Teladan dari Kirby Estate, "Kampung" Suporter Inggris di London
Suasana di Kirby Estate mengingatkan akan Tanah Air setiap menyambut hari kemerdekaan. Wilayah di London itu menunjukkan patriotisme dan kekompakan warga dengan hiasan ratusan bendera Inggris sepanjang Piala Eropa 2020.
Oleh
Adjie Masdyka Sudaryanto dari London, Inggris
·5 menit baca
Inggris, negara lokasi semifinal dan final Piala Eropa 2020, tersohor dengan kultur sepak bolanya yang kental. Tidak heran. Sepak bola memang berasal dari negara itu, yaitu bisa ditelusuri sejak abad ke-18. Maka, Inggris sering sebagai ”rumah” sepak bola.
Namun, di sisi lain, Inggris juga dikenal sebagai ”penemu” salah satu sisi negatif sepak bola, yaitu hooliganisme. Fanatisme buta dan kekerasan yang marak terjadi di era 1980-an itu sempat mewarnai Piala Eropa edisi sebelumnya, yaitu di Perancis, pada 2016 silam.
Di Perancis, ketika itu, sekelompok hooligan menimbulkan kekacauan, nyaris di setiap kota yang disinggahinya. Jejak darah, pecahan botol, meja bar yang hancur, dan batu, terlihat di Marseille, Lille, hingga Lens. Pada Piala Eropa saat itu, hooligan beberapa kali bertikai dengan suporter Rusia.
Fanatisme dan patriotisme suporter Inggris itu kental terlihat di Kirby Estate, wilayah permukiman berupa blok-blok rumah susun di London. Namun, berbeda dengan hooligan yang kerap berbuat onar, warga Inggris di sana mendukung ”Tiga Singa” dengan tertib, bermartabat, dan ramah kepada para suporter tim lainnya.
Tidak sulit menemukan tempat yang berada di dekat stasiun Bermondsey itu. Plang Kirby Estate sudah nampak dari jalan Southwark Park ketika saya mengunjungi tempat itu, Jumat (25/6/2021) lalu.
Dari luar, tempat