Krisis Kesehatan Jepang Tak Halangi Jadwal Penyelenggaraan Olimpiade
Walau pandemi Covid-19 kian berkecamuk dan memicu keadaan darurat ketiga di Jepang, itu tidak memengaruhi jadwal Olimpiade. Pemerintah, panitia, dan IOC berjanji Olimpiade bisa digelar dengan aman dan terjamin.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TOKYO, MINGGU — Walau pandemi Covid-19 kian berkecamuk hingga memicu keadaan darurat ketiga di Jepang, pemerintah, panitia penyelenggara, dan Komite Olimpiade Internasional bergeming dan tetap berupaya menyelenggarakan Olimpiade Tokyo sesuai jadwal pada 23 Juli-8 Agustus. Dalam waktu kurang tiga bulan sebelum dimulai Olimpiade ke-32 itu, mereka berkomitmen pesta olahraga dunia empat tahunan itu bisa terselenggara dengan aman dan terjamin.
Ketua Panitia Olimpiade Tokyo Seiko Hashimoto dalam konferensi pers sebelum pemerintah mengumumkan keadaan darurat Covid-19 yang ketiga di Jepang, Jumat (23/4/2021), mengatakan, pihaknya tidak pernah mempertimbangkan pembatalan Olimpiade, bahkan saat ibu kota Jepang masih berjuang bangkit dari pandemi Covid-19. ”Kami berusaha sekuat tenaga mempersiapkan penanggulangan Covid-19 sehingga publik dapat memahami bahwa Olimpiade dapat diadakan,” ujarnya dikutip Kyodo News, Sabtu (24/4/2021).
Merujuk Telegraph.co.uk, Jumat, gelombang keempat virus korona baru telah melanda Jepang. Hal itu membuat krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data Worldometers per Minggu (25/4/2021), grafik kasus Covid-19 di ”Negeri Sakura” terus meningkat dari akhir Maret lalu dengan angka tertinggi 5.468 kasus pada Jumat, atau tertinggi seusai ledakan kasus pada Januari lalu. Secara keseluruhan sejak awal pandemi, angka kasus Covid-19 di Jepang mencapai 562.141 kasus dan korban meninggal mencapai 9.913 jiwa.
Untuk itu, pada Jumat, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat ketiga selama 25 April-11 Mei setelah keadaan darurat pertama (7 Januari-7 Februari) dan kedua (7 Februari-7 Maret). Keadaan darurat ketiga mencakup wilayah Tokyo, Osaka, Kyoto, dan Hyogo, sedangkan keadaan darurat pertama dan kedua di wilayah Tokyo, Kanagawa, Saitama, dan Chiba.
Selama keadaan darurat ketiga, pergerakan warga tidak benar-benar dikunci atau lockdown, hanya dibatasi secara ketat. Restoran, bar, ruang karaoke yang menyajikan alkohol harus tutup, dan acara olahraga besar harus diadakan tanpa penonton. Toserba, bioskop, dan fasilitas komersial lainnya yang lebih besar dari 1.000 meter persegi harus ditutup, sedangkan perusahaan akan diminta memberikan tunjangan yang lebih besar bagi orang bekerja dari rumah. Sekolah akan tetap buka.
Keadaan darurat terbaru ini juga hanya sebatas di Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya yang menyumbang sekitar seperempat dari 126 juta penduduk Jepang, dan sepertiga aktivitas ekonomi nasional. Hal itu juga untuk mengantisipasi pergerakan warga selama masa liburan Minggu Emas (Golden Week) yang berlangsung dari akhir April sampai pekan pertama Mei di Negeri Matahari Terbit.
Kami berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapkan penanggulangan Covid-19 sehingga publik dapat memahami bahwa Olimpiade dapat diadakan.
Krisis Covid-19 turut membuat estafet obor Olimpiade di Kota Miyakojima, Prefektur Okinawa pada 2 Mei dibatalkan. Sementara itu, pawai api abadi di kota-kota barat Jepang, seperti Osaka dan Matsuyama bakal dipindahkan dari jalanan umum ke jalur alternatif yang menjauh dari keramaian.
Persiapan teknis
Kendati demikian, pemerintah maupun panitia penyelenggaraan memastikan keadaan darurat itu tidak berpengaruh terhadap persiapan pelaksanaan Olimpiade Tokyo. ”Kami berjanji bahwa pertandingan (Olimpiade) akan terlaksana dengan aman dan terjamin,” kata Suga dilansir Kyodo News, Sabtu.
Panitia penyelenggara pun sedang menyiapkan langkah preventif yang efektif untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 selama Olimpiade berlangsung. Mereka telah memutuskan membentuk panel ahli kesehatan dengan pertemuan pertama dimulai Jumat depan.
Anggota panel kesehatan diharapkan bertemu sekitar empat kali sebelum upcara pembukaan Olimpiade. Selain itu, panitia penyelenggara dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) akan merilis versi kedua pedoman Covid-19 untuk para atlet yang salah satu poinnya mengharuskan atlet melakukan tes Covid-19 setiap hari selama Olimpiade.
Hashimoto menuturkan, pihaknya pun berencana mengadakan pertemuan dengan perwakilan IOC, Komite Paralimpiade Internasional, pemerintah pusat, dan pemerintah metropolitan Tokyo pekan depan. Salah satu masalah utama yang dibahas dalam rapat daring itu adalah mengenai seberapa banyak penonton domestik diperbolehkan memasuki arena pertandingan.
Namun, keputusan akhir mengenai penonton lokal itu diharapkan pada akhir Juni seiring pemantauan situasi infeksi di Jepang dengan cermat. Adapun penonton asing atau luar negeri resmi dilarang sejak sebulan lalu untuk mencegah penyebaran wabah selama ajang tersebut.
Uji coba rugbi
Salah satu langkah nyata untuk penanganan Covid-19 di Olimpiade Tokyo sudah ditunjukkan dengan pelaksanaan uji coba operasional rugbi tujuh di arena Olimpiade cabang itu, Stadion Tokyo, Jumat. Dalam uji coba itu, tim nasional rugbi tujuh putra dan putri Jepang melakukan laga eksebisi secara tertutup.
Panitia penyelenggara mengecek berbagai tindakan operasional, mulai dari kinerja ofisial, staf lapangan, tim yang diumumkan melalui pengeras suara stadion, dan musik yang dimainkan usai setiap percobaan. Untuk penanggulangan Covid-19, para pemain diminta mengenakan masker selama pemanasan, semua area rutin didisinfeksi, dan penggunaan kendaraan kecil guna mengembalikan bola yang tersesat di lapangan permainan.
”Kami puas dengan hasil uji coba operasional rugbi tujuh ini. Ini pertama kalinya pula kami bekerja sebagai satu tim dengan Federasi Rugbi Internasional, dan kami bisa berbagi informasi dan berkoordinasi dengan sesuai. Itu pembelajaran terbesar dari kegiatan ini sebelum pelaksanaan Olimpade,” kata Wakil Direktur Eksekutif Tokyo 2020 Yasuo Mori dikutip Insidethegames.biz, Sabtu.
Presiden IOC Thomas Bach menyampaikan pada pekan ini, keadaan darurat di Jepang tidak akan memengaruhi agenda Olimpiade. ”Kami telah dijelaskan bahwa keadaan darurat kali ini menjadi langkah pencegahan penyebaran infeksi selama liburan Minggu Emas di Jepang,” terangnya dilansir Insidethegames.biz, Sabtu.
Bach berencana mengunjungi Jepang pada 17-18 Mei untuk menghadiri estafet obor Olimpiade. Dia dikabarkan pula akan bertemu Suga guna membahas persiapan Olimpiade yang aman dan terjamin.