Pebulu tangkis Guatemala, Kevin Cordon, membuat kejutan dengan lolos ke semifinal tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020. Guatemala yang tidak pernah diperhitungkan di dunia bulu tangkis, kini, namanya menjadi perhatian.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Meskipun nama negara ini jarang terdengar di dunia bulu tangkis, Guatemala berhasil menciptakan kejutan pada Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu (31/7/2021), di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo. Pemain tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon, lolos ke semifinal setelah mengalahkan Heo Kwang-hee dari Korea Selatan dengan skor 21-13, 21-18.
Sebelum bertemu pada perempat final, kedua pemain ini membuat kejutan dalam penyisihan grup yang berlangsung dengan format round robin. Heo menjuarai Grup A dengan dua kemenangan, salah satunya atas pemain nomor satu dunia, Kento Momota (Jepang), yang menjadi penentu langkah ke perempat final.
Berada pada Grup A, yang dihuni unggulan pertama, Heo pun mendapat keuntungan untuk langsung tampil pada perempat final. Ini juga terjadi dengan juara Grup P yang diikuti unggulan kedua, Chou Tien Chen (Taiwan). Chou lolos ke perempat final dan akan bertemu juara bertahan Chen Long (China).
Pada Grup C, Cordon menempati peringkat teratas setelah mengalahkan Lino Munoz (Meksiko) dan unggulan kedelapan, Ng Ka Long Angus (Hong Kong).
”Saya masih merasa senang setelah bisa lolos ke perempat final. Senyum saya, bahkan, belum hilang. Sekarang, saya akan main di semifinal. Bisakah kamu percaya? Luar biasa,” kata Cordon, dalam laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Meski sudah bermain di arena internasional sejak 2006, pemain berusia 34 tahun itu mengatakan, cara bermainnya masih seperti anak-anak. ”Saya main untuk bersenang-senang, seperti anak-anak. Namun, ketika kamu berlatih dengan sepenuh hati, dengan kesabaran, hal yang baik akan datang padamu,” lanjutnya.
Saya main untuk bersenang-senang, seperti anak-anak. Namun, ketika kamu berlatih dengan sepenuh hati, dengan kesabaran, hal yang baik akan datang padamu.
Lahir di kota kecil, La Union, pemain ranking 59 dunia itu pindah ke ibu kota, Guatemala City, pada usia 13 tahun untuk mengejar impiannya menjadi pebulu tangkis, yang sebelumnya menyukai sepak bola. Berasal dari negara kecil, apalagi bulu tangkis bukan olahraga favorit di Guatemala, Cordon pun tidak mudah untuk mengikuti berbagai turnamen internasional.
”Tidak mudah untuk mendapatkan uang guna mengikuti turnamen. Banyak hal yang lebih penting di Guatemala, seperti membantu orang miskin untuk makan. Saya datang dari kota kecil dan bulu tangkis telah mengubah hidup saya. Bulu tangkis telah membantu keluarga saya, melalui uang bantuan dari federasi,” katanya.
Berlatih juga bukan hal yang mudah dilakukan. ”Teman-teman membantu saya. Biasanya tiga orang melawan satu. Bulu tangkis Guatemala sangat jauh tertinggal dengan negara lain di Asia dan Eropa. Namun, kami memiliki satu hal, bermain dengan sepenuh hati,” katanya.
Tantangan berikutnya akan datang bagi Cordon dari peraih perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Viktor Axelsen. Pemain Denmark itu mengalahkan Shi Yuqi (China), 21-13, 21-13, pada perempat final.
”Banyak yang bertanya tentang kemungkinan semifinal dan siapa lawan saya. Saya tak memikirkan itu. Bagi saya, melawan pemain elite, yang selama ini ditonton di TV atau internet, pasti sulit. Saya masih merasa tidak percaya bisa bertemu mereka. Namun, saya baik-baik saja. Saya masih muda, tak ada masalah dengan kaki saya,” candanya.