Petenis Swiss, Roger Federer, akan absen dari turnamen tenis dalam waktu cukup lama karena menjalani operasi lutut. Operasi tersebut membutuhkan waktu pemulihan berbulan-bulan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BASEL, MINGGU-Persaingan tenis putra kembali tak akan dihadiri “Big Three” secara lengkap. Operasi lutut kanan yang akan dijalani Roger Federer, untuk ketiga kalinya, membuat dia akan absen dari turnamen untuk waktu lama.
Federer mengabarkan rencana tersebut melalui video dalam akun media sosialnya pada Minggu (15/8/2021) malam waktu Basel, Swiss, atau Senin dini hari waktu Indonesia. Dia tak mengatakan akan segera pensiun akibat kondisi lututnya itu, tetapi hanya memastikan akan membutuhkan waktu pemulihan berbulan-bulan sehingga tak bisa mengikuti kompetisi.
Ajang terdekat yang tak akan diikutinya adalah ATP Masters 1000 Cincinnati, pekan ini, serta Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, 30 Agustus-12 September. Pekan lalu, dia juga absen di Toronto Masters.
Saya membutuhkan operasi dan akan melakukannya. Saya akan menggunakan kruk untuk beberapa pekan dan tak bertanding untuk beberapa bulan.
“Saya melakukan banyak pemeriksaan dengan dokter, termasuk pemeriksaan di lutut. Dari situ, saya mendapat informasi bahwa keikutsertaan di Wimbledon membuat lutut saya sakit lagi. Dokter mengatakan, saya butuh waktu penyembuhan dalam jangka menengah hingga panjang agar bisa lebih baik. Saya membutuhkan operasi dan akan melakukannya. Saya akan menggunakan kruk untuk beberapa pekan dan tak bertanding untuk beberapa bulan,” tutur Federer.
Petenis yang berusia 40 tahun pada 8 Agustus itu menuturkan, saran dokter akan ditempuh karena dia menginginkan hidup sehat. Meski menyadari operasi dan pemulihan tak akan mudah dilakukan dalam usianya, Federer ingin memberi kesempatan pada dirinya untuk kualitas hidup yang lebih baik. Dia, bahkan, menyebut peluang untuk kembali berkompetisi.
Situasi serupa dilaluinya pada 2020. Petenis dengan 20 gelar Grand Slam itu menjalani operasi lutut kanan untuk pertama kalinya pada Februari. Sebelum turnamen tenis dihentikan pada Maret-Agustus karena pandemi Covid-19, petenis Swiss itu berencana kembali ke persaingan di arena Wimbledon. Namun, Federer justru harus menjalani operasi kedua yang dilakukannya pada Juni.
Federer akhirnya kembali ke turnamen pada Maret 2021, di ATP 250 Doha, setelah terakhir kali bertanding di Australia Terbuka 2020. Dia turut bersaing di Perancis Terbuka hingga babak keempat, lalu tampil di Wimbledon.
Kekalahan dengan skor 3-6, 6-7 (4), 0-6 pada perempat final dari Hubert Hurkacz (Polandia) memunculkan tanda tanya penggemar tenis dan para mantan petenis yang menjadi komentator. Pada pertandingan tersebut, terutama set ketiga, Federer tak leluasa bergerak dan banyak melakukan kesalahan. Federer akhirnya menyebut bahwa dia kembali mengalami cedera lutut yang membuatnya batal tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Walaupun lebih sering menepi dari turnamen dalam dua musim terakhir ini, ayah dari empat anak itu belum pernah menyebut kemungkinan pensiun dalam waktu dekat. Dalam masa pemulihan pada tahun lalu, Federer bercerita bahwa dia tak bisa melepaskan perhatian dari turnamen yang berlangsung. Keinginannya untuk bertanding kembali tak juga surut.
Usia dan kondisi fisik tak bisa dipungkiri membuat Federer, juga Rafael Nadal, harus sering menepi dari turnamen. Di antara “Big Three”, Novak Djokovic memiliki kondisi fisik paling fit. Namun, petenis nomor satu dunia itu seringkali terkendala oleh ambisi yang terlalu besar.
Setelah menjuarai Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon pada tahun ini, Djokovic menargetkan “Golden Slam”, yaitu menjuarai semua Grand Slam dan mendapat medali emas Olimpiade dalam satu tahun penyelenggaraan. Prestasi ini hanya bisa dibuat Steffi Graf pada 1988.
Akan tetapi, blunder dibuat Djokovic di Tokyo ketika dia memutuskan untuk ikut serta dalam nomor ganda campuran, alih-alih fokus pada tunggal putra. Padahal, anggota tim pelatih telah melarangnya.
Kelelahan fisik, yang membuatnya kalah dari Alexander Zverev pada semifinal tunggal putra akhirnya berdampak pada mental. Djokovic kembali ke Serbia tanpa medali karena kalah dalam perebutan perunggu dari Pablo Carreno Busta. Dia pun mundur dari tahap yang sama pada ganda campuran, berpasangan dengan Nina Stojanovic.
Peluang petenis lain
Meski kesulitan menambah gelar juara di arena Grand Slam, setelah terakhir kali menjuarai Australia Terbuka 2018, kehadiran Federer dalam turnamen tenis level tertinggi itu tak bisa diremehkan. Dalam persaingan dengan format best of five, “Big Three” selalu menjadi batu sandungan generasi penerus mereka.
Namun, ditambah dengan kondisi cedera kaki yang dialami Nadal, hingga membuatnya batal tampil di Toronto Masters, petenis lain seharusnya bisa memanfaatkan peluang tersebut di Flushing Meadows. Apalagi persaingan di lapangan keras selalu terbuka untuk semua peserta dibandingkan persaingan di lapangan tanah liat dan rumput yang membutuhkan kemampuan spesifik.
Salah satu petenis yang bisa memanfaatkan situasi tersebut adalah Daniil Medvedev. Dia akan datang ke New York dengan bekal gelar juara dari Toronto Masters, salah satu turnamen pemanasan AS Terbuka. Dalam final, Senin dinihari WIB, Medvedev mengalahkan Reilly Opelka 6-4, 6-3.
Itu menjadi gelar keempat dari lima final Medvedev pada turnamen Masters 1000. “Di tengah dominasi Novak dan Rafa dalam turnamen Masters, saya senang bisa empat kali menang dari lima final. Ini adalah pencapaian luar biasa,” komentar Medvedev.
Seperti ketika mengalahkan petenis big server lainnya, John Isner, dalam semifinal, pengembalian servis menjadi kunci kemenangan Medvedev ketika berhadapan dengan Opelka. Petenis peringkat kedua dunia itu menggagalkan empat kesempatan break point lawan. Selain itu, servis pertama menghasilkan 73 persen poin baginya.
Opelka pun mengakui ketangguhan Medvedev. “Dia bermain tanpa cela. Ketika saya memukul dengan keras, dia bisa menahannya. Saya kesulitan untuk merusak permainannya,” ujar petenis bertinggi badan 2,11 meter itu.
Bekal gelar juara juga dibawa petenis Italia, Camilia Giorgi, dari turnamen putri WTA 1000 Montreal. Di final, dia mengalahkan Karolina Pliskova, 6-3, 7-5. Ini menjadi gelar pertama Giorgi dari turnamen berlevel tertinggi dalam struktur kejuaraan WTA itu. (AP)