Meskipun diperkuat oleh para pelari elite, tim Amerika Serikat gagal lolos ke final nomor 4 x 100 meter. Kegagalan meraih medali terus menghantui tim AS sejak Olimpiade Beijing 2008.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Tim putra Amerika Serikat diperkuat dua finalis dan pelari tercepat tahun ini dari nomor lari 100 meter putra, ketika tampil pada penyisihan estafet 4 x 100 m Olimpiade Tokyo 2020. Namun, mereka gagal menunjukkan kemampuan terbaik dan gagal lolos ke final untuk pertama kalinya sejak Beijing 2008.
Diperkuat Trayvon Bromell, sebagai pelari yang membuat catatan waktu tercepat pada 2021, AS mengikuti penyisihan pada heat kedua bersama China, Kanada, Italia, Jerman, Ghana, Denmark, dan Turki dalam lomba yang diselenggarakan di Stadion Olimpiade, Tokyo, Kamis (5/8/2021). Tiga pelari lain yang memperkuat AS adalah finalis 100 m Tokyo 2020, Fred Kerley, Ronnie Baker, dan Cravon Gillespie.
Mereka menjadi tim keenam yang melewati finis, di belakang China di urutan pertama, diikuti Kanada, Italia, Jerman, dan Ghana. Dari dua penyisihan, yang diikuti 16 tim, delapan finalis adalah tiga tim tercepat pada setiap penyisihan ditambah dua tim berikutnya dengan waktu terbaik.
AS juga gagal menjadi dua tim tambahan dengan waktu tercepat yang tiketnya didapat Jerman dan Ghana. Catatan waktu 38,10 yang dibuat Bromell dan kawan-kawan lebih lambat 0,02 detik dari yang dibuat Ghana.
Hasil itu memperpanjang kegagalan tim AS dalam menjuarai salah satu nomor bergengsi dalam atletik tersebut. Emas dari nomor 4 x 100 m putra terakhir kali didapat AS di Sydney 2000.
Di Athena 2004, AS masih bisa berdiri di podium melalui perak yang didapat Justin Gatlin dan kawan-kawan. Setelah itu, nomor 4 x 100 m putra selalu menjadi mimpi buruk bagi AS.
Mereka gagal di Beijing 2008 dan menjadi bagian dalam ”bencana” penyisihan heat 1. Empat tim, yaitu AS, Afrika Selatan, Polandia, dan Nigeria, gagal finis setelah pelari ketiga setiap tim gagal memberikan tongkat pada pelari keempat. Di tim AS, perpindahan tongkat terjadi dari Darvi Patton kepada Tyson Gay.
Pada dua Olimpiade berikutnya, AS mengalami momen yang sama, yaitu diskualifikasi di final, meski diperkuat dua andalan mereka, Gay dan Justin Gatlin. Di London 2012, AS dicoret karena salah satu pelari menginjak lintasan tim lain, adapun di Rio de Janeiro 2016, terjadi kesalahan karena perpindahan tongkat dilakukan di luar zona yang ditentukan.
”Kami sudah mencoba berlari secepat mungkin. Kami juga beberapa kali melakukan latihan (memindahkan tongkat). Namun, dengan latihan yang terbatas, sangat sulit untuk membuatnya sempurna. Itulah yang terjadi,” komentar Baker, dalam ESPN, yang finis kelima pada nomor 100 m putra.
Kerley, sebagai pelari kedua yang menyerahkan tongkat pada Baker, tak menjawab ketika ditanya berapa kali melakukan latihan perpindahan tongkat. ”Tak tahu,” kata peraih perak 100 m itu.
Kami sudah mencoba berlari secepat mungkin. Kami juga beberapa kali melakukan latihan (memindahkan tongkat). Namun, dengan latihan yang terbatas, sangat sulit untuk membuatnya sempurna.
Setelah melakukan perpindahan tongkat yang buruk, Baker langsung menghilang dari lapangan. Pelari keempat, Cravon Gillespie, mencoba mendekati Baker, tetapi rekan-rekannya yang lain menjauhi.
Legenda atletik AS, Carl Lewis, mengungkapkan kekecewaannya melalui Twitter. ”Tim AS melakukan banyak kesalahan dalam estafet. Pengalihan tongkat salah, cara berlari juga salah. Sangat jelas terlihat tidak ada pemimpin di tim itu. Sangat memalukan dan sulit diterima bahwa tim Olimpiade AS tampil lebih buruk dari pelari universitas,” kata Lewis, peraih sembilan emas Olimpiade.
Kegagalan AS melaju ke final membuat persaingan memperebutkan emas pada nomor ini akan terjadi antara Jamaika, Kanada, China, dan Italia. Jamaika masih memiliki Yohan Blake sebagai yang paling berpengalaman setelah Usain Bolt pensiun.
Kanada mengandalkan peraih emas 200 m Andre De Grasse, China memiliki Su Bingtian, dan Italia dengan peraih emas 100 m Lamont Marcell Jacobs. Salah satu dari tim itu akan menggantikan posisi Jamaika yang selalu meraih emas dalam dua Olimpiade terakhir.
Sementara, Jamaika akhirnya meraih medali emas dari nomor putra melalui Hansle Parchment yang menjuarai lari 110 m gawang. Dengan catatan waktu 13,04 detik, Parchment mendahului pelari AS yang lebih difavoritkan juara, Grant Holloway, saat mendekati finis. Holloway meraih perak dengan waktu 13,09 detik, lebih cepat 0,01 detik dari peraih perunggu, Ronald Levy (Jamaika).
Pensiunnya Bolt, yang selalu menyumbang emas 100 dan 200 m dalam tiga Olimpiade terakhir, ditambah 4 x 100 m dari Olimpiade 2012 dan 2016 membuat Jamaika kehilangan andalan di nomor lari putra.
Beruntung, Jamaika memiliki pelari-pelari cepat putri yang masih dominan. Podium 100 m, bahkan, dikuasai pelari dari negara di kawasan Karibia itu melalui emas, perak, dan perunggu yang didapat Elaine Thompson-Herah, Shelly-Ann Fraser-Pryce, dan Shericka Jackson.
Dalam final yang juga berlangsung Kamis siang, emas nomor lompat jangkit putra didapat atlet Portugal, Pedro Pichardo (17,98 meter). Adapun emas tolak peluru putra diperoleh Ryan Crouser (AS) dengan jarak 23,30 meter, sekaligus memecahkan rekor Olimpiade atas namanya sendiri yang diukir pada Olimpiade Rio (22,52 meter). (REUTERS)