Separuh Warga Jepang Yakin Olimpiade Tetap Berlangsung
Separuh masyarakat Jepang percaya Olimpiade Tokyo 2020 bakal tetap berlangsung tahun ini. Demikian hasil survei terbaru oleh harian ”Yomiuri Shimbun” yang diumumkan pada Senin (7/6/2021).
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Olimpiade Tokyo akan dimulai 46 hari lagi, tetapi masyarakat Jepang masih belum sepenuhnya yakin. Jajak pendapat terbaru menyebut hanya separuh publik Jepang yang yakin Olimpiade tetap akan berlangsung. Tetap ada keraguan dan pertanyaan tentang bagaimana panitia serta pemerintah dapat menyelenggarakan Olimpiade dengan tetap dapat menjaga keselamatan sukarelawan, atlet, ofisial, dan publik Jepang dari Covid-19.
Surat kabar Yomiuri Shimbun, Senin (7/6/2021), mengumumkan hasil survei terbaru tentang pandangan warga Jepang terhadap keberlangsungan Olimpiade. Dalam survei yang dilakukan pada 4-6 Juni itu, 50 persen responden yakin Olimpiade akan tetap dimulai pada 23 Juli-8 Agustus 2021.
Sementara itu, 26 persen responden lain berpendapat Olimpiade tetap berlangsung, tetapi tanpa penonton. Secara total, jumlah responden yang optimistis Olimpiade akan tetap berlangsung sedikit lebih besar dari 48 persen responden yang yakin Olimpiade akan dibatalkan.
Jumlah warga yang optimistis Olimpiade tetap dilakukan meningkat dibandingkan dengan jajak pendapat surat kabar yang sama satu bulan lalu. Survei pada 7-9 Mei 2021 menyebutkan, sebanyak 59 persen responden ingin Olimpiade dibatalkan, sedangkan 39 persen lainnya memilih tetap dilanjutkan.
Sebelumnya, Presiden Tokyo 2020 Seiko Hashimoto menegaskan, Olimpiade Tokyo 2020 tak akan ditunda lagi atau dibatalkan meski ada kekhawatiran soal penularan wabah Covid-19 di Jepang. Ajang olahraga akbar empat tahunan itu direncanakan digelar tanpa penonton, baik dari dalam maupun luar Jepang.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato meyakinkan, pemerintah akan terus bekerja untuk memastikan Olimpiade tetap aman dan terjamin dari ancaman virus. Kato menegaskan kembali, penyelenggara akan membuat keputusan pada bulan ini tentang kebijakan mengenai penonton domestik.
”Penting untuk menciptakan keadaan di mana publik Jepang merasa aman menuju Olimpiade Tokyo,” kata Kato.
Kecaman
Tentangan terhadap Olimpiade Tokyo datang dari anggota Dewan Komite Olimpiade Jepang. Ia mengecam penyelenggara Olimpiade Tokyo karena mengabaikan kekhawatiran publik tentang penyelenggaraan ajang olahraga global di tengah pandemi. Apalagi Jepang baru mulai program vaksinasi pada Februari, lebih lambat dari kebanyakan negara maju lainnya. Sejauh ini, baru sekitar 3,6 juta orang atau 3 persen populasi Jepang yang telah divaksinasi lengkap.
Melangsungkan Olimpiade dinilai bertentangan dengan saran dari penasihat kesehatan Jepang yang mendesak upaya baru untuk mengurangi risiko penularan. Jepang mencatat hampir 750.000 kasus dan lebih dari 13.000 kematian akibat Covid-19.
Penting untuk menciptakan keadaan di mana publik Jepang merasa aman menuju Olimpiade Tokyo.
Penasihat kesehatan utama Pemerintah Jepang, Shigeru Omi, mengatakan kepada parlemen, risiko terbesar dari Olimpiade adalah peningkatan pergerakan masyarakat umum. Pergerakan atau mobilitas warga itu akan berkontribusi pada peningkatan penyebaran Covid-19.
Omi menilai panitia penyelenggara dan pemerintah kurang berdialog dalam mengantisipasi mobilitas warga saat Olimpiade dimulai. ”Orang-orang sudah muak dengan permintaan untuk tinggal di rumah. Kecuali (pemerintah) menempuh langkah baru dalam fase kritis ini untuk mencegah risiko penularan,” kata Omi.
Kontrak antara Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan kota tuan rumah Tokyo menegaskan, hanya IOC yang dapat membatalkan Olimpiade. Laporan BBC menyebutkan, IOC bersikeras Olimpiade dapat berjalan dengan aman, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun. Dengan begitu, kecil kemungkinan Olimpiade akan dibatalkan.
Namun, jika dinamika dalam negeri mengharuskan Pemerintah Jepang membatalkan Olimpiade, risiko dan kerugian akan ditanggung pihak Jepang. Olimpiade Tokyo telah menelan anggaran sebesar 12,6 miliar dollar AS. Jumlah anggaran sesungguhnya diyakini jauh lebih besar dari angka resmi yang tercantum, terutama disebabkan tertundanya Olimpiade dan penerapan protokol kesehatan. (REUTERS)