menang menghadapi Hao Lian. Di saat-saat penentuan malah bisa menang lawan dia dan lolos ke Tokyo," ucapnya.
Jaenal dan Komet telah menunjukkan keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih mimpi. Pesan itulah yang coba mereka sebarkan dari keikutsertaan mereka di Paralimpiade Tokyo. (AFP)