Irama Berbeda dari ”The Daddies”
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan memainkan irama permainan berbeda dengan menyelesaikan permainan secepat mungkin. Tempo permainan mereka tidak terlalu cepat, tetapi mampu menutup celah bernapas lawan.
TOKYO, SELASA — Ganda putra bulu tangkis Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, menampilkan warna berbeda sepanjang babak penyisihan Grup D Olimpiade Tokyo 2020. Mereka bermain sangat taktis dengan kombinasi gerakan yang padu dalam mengembalikan kok sehingga lawan terlambat mengantisipasi. Strategi ini sukses membuat permainan lebih cepat selesai sehingga The Daddies bisa menghemat tenaga. Namun, Hendra/Ahsan akan fleksibel dalam penerapan strategi.
Saat memastikan diri menjadi juara Grup D dengan mengalahkan pasangan Korea Selatan Choi Solgyu/Seo Seung-jae, Hendra/Ahsan langsung menerapkan permainan taktis yang membuat gim pertama selesai dalam 14 menit dengan skor 21-12. Pada gim kedua, mereka berusaha menerapkan taktik sama, tetapi Choi/Seo mati-matian berjuang meraih poin. Meskipun Hendra/Ahsan kalah 19-21 dalam permainan ketat itu, mereka memaksa laga selesai dalam 16 menit.
Baca juga: Tiga Ganda ”Merah Putih” Juara Grup di Olimpiade Tokyo
Pasangan yang sudah berusia 36 tahun dan 33 tahun itu tak bisa menghindari gim ketiga, yang selalu bisa mereka hindari saat melawan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, serta ganda Kanada, Jason Ho-Shue/Nyl Yakura. Pada gim ketiga itu, Hendra/Ahsan mampu bangkit dan menang 21-18 dalam tempo 20 menit.
Hendra/Ahsan terlihat jelas menghindari permainan lama dengan reli panjang. Mereka memaksa lawan mengikuti permainan mereka dengan penempatan bola-bola secara jitu, dan sering kali dalam posisi tanggung. Tak jarang Hendra dan Ahsan mematikan permainan lawan dalam dua hingga tiga pukulan. Bahkan, Ahsan sering mengunci poin dengan smes di depan net karena lawan kesulitan mengembalikan bola tanggung yang ditempatkan Hendra.
Ketika wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di Tokyo, Jepang, bertanya terkait strategi mereka menghindari reli panjang dan menyelesaikan gim secepat mungkin, Hendra dengan tersenyum dari balik maskernya mengaku itu hanya kebetulan. ”Gak juga sih, sebenarnya kita hanya menerapkan strategi kami sendiri, dan kebetulan itu berjalan, jadi ya diterusin saja,” ujar Hendra di mixed zone arena bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020, Musashino Forest Sport Plaza, seusai mengalahkan Choi/Seo 21-12, 19-21, 21-18, Selasa (27/7/2021).
Baca juga: ”Minions” Lolos ke Perempat Final, ”The Daddies” Jaga Peluang
Namun, pelatih bulu tangkis ganda putra Indonesia Herry Irman Pierngadi mengakui bahwa pola permainan The Daddies itu merupakan salah satu taktik hasil adaptasi dengan lawan. Namun, pola permainan itu bukan sesuatu yang baku, dan akan dinamis menyesuaikan lawan.
Kita istilahnya memainkan irama, tempo. Mereka ini kan pemain senior di atas 30, 34, 36, kalau bermain sehingga cepat selesai, itu juga penghematan tenaga.
”Kita istilahnya memainkan irama, tempo. Mereka ini kan pemain senior di atas 30, 34, 36, kalau bermain sehingga cepat selesai, itu juga penghematan tenaga. Ini permainan strategi, dan belum tentu pemain-pemain muda cocok diajak bermain lambat, ada juga yang tidak, buktinya setelah dipraktikkan dalam dua pertandingan terakhir, lawan-lawannya sedikit kagok,” ungkap Herry di dekat Athlete Lounge.
”Memang permainannya sedikit berbeda dengan pertandingan sebelumnya untuk Aksan dan Hendra, jadi strateginya disesuaikan dengan lawan. Kita banyak cara, banyak pola. Kita tidak bisa dengan pola yang sama untuk setiap lawan karena zaman sekarang itu metodenya banyak (untuk membaca lawan), bisa melalui rekaman video dan lain-lain, itu salah satu pemikiran kita,” ungkap Herry, yang dikenal jeli meracik strategi.
Terkait dengan fleksibilitas strategi Hendra/Ahsan, Herry yakin The Daddies bisa melakukan dengan mulus. ”Mereka pemain senior, jam terbang dan pengalaman mereka banyak, bagi mereka tidak terlalu kesulitan, memang kalau pemain muda akan merasa kesulitan karena jam terbang dan pengalaman masih kurang. Selama ini, Hendra/Ahsan bisa melakukan itu dengan baik,” ungkap Herry.
Motivasi Hendra/Ahsan
Seusai memastikan diri sebagai juara Grup D, Hendra/Ahsan akan memanfaatkan jeda pertandingan sehari untuk istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Mereka juga akan memanfaatkan waktu istirahat untuk mempelajari lawan yang akan dihadapi pada babak perempat final sesuai dengan undian pada Selasa malam.
”Kita akan fokus ke pemulihan, besok ada istirahat biar bisa fresh lagi lusa,” ujar Hendra.
Baca juga: Lebih Jeli Saat Berjumpa Lawan Sepadan
Terkait dengan motivasi meraih medali Olimpiade, Ahsan mengakui bahwa dirinya ingin membawa pulang prestasi, tetapi dia tidak ingin terlalu memikirkan itu. Fokus dirinya dan Hendra adalah menjalani laga demi laga.
”Ini sudah menjadi profesi kita, dan saya, kan, belum pernah meraih medali, dan berharapnya ingin membawa pulang medali, tetapi saya tidak mau mikir terlalu jauh, selangkah demi selangkah,” ungkap Ahsan.
Ini merupakan Olimpiade kedua Ahsan berpasangan dengan Hendra, setelah Rio 2016, di mana langkah mereka terhenti di fase grup. Sementara Hendra pernah meraih medali emas ganda putra Olimpiade 2008 bersama Markis Kido. Ahsan menilai, saat ini kondisi mereka berbeda dan semoga bisa meraih hasil maksimal.
”Di Rio kita satu-satunya ganda putra, jadi benar-benar menjadi tumpuan, dan waktu itu peak performance kita memang sedang turun. Sekarang kita punya Minions (Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon), punya unggulanlah, jadi kita bisa saling bahu membahu buat Indonesia,” ujar Ahsan.
Bagi Hendra dan Ahsan, mereka bisa tampil di Olimpiade Tokyo ini berkat dukungan keluarga mereka, istri, buah hati, dan orangtua. Selama berjuang di Tokyo 2020, mereka setiap hari mendapat suntikan semangat dan motivasi dari rumah.
Baca juga: Belajar Melepas Ketegangan
”Setiap hari pasti kontak, mau telepon mau Whatsapp, mereka memberi semangat terus,” ujar Hendra.
”Mereka terus mendukung, terus menonton, yang penting juga mendapat doa restu dari orangtua bukan hanya dari anak, istri. Memang keluarga sangat mendukung kita,” ungkap Ahsan.
Sementara itu, kunci permainan solid mereka selama ini adalah komunikasi. ”Kami sering komunikasi, saling komunikasi, sering curhat juga,” ujar Ahsan.
Minions telat panas
Di saat Hendra/Ahsan melaju ke perempat final dengan konsistensi performa, Kevin/Marcus mengalami kekalahan pada laga ketiga Grup A melawan ganda Taiwan Lee Yang/Wang Chi-Lin 18-21, 21-15, 17-21. Meskipun kalah, Minions tetap memuncaki Grup A dan akan terhindar bertemu dengan Hendra/Ahsan di babak perempat final dan semifinal.
Baca juga: Menyeimbangkan Ambisi dan Ketenangan di Laga Awal Olimpiade
Namun, kekalahan itu akan menjadi bahan evaluasi dari Herry Iman Pierngadi. Dia menilai, kesalahan seperti itu tidak boleh terjadi lagi saat babak gugur. ”Ya, kalau untuk kemarin-kemarin cukup baik, tetapi hari ini Kevin/Gideon tidak dalam performa yang baik, memang musuh-musuhnya juga semakin hari semakin meningkat, jadi nanti setelah di wisma atlet akan dievaluasi, tadi kesalahannya seperti apa. Tadi kita memang cari setengah set saja sudah menjadi juara grup, dan tadi syukur bisa ambil satu set. Tetapi, tetap harus ada evaluasinya, permainan melawan Taiwan,” ujar Herry.
”Tadi memang kalau saya lihat pemanasan kurang lama, karena antisipasi partai sebelumnya sedikit meleset, jadi pemanasannya kurang lama, kurang panas. Tadi Kevin juga mengakui pemanasan kurang lama. Jadi itu pelajaran bagi mereka, menyadari tadi kesalahan yang mereka lakukan dalam pemanasan, dan besok dalam perempat final harus benar-benar dijaga dan diperhatikan, dan saya juga lebih kontrol,” ujar Herry.
”Kesalahan ini lebih baik terjadi saat ini, dari awal lebih baik, daripada saat sistem gugur, jadi ada peringatan, kita harus selalu berpikir positif,” ungkap Herry.
Terkait dengan permainan mereka, Kevin/Marcus mengakui bahwa mereka terlambat panas dan lawan bermain sangat bagus. ”Kami mengakui mereka bermain sangat bagus hari ini. Kami selalu memberikan yang terbaik di setiap pertandingan, tetapi mereka bermain bagus. Gaya permainan mereka cepat dan tidak banyak melakukan kesalahan. Kami harus lebih memperbaiki diri,” ujar Marcus di mixed zone.
Baca Juga: Tekanan Berlipat Menghadapi Lawan Tak Terlihat
Kevin/Marcus secara mengejutkan tertinggal hingga enam poin dari Lee/Wang pada gim pertama. Minions hanya meraih satu poin, hingga tertinggal 1-7. Mereka sempat menyamakan kedudukan 16-16 tetapi kemudian kalah 18-21. Tertinggal hingga enam poin di awal permainan, seharusnya tidak terjadi pada pemain sekelas Kevin/Marcus.
”Lawan bermain sangat baik hari ini, dan kita sedikit terlambat startnya. Hari ini mereka bermain lebih baik dari kita,” ujar Kevin.
Kekalahan ini menjadi pelajaran bagi Minions untuk terus waspada dan jeli mulai dari persiapan pertandingan supaya tidak terulang di babak gugur. Marcus mengakui, mereka sebenarnya mulai menikmati atmosfer Olimpiade pertama mereka ini, dan kini perlu menghindari tekanan lebih besar karena melakukan kesalahan.
Baca Juga: Laga Pertama di Olimpiade Jadi Kunci
”Ya menikmati (Olimpiade) dengan cukup baik, pressure buat kami cukup tinggi, tetapi kami tidak terlalu memikirkan itu dan akan berusaha yang terbaik,” ujar Marcus.
Sementara itu, berdasarkan hasil undian pada Selasa malam, di babak perempat final Hendra/Ahsan yang berada di paruh bawah akan bertemu pasangan tuan rumah, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Adapun Kevin/Marcus di paruh atas akan menghadapi pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.