Pecahkan Rekor, Tim Estafet China Kejutkan Titmus dan Ledecky
Kuartet putri China di luar dugaan memenangi persaingan sengit dengan Australia dan AS di nomor estafet 4 x 200 meter gaya bebas putri. Pada nomor bergengsi 100 m gaya bebas putra, Caeleb Dressel menjadi yang terbaik.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
TOKYO, KAMIS — Tim China meraih emas nomor estafet gaya bebas putri 4 x 200 meter sekaligus memecahkan rekor dunia dan Olimpiade pada laga final, Kamis (29/7/2021). Datang sebagai ”kuda hitam”, mereka mengejutkan dua tim unggulan yang dihuni penguasa gaya bebas, tim Australia dengan Ariarne Titmus (20) dan tim Amerika Serikat dengan Kathleen Ledecky (24).
China menjalani lomba di lintasan 3, mengakhiri estafet dengan catatan waktu 7 menit 40,33 detik. Mereka bertarung keras sampai garis akhir untuk lepas dari kejaran AS (7 menit 40,73 detik) dan Australia (7 menit 41,29 detik) yang berjarak sangat tipis.
Pertarungan ini begitu menarik karena tiga tim tersebut tampil fenomenal. Mereka saling mengejar dan sama-sama mampu melampaui rekor dunia (7 menit 41,5 detik) yang dibuat Australia pada 2019 dan rekor Olimpiade (7 menit 42,92 detik) yang dibuat AS pada London 2012.
Namun, kegigihan empat perenang China Yang Junxuan (19), Tang Muhan (17), Zhang Yufei (23), dan Li Bingjie (19) berbuah manis. Setiap perenang itu mampu konsisten dengan selalu memimpin setiap menyelesaikan jarak 200 meter.
”Kami tidak mengira akan memenangkan emas. Kami berpikir hanya akan finis ketiga karena Australia dan AS sangat kuat. Kami bahkan hanya berpikir akan bersaing dengan Kanada. Jadi pada pagi hari, kami berbicara strategi hanya untuk melawan Kanada,” ucap Li Bingjie.
Hasil yang dicapai tim China jauh di atas prediksi. Mereka justru meninggalkan Kanada yang finis hanya di peringkat ke-4, unggul 3,44 detik. Adapun para perenang muda China ini lebih cepat 8,65 detik saat final dibandingkan waktu kualifikasi.
Pertarungan diawali dengan balapan antara Yang Junxuan dengan Titmus, peraih medali emas gaya bebas 200 meter dan 400 meter. Di luar dugaan, perenang pertama China tersebut menaklukkan Titmus yang digadang-gadang sebagai ”ratu” baru gaya bebas jarak menengah.
Yang Junxuan menyelesaikan 200 meter dengan catatan 1 menit 54,37 detik atau unggul 0,14 detik atas Titmus. Keberhasilan besar itu membuka jalan lapang untuk tim China sekaligus mengangkat mental rekan-rekannya.
Jiwa spartan juga ditunjukkan dua perenang selanjutnya, Tang Muhan dan Zhang Yufei. Keduanya sama-sama tertinggal dari perenang Australia, Emma McKeon dan Madison Wilson, setelah melalui 150 meter, tetapi mereka berhasil merebut lagi posisi puncak pada 50 meter terakhir.
Setelah tiga perenang masing-masing tim melewati 600 meter, persaingan emas hanya diperebutkan China dan Australia. Tim AS tertinggal jauh, lebih dari sedetik, di belakang akibat awalan buruk dari perenang pertama Allison Schmitt.
AS tiba-tiba kembali ke persaingan berkat perenang terakhir mereka, Ledecky. Peraih total enam emas di Olimpiade itu ”menggila” dengan mencatat waktu tercepat di antara seluruh perenang, 1 menit 53,76 detik.
Hasilnya, pada 100 meter tersisa, AS mengudeta urutan kedua milik Australia. Tidak berhenti sampai di situ, Ledecky terus mengejar perenang pamungkas China, Li Bingjie.
