Anthony Sinisuka Ginting tidak akan menganggap remeh Kevin Cordon, tunggal putra Guatemala non unggulan yang akan dia hadapi dalam perburuan perunggu Olimpade Tokyo 2020. Cordon menjadi kejutan besar di Tokyo 2020.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS - Pebulu tangkis Indonesia Anthony Sinisuka Ginting akan menghadapi lawan yang belum terpetakan kekuatannya pada perebutan medali perunggu bulu tangkis tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). Anthony akan bertemu atlet Guatemala Kevin Cordon, pemain nonunggulan yang melaju hingga semifinal. Penampilannya yang penuh kejutan, bahkan membuat Cordon disejajarkan dengan pahlawan nasional negeri Amerika Latin itu.
Cordon berada di grup yang relatif ringan untuk ukuran pebulutangkis top dunia. Namun, bagi Cordon yang tidak rutin menjalani turnamen level dunia, tantangan yang dia hadapi sangat berat. Kejutan pertamanya adalah mengalahkan pemain Hongkong peringkat sembilan dunia, Angus Ng Ka Long dalam dua gim pada penyisihan grup. Ditambah kemenangan atas Lino Munoz (Meksiko), Cordon lolos dari Grup D sebagai juara grup dengan dua kemenangan.
Pada babak 16 besar dia mengalahkan pemain Belanda Mark Caljouw, disusul kemenangan atas Heo Kwang-hee (Korea Selatan) di perempat final. Langkahnya baru terhenti di semifinal setelah sempat menyulitkan salah satu favorit juara, Viktor Axelsen dari Denmark, Minggu (1/8). Bahkan, Axelsen mengaku kesal dengan diri sendiri karena sempat ditekan Cordon pada gim pertama. Cordon pun punya keuntungan besar dalam perebutan medali perunggu lawan Anthony, yaitu bermain lepas tanpa bebas, karena dirinya bukan unggulan.
”Saya akan bertarung hingga akhir besok, dan akan bermain melawan siapa saja seolah itu laga final,” ujar Cordon di mixed zone Musashino Forest Sport Plaza, Minggu.
Motivasi Cordon membawa pulang medali Olimpiade ke Guatemala tak lepas dari perhatian Anthony. Dia pun mempersiapkan mental untuk menghadapi lawan yang bermain tanpa beban. ”Saya coba lebih fokus dan enjoy karena itu laga terakhir, penentuan. Pengin sih pengin (meraih medali), tetapi saya tak mau terlalu banyak memikirkan itu. Lebih penting memikirkan bagaimana memulihkan fisik dan mental,” tegas Anthony, yang dikalahkan juara bertahan asal China, Chen Long, 16-21, 11-21 di semifinal.
Meskipun tidak terlalu memikirkan target medali, Anthony mengakui, membawa pulang medali Olimpiade merupakan mimpinya. Meskipun bukan medali emas, medali Olimpiade tetap pencapaian yang sangat penting. "Maknanya pasti banyak banget, sangat berarti buat saya, karena ini impian tetapi semua pemain bulu tangkis, ingin berpartisipasi di sini dan meraih medali Olimpiade,” ungkap Anthony.
Untuk meraih perunggu, Anthony perlu membangun motivasinya dan menjalani pertandingan layaknya final. Apalagi, Cordon tidak akan terbeban status unggulan.
”Dari segi mental, dia berpikir nothing to lose karena dia tidak diunggulkan. Dia akan bermain nekat, jadi saya harus siap menghadapi itu, dan harus tenang,” tegas Anthony.
Totalitas Cordon
Kevin Cordon, yang tidak menyangka bisa mencapai semifinal di pada Olimpiadenya yang keempat setelah Beijing 2008, London 2012, dan Rio de Janeiro 2016. Dia mengaku berusaha bermain cepat untuk mengalahkan Axelsen di semifinal. Namun, tidak mudah mengalahkan pemain top dunia dengan pengalaman bertanding yang minim di turnamen kompetitif yang diikuti pemain papan atas dunia.
"Saya berusaha bermain dengan cepat dan melakukan smes, tetapi saya banyak melakuan kesalahan mendasar. Tentu saja saat melawan pemain top, tidak mudah meraih poin kemenangan. Melawan Viktor tidak mudah karena dia pemain top, saya ingin lebih banyak bermain di net tetapi dia lebih cepat dari saya," ungkap Cordon di mixed zone.
Dari segi mental, dia berpikir nothing to lose karena dia tidak diunggulkan. Dia akan bermain nekat, jadi saya harus siap menghadapi itu, dan harus tenang.
Cordon mnegaku tidak memikirkan medali. “Saya hanya memikirkan apa yang bagus dan salah dalam permainan ini. Setelah itu, saya hanya akan menjalani pertandingan dengan besok dengan lepas," ujar Cordon.
Dia tidak menduga bisa kembali tampil di Tokyo, karena sempat mengalami cedera lutut setelah Rio 2016. "Setelah Olimpiade Rio sangat sulit bagi saya untuk kembali latihan karena cedera pada lutut. Ini seperti kesempatan kedua bagi saya untuk bisa bermain lagi di Olimpiade," ungkap pemain berusia 34 tahun itu.
Terkait anggapan bahwa dirinya adalah pahlawan nasional, Cordon merasa angapan itu terlalu berlebihan. "Saya bermain bulu tangkis bukan karena ingin dianggap sebagai pahlawan, saya bermain bulu tangkis karena saya mencintai olahraga ini, saya menyukai ini," ungkap Cordon.
Dia juga cukup terkenal di Guatemala, negeri di mana sepak bola merupakan olahraga paling populer. Dia pun sering dihentikan orang saat berjalan di kota tempat tinggalnya untuk diminta berfoto bersama. "Ya, beberapa orang melakukan itu," ujar Cordon dengan malu-malu. "Tetapi saya sebenarnya ingin menjadi manusia terlebih dahulu, sebelum menjadi atlet," ungkap Cordon terkait apa yang dia inginkan saat orang melihat dirinya.
Perebutan medali perunggu antara Anthony dan Cordon, serta final Axelsen melawan Chen Long, Senin, akan mengakhiri kompetisi bulu tangkis Tokyo 2020. Pada siang harinya, akan berlangsung final ganda putri antara andalan Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu melawan unggulan kedua asal China, Chen Qingchen/Jia Yifan, didahului perebutan medali perunggu antara dua pasangan Korea Selatan, Lee So-hee/Shin Seung-chan dan Kim So-yeong/Kong Hee-yong.