Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 belum memutuskan apakah mereka akan mengizinkan pertandingan dibanjiri penonton atau tidak. Jumlah kasus infeksi yang terus meningkat menjadi pertimbangan utama.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TOKYO, SABTU — Penyelenggara Olimpiade Tokyo tidak akan bersikeras mengizinkan penonton untuk datang dan hadir di arena pertandingan pesta olahraga empat tahunan yang akan dimulai beberapa pekan lagi. Kekhawatiran gelombang baru infeksi Covid-19 di Jepang membuat panitia penyelenggara berpikir ulang untuk mengizinkan kegiatan ini terbuka bagi umum.
”Situasi infeksi berubah dari hari ke hari dan masih belum jelas seperti apa situasinya nanti. Tapi, dari perspektif Tokyo 2020, tidak memiliki penonton adalah pilihan sehingga kita bisa bersiap untuk apa pun situasinya,” kata Presiden Tokyo 2020 Seiko Hashimoto, Jumat (2/7/2021).
Jajak pendapat menunjukkan, banyak orang Jepang menentang diadakannya Olimpiade mengingat peringatan dari para ahli kesehatan bahwa perhelatan itu dapat melepaskan gelombang infeksi lain. Tertunda setahun karena pandemi, Olimpiade dijadwalkan akan dimulai pada 23 Juli.
Hashimoto mengatakan, panitia penyelenggara menginginkan agar pelaksanaan Olimpiade berlangsung lancar, dengan atau tanpa penonton. Pun apabila memang situasi mengizinkan, panitia menginginkan agar penyelenggaraan bisa berlangsung dengan aman dan nyaman, dengan segala peraturan yang superketat. Peraturan ini, menurut Hashimoto, akan mengembalikan kepercayaan publik untuk datang dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan besar berskala internasional di tengah pandemi.
Panitia telah memutuskan untuk melarang kehadiran penonton dari luar negeri. Namun, panitia membolehkan penonton domestik datang dan melihat langsung ke arena pertandingan, maksimal 10.000 orang atau 50 persen dari kapasitas arena.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga sehari sebelumnya mengatakan, Olimpiade tanpa kehadiran penonton tetap menjadi kemungkinan. Gubernur Tokyo Yuriko Koike pada konferensi pers pertamanya setelah meninggalkan rumah sakit, tempat dia dirawat karena kelelahan, juga menyatakan, Olimpiade yang tidak dihadiri penonton adalah pilihan jika situasi pandemi memburuk.
Gubernur Prefektur Chiba dan Saitama, provinsi tetangga Tokyo, telah mendesak penyelenggara untuk melarang adanya penonton di semua arena (venue) yang ada di wilayah mereka. Surat kabar Yomiuri melaporkan, penyelenggara cenderung menerima permintaan tersebut. Hashimoto mengatakan, penyelenggara ingin memutuskan setelah berdiskusi dengan pihak berwenang setempat.
Gubernur Hokkaido di Jepang utara mengindikasikan dia lebih suka jika orang tidak datang untuk menonton maraton di sepanjang rute yang dilalui di kota Sapporo. Akan tetapi, dia juga telah meminta penyelenggara untuk membuat protokol keselamatan.
Pandemi Covid-19 di Jepang dinilai relatif lebih ringan dibandingkan negara lain di dunia. Meski begitu, jumlah kematian akibat Covid-19 di negara ini mencapai 14.800 jiwa. Namun, dalam beberapa pekan terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus.
Pada Jumat, di Tokyo terjadi penambahan 660 kasus baru. Sementara di seluruh Jepang, jumlah penduduk yang telah mendapatkan vaksinasi penuh baru sebanyak 11 persen, jauh di bawah angka cakupan vaksinasi di Amerika Serikat dan Eropa.
Pembatasan gerak warga telah diterapkan sejak bulan lalu dan menurut rencana kebijakan itu akan berakhir pada 11 Juli ini. Namun, ada kemungkinan pemerintah akan tetap menerapkannya hingga sebelum Olimpiade dimulai.
Penasihat utama pemerintah untuk urusan Covid-19, Shigeru Omi, telah berulang kali mengatakan bahwa opsi teraman adalah menyelenggarakan tanpa penonton. Namun, keputusan tentang apakah Olimpiade bakal melibatkan penonton atau tidak baru akan diputuskan pada Kamis (8/7/2021) pekan depan.
Sebastian Coe, Presiden Federasi Atletik Dunia (IAAF) dan anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC), menepis kemungkinan Olimpiade menjadi kluster super penyebaran Covid-19. Coe kepada CNBC menyatakan, Olimpiade ”akan terus berlanjut dan mereka harus terus berjalan”.
Panitia penyelenggara lokal berharap meraup pendapatan sekitar 800 juta dollar AS dari penjualan tiket. Selain itu, IOC harus memikirkan orientasi bisnis karena hampir 75 persen pendapatannya berasal dari penjualan hak siar. Perkiraan menunjukkan, IOC bisa kehilangan 3 miliar dollar AS-4 miliar dollar AS dari hak siar jika Olimpiade dibatalkan. (AP/AFP/REUTERS)