Dari tertinggal cukup jauh, Ledecky tiba-tiba sudah sejajar dengan Li Bingjie. Pertarungan sengit keduanya terjadi hingga garis finis. Li Bingjie yang menyelesaikan 200 meter dengan 1 menit 55,3 detik beruntung karena finis sudah di depan mata. China pun menang berkat keunggulan seruas jari di titik akhir.
Meski hanya meraih perak, Ledecky tetap mendapatkan apresiasi tinggi dari rekan-rekannya. Semua anggota tim AS membantunya ketika beranjak naik dari kolam, lalu memberikannya pelukan hangat.
Ledecky tidak menduga akan datangnya kejutan dari para perenang muda China. ”Saya kira bisa merebut posisi perenang (China) di samping saya. Saya berharap punya setengah detik lagi untuk mengejar, tetapi saya sudah memberikan segalanya,” ucap juara bertahan dalam nomor estafet tersebut.
Itu adalah perlombaan yang sangat cepat. Saya merasa harusnya bisa lebih baik lagi dari tadi.
Ekspresi terkejut juga ditampilkan Titmus. Dia sebenarnya cukup puas karena timnya bisa memperbaiki rekor dunia yang dibuat pada Kejuaraan Dunia Akuatik 2019. Namun, dia tak menyangka performa hebat tersebut masih belum cukup untuk meraih emas.
”Itu adalah perlombaan yang sangat cepat. Saya merasa harusnya bisa lebih baik lagi dari tadi. Namun, apa lagi yang bisa saya lakukan, beberapa hari ini sudah sangat menakjubkan untuk saya. Saya selalu senang bisa mencapai podium lagi,” ucap Titmus yang kemarin baru saja memecahkan rekor Olimpiade di nomor 200 meter gaya bebas individu.
Caeleb Dressel
Di nomor bergengsi 100 m gaya bebas putra, perenang Amerika Serikat Caeleb Dressel merebut medali emas dengan waktu 47,02 detik, yang menjadi rekor Olimpiade baru. Dressel menggagalkan upaya perenang Australia Kyle Chalmers untuk mempertahankan medali emas yang diperolehnya di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dengan keunggulan hanya 0,06 detik. Perenang Rusia Kliment Kolesnikov merebut medali perunggu dengan waktu 47,44 detik.
Prestasi Dressel (24) memberinya medali emas individu pertama di Olimpiade, setelah menjadi anggota tim estafet AS yang merebut emas nomor 4x100 m gaya bebas dan 4x100 m gaya ganti di Rio 2016, dan 4x100 m gaya bebas di Tokyo 2020. Adapun di kejuaraan dunia, Dressel adalah perenang terbaik di nomor andalannya ini dengan merebut emas di Kejuaraan Dunia Renang di Budapest 2017 dan di Gwangju 2019.
"Ini tahun yang berat, saya sangat gembira,” ujarnya sambil menitikkan air mata saat melakukan panggilan video dengan istrinya, sesama perenang AS Meghan Haila, dan keluarganya di Amerika Serikat.
Setelah gagal meraih medali emas individu di Rio 2016, Dressel justru semakin bersinar dengan merebut 13 medali emas pada dua edisi kejuaraan dunia, termasuk dua kali di nomor 100 m gaya bebas.
Kemampuan start dan menyelam Dressel di bawah air membantunya memimpin sejak awal hingga pembalikan 50 meter. Setelah itu, keunggulannya menipis karena Chalmers terus menempel ketat. Saat finis, praktis Dressel hanya unggul seujung jari dari pesaing terdekatnya itu, meskipun berhasil memecahkan rekor Olimpiade yang dibukukan perenang Australia Eamon Sullivan, 47,05 detik, di Bejing 2008.
"Saya tidak khawatir sama sekali. Selama lomba, yang bisa dilakukan hanya berusaha sebaik mungkin. Yang akan terjadi pasti terjadi. Saya tetap pada strategi sendiri, jika finis nomor satu OK, jika nomor dua juga OK. Saya tak akan mengubah apapun,” ujarnya. (AFP)