Sejumlah atlet Indonesia mulai menjajal tempat latihan Olimpiade Tokyo 2020 sejak Senin. Latihan lebih banyak untuk mengembalikan kebugaran usai menjalani penerbangan panjang dari Jakarta-Tokyo dan karantina.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah atlet Indonesia mulai menjajal tempat latihan Olimpiade Tokyo 2020 sejak Senin (19/7/2021). Latihan lebih banyak untuk mengembalikan kebugaran usai menjalani penerbangan panjang Jakarta-Tokyo. Sesampai di Tokyo, Minggu (18/7), atlet harus menjalani karantina di Perkampungan Atlet di Harumi, Tokyo, pada 18-22 Juli, dan kesempatan latihan bergiliran seusai jadwal yang ditentukan panitia.
Petembak putri Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba yang akan tampil pada nomor 10 m senapan angin individu di Lapangan Tembak Asaka, Tokyo, 24 Juli, dan nomor 50 m senapan tiga posisi individu 31 Juli, misalnya. Satu-satunya wakil Indonesia di cabang menembak itu mulai latihan bebas di Lapangan Tembak Asaka, Selasa (20/7).
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target Pengurus Besar Persatuan Menembak Seluruh Indonesia Glenn C Apfel saat dihubungi, Selasa, mengatakan, pada dua hari pertama di Tokyo Vidya (20) belum mendapatkan jadwal latihan sehingga dia menghabiskan waktu di Perkampungan Atlet.
”Selama di Perkampungan Atlet, Vidya hanya berlatih ringan untuk memulihkan kebugaran, visualisasi, dan penyegaran dengan mengelilingi kawasan Perkampungan Atlet. Lagi pula, untuk petembak statis, mereka tidak perlu lagi berlatih keras mendekati jadwal tanding. Mereka perlu masa penyegaran pikiran dan sesaat tidak membahas menembak, agar pikiran kembali segar dan bisa fokus dengan maksimal ketika berlaga,” ujarnya.
Vidya mulai berlatih di Lapangan Tembak Asaka pada Selasa. Petembak kelahiran Depok, Jawa Barat, 27 Mei 2001 itu ambil bagian dalam latihan bebas yang berlangsung 20-22 Juli. Vidya hanya latihan ringan untuk menjaga naluri menembak.
”Karena waktu pertandingan sudah dekat, petembak statis seperti Vidya hanya perlu menjaga puncak performa tercapai saat laga. Vidya punya kesempatan lolos ke putaran final, atau masuk delapan besar babak penyisihan, di nomor 10 m senapan angin kalau bisa mengimplementasikan hasil latihan dengan skor antara 630-631 poin,” katanya.
Secara keseluruhan, kondisi Vidya sehat dan sangat menikmati suasana di Tokyo walaupun di tengah pandemi Covid-19 dan harus menjalani protokol kesehatan ketat. ”Karena dasarnya olahraga militer, para petembak dididik punya mental tangguh,” Petembak tidak boleh mengeluarkan ekspresi kecewa, takut, gelisah, maupun senang berlebihan. Ini untuk menjaga fokus dan konsentrasi yang menjadi kunci olahraga menembak,” tegasnya.
Lagi pula, untuk petembak statis, mereka tidak perlu lagi berlatih keras mendekati jadwal tanding. Mereka perlu masa penyegaran pikiran dan sesaat tidak membahas menembak, agar pikiran kembali segar dan bisa fokus dengan maksimal ketika berlaga.
Angkat besi
Sementara itu, tim angkat besi yang terdiri atas lifter putra Eko Yuli Irawan (61 kilogram), Rahmat Erwin Abdullah (73 kg), lifter putri Windy Cantika Aisah (49 kg), dan Nurul Akmal (+87 kg ) mulai berlatih di arena pertandingan, Hall Tokyo International Forum, Senin. Mereka fokus berlatih teknik angkatan.
”Para atlet dalam kondisi fit. Setiba di Jepang, mereka langsung menjalani tes Covid-19 dan hasilnya negatif. Setelah itu, kami menuju Perkampungan Atlet,” ungkap pelatih kepala tim angkat besi Dirdja Wihardja dalam keterangan pers.
Sejauh ini, lanjut Dirdja, tim angkat besi masih menunggu kehadiran Deni (67 kg) yang direncanakan bergabung Selasa ini, bersama pelatih Lukman. Lifter Indonesia mulai berlaga akhir pekan ini, yakni Cantika pada 24 Juli, Eko dan Deni pada 25 Juli, Rahmat pada 28 Juli, serta Nurul pada 2 Agustus. ”Semua lifter siap tempur, doakan kami meraih prestasi terbaik di Olimpiade ini dengan pulang membawa emas,” tutur Dirdja.
Chef de Mission Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo Rosan P Roeslani menyampaikan, sejumlah atlet Indonesia sudah mulai berlatih seperti tim angkat besi, panahan, hingga menembak. Sisanya masih menunggu jadwal dari panitia. ”Meski masih berstatus karantina tiga hari, dalam sistem bubble (gelembung) sehingga TOCOG (Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo) mengizinkan atlet kita berlatih saat lapangan latihan kosong,” ujarnya. (*/DRI)