Mikel Arteta, yang dianggap sebagai manajer penyelamat pada masa awal menangani Arsenal, sekarang lebih dipandang seperti penjahat. Pendukung Arsenal mulai geram karena rentetan hasil buruk yang dibawa sang manajer.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN - Mikel Arteta diyakini akan menjadi juru selamat Arsenal saat ditunjuk sebagai manajer pada Desember 2019. Namun, setelah memasuki musim ketiga melatih, Arteta justru kian menenggelamkan eksistensi ”Si Meriam”. Nasibnya kini di titik nadir akibat hasil terburuk sepanjang sejarah klub pada awal musim ini.
Kesabaran ”Gooners”, sebutan pendukung Arsenal, kepada Arteta mulai habis seusai tim mereka dibekap Chelsea, 0-2, dalam derbi London Liga Inggris di Stadion Emirates, Minggu (22/8/2021) malam WIB.
Seusai laga, puluhan suporter Arsenal menghentikan mobil Arteta di luar stadion. Seperti video yang ditampilkan media Inggris, Mirror, para penggemar meminta Arteta segera angkat kaki dari klub itu. ”Tolong, tinggalkanlah klub ini,” teriak seorang Gooners kepada mantan kapten tim Arsenal tersebut.
Para penggemar kecewa karena Arsenal kalah beruntun dalam dua pekan awal. Pekan lalu, mereka juga dipermalukan tim promosi, Brentford. Menurut ESPN FC, kekalahan dua kali tanpa mencetak satu pun gol adalah rekor start terburuk Arsenal di Liga Inggris sejak klub itu berdiri 118 tahun lalu.
Hasil buruk itu mengantarkan Arsenal bertengger di zona degradasi, peringkat ke-19. Mereka hanya lebih baik dari Norwich City, saat tim-tim tetangga seperti Chelsea dan Tottenham Hotspur nyaman berada di posisi empat besar Liga Inggris.
Tidak punya masa depan
Graeme Souness, pengamat sekaligus mantan pemain Liga Inggris, menerawang Arteta sudah tidak punya masa depan di Arsenal. Dia sepakat dengan beberapa rumah judi di Inggris yang memfavoritkan Arteta sebagai manajer pertama yang akan dipecat pada musim ini.
”Jika mereka terus bertahan dengan Arteta, itu akan menjadi perjalanan yang menyakitkan,” ucapnya kepada Sky Sports.
Kata Souness, Arteta sudah cukup banyak diberikan waktu, tetapi dia tidak berhasil mengubah Arsenal ke arah yang lebih baik. Terlepas dari hasil, filosofi permainan tim pun tidak menunjukkan perkembangan.
Sejak menggantikan Unai Emery, Arteta selalu membawa pendekatan sepak bola modern lewat formasi 4-2-3-1. Dia ingin skuadnya membangun serangan lewat kombinasi umpan dari lini bertahan.
Namun, ide bermain tersebut gagal diwujudkan hingga kemarin. Jangankan menyaingi Chelsea, mereka selalu menemui jalan buntu saat memulai serangan dari lini belakang ketika dijegal Brentford.
Saya memaklumi reaksi pendukung. Mereka hanya ingin melihat timnya menang.Saya justru berterima kasih karena mereka tetap mendukung tim ini sekuat tenaga. (Mikel Arteta)
Reaksi negatif pendukung merupakan akumulasi ketidaksabaran pada musim-musim terdahulu. Dari dua musim bersama manajer asal Spanyol itu, Arsenal selalu finis ke-8, posisi terburuk sejak 1994-1995.
Sementara itu, rata-rata poin yang dihasilkan Arteta di liga juga sangat rendah, yaitu 1,57 poin. Jumlah poin itu terendah kedua dalam sejarah Arsenal di Liga Inggris, bahkan lebih buruk dari Emery (1,73 poin).
Ditunggu Manchester City
Dalam situasi terjepit, Arteta dan Arsenal telah dinanti juara bertahan Liga Inggris, Manchester City, pada akhir pekan ini. Arsenal kembali berpotensi kehilangan poin pada laga itu.
Namun, terlepas dari semua kesulitan itu, Arteta masih optimistis. Menurut dia, tidak adil menilai manajer hanya dari dua laga di awal musim, apalagi dia tidak bisa menampilkan banyak pemain terbaiknya.
”Kami tidak bisa bermain dengan sembilan pemain, beberapa di antaranya bintang. Lagi pula, klasemen tidak ditentukan pada Agustus. Anda bisa saja melempar handuk, tetapi kami tidak akan melakukan itu,” tegas mantan asisten manajer Manchester City itu.
Saat menghadapi Chelsea. striker Alexandre Lacazette dan bek Ben White absen karena positif Covid-19. Pierre-Emerick Aubameyang, kapten Arsenal yang absen pada laga pembuka, jadi pemain pengganti karena baru sembuh dari Covid-19.
Adapun lini tengah mereka juga bermasalah. Gelandang andalan Thomas Partey belum pulih dari cedera. Adapun gelandang baru, Martin Odegaard, belum bisa tampil karena masih dalam proses pengurusan visa.
Minta bersabar
Selain keterbatasan pemain, Arteta juga meminta para pendukung bersabar. Menurutnya, timnya tengah dalam fase peremajaan, bukan mengejar prestasi. Arsenal ingin membangun ulang skuad dengan pemain-pemain muda agar bisa berprestasi pada masa depan.
Program jangka panjang tercermin lewat pembelian pemain muda pada musim ini, antara lain White (23), Odegaard (22), dan Albert Sambi Lokonga (21). Karena itu, Arteta meminta waktu lebih untuk bisa mengembangkan bakat-bakat muda tersebut, termasuk pemain asal akademi, seperti Bukayo Saka (19) dan Emile Smith Rowe (21).
”Saya memaklumi reaksi pendukung. Mereka hanya ingin melihat timnya menang. Itu adalah sebuah hasrat yang seharusnya ditunjukkan. Saya justru berterima kasih karena mereka tetap mendukung tim ini sekuat tenaga,” kata manajer berusia 39 tahun tersebut.
Mantan pemain Arsenal, Sol Campbell, masih percaya akan masa depan bekas klubnya itu di bawah rezim Arteta. Keyakinannya itu tidak terlepas dukungan penuh manajemen klub kepada sang manajer. Manajemen Arsenal, yang dikenal pelit, telah mengeluarkan 129 juta poundsterling (Rp 2,54 triliun) pada jendela transfer musim panas ini untuk mendukung permintaan Arteta.
Jumlah tersebut merupakan yang terbesar di Liga Inggris, lebih tinggi daripada klub kaya seperti City dan Chelsea. “Anda harus optimistis karena uang yang sudah dikeluarkan. Namun, Anda juga harus sadar semua butuh waktu untuk bisa mulai menunjukkan hasil,” ucap Campbell.