Kekalahan Jadi Pelecut Semangat Adyos dan Komet di Tokyo
Kekalahan pada laga perdana tidak meruntuhkan mental dua atlet tenis meja paralimpik Indonesia. Mereka justru termotivasi tampil lebih baik pada laga berikutnya agar bisa lolos dari babak penyisihan grup.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Tiga wakil Indonesia di cabang tenis meja paralimpik telah memulai kiprahnya di Paralimpiade Tokyo 2020, Rabu (25/8/2021). Dari ketiga atlet itu, hanya satu, yaitu David Jacobs, yang memetik kemenangan pada laga perdana di Tokyo Metropolitan Gym.
Bagi kedua atlet lainnya, kekalahan pada laga perdana itu tidak serta-merta meruntuhkan mental mereka. Hasil kurang bagus itu justru menjadi pelecut semangat mereka untuk tampil lebih baik pada pertandingan berikutnya yang menentukan lolos tidaknya dari penyisihan grup.
Dua wakil Indonesia lainnya di tenis meja, Adyos Astan dan Komet Akbar, harus mengakui keunggulan lawan-lawan mereka. Adyos dan Komet sama-sama menghadapi unggulan pertama di kelasnya masing-masing.
Adyos, yang berperingkat ke-15 dunia, takluk dari wakil Turki, Abdullah Ozturk, pada laga pertama penyisihan Grup A Kelas 10 (disabilitas dengan kursi roda). Setelah tertinggal pada gim pertama, 8-11, Adyos mampu bangkit untuk merebut gim kedua, 11-6. Namun, pada dua gim selanjutnya, Adyos harus mengakui keunggulan Ozturk dengan skor 3-11 dan 7-11. Adyos pada akhirnya kalah 1-3.
Adapun Komet, yang turun di Kelas 10 Grup A, ditaklukkan Patryk Chojnowski (Polandia) melalui tiga gim langsung, 5-11, 7-11, 6-11. Chojnowski merupakan atlet tenis meja paralimpik berperingkat satu dunia. Meskipun kalah, bagi Komet, ia optimistis bisa tampil lebih baik pada laga berikutnya, yaitu melawan wakil Perancis, Gilles de La Bourdonnaye.
Komet berkata, kekalahan dari Chojnowski pada debutnya di ajang Paralimpiade itu menjadi pengalaman berharga bagi dirinya. Ia mampu mencuri beberapa poin dari atlet unggulan pertama tersebut. Hal itu melecut motivasinya untuk bangkit saat menghadapi Gilles yang berperingkat ke-11 dunia.
”(Atlet) peringkat satu dunia saja saya bisa ladeni. Tentunya, melawan Gilles, (saya) bisa tampil lebih bagus lagi,” kata Komet penuh percaya diri.
David menang mudah
Sementara David, atlet tenis meja paralimpik andalan Indonesia, menang mudah atas Luka Bakic (Montenegro) pada pertandingan pertama Grup B. David, atlet peringkat kedua dunia yang turun di kelas 10 (disabilitas tangan berlevel terendah), menang tiga gim langsung, 11-5, 11-7, 11-9.
Kemenangan ini menjadi modal berharga bagi David untuk menghadapi laga selanjutnya. Pada pertandingan kedua Grup B, David akan berhadapan dengan Jose Manuel Ruiz Reyes dari Spanyol. Reyes saat ini berada di peringkat ke-7 dunia.
Seusai laga, David bersyukur bisa melewati pertandingan pertama dengan mulus. Padahal, ia sempat sedikit tegang pada laga kemarin. ”Syukur saya bisa mengatasi bola-bola permainan lawan karena bermain dengan menggunakan bet karet anti-spin. Selama latihan, saya juga memakai bet anti-spin. Jadi, saya bisa mengatasi permainannya,” kata David.
Pelatih tenis meja Indonesia, Bayu Widhie Hapsara Purba, berharap David bisa mempertahankan performanya. Adapun terkait dengan Komet dan Adyos, Bayu meminta kedua atlet tersebut tampil lebih fokus dan tidak gugup saat bertanding.
”Saya berharap pada pertandingan selanjutnya Komet dan Adyos bisa lebih percaya diri dan jangan tegang. Mungkin, karena ini adalah Paralimpiade pertamanya, mereka jadi sedikit tegang,” ucap Bayu.
Cabang tenis meja paralimpik menjadi salah satu andalan Indonesia untuk meraih medali di Paralimpiade Tokyo. Mereka diharapkan paling tidak merebut medali perunggu di Tokyo.
Sementara itu, di cabang renang, atlet renang putri Indonesia, Syuci Indriani, belum mampu lolos ke babak selanjutnya. Syuci berlaga di nomor 100 meter gaya kupu-kupu klasifikasi S14 (disabilitas mental).
Tampil di heat 2, Syuci bersaing dengan pemegang rekor dunia dari Komite Paralimpiade Rusia (ROC), Valeriia Shabalina, dan tujuh perenang lainnya. Syuci tercecer di posisi ke-7 pada 50 meter pertama.
Saya berharap pada pertandingan selanjutnya Komet dan Adyos bisa lebih percaya diri dan jangan tegang. Mungkin, karena ini adalah Paralimpiade pertamanya, mereka jadi sedikit tegang.
Namun, perenang asal Pekanbaru, Riau, tersebut memperbaiki penampilannya di 50 meter terakhir sehingga mampu memperbaiki posisinya dengan finis keenam di heat tersebut. Syuci mencatatkan waktu 1 menit 12 detik, terpaut 6,76 detik dari Shabalina yang keluar sebagai pemenang di heat 2.
Adapun catatan waktu Syuci itu lebih lambat 1 detik dari yang ia torehkan saat mengikuti Asian Para Games Jakarta-Palembang 2018 silam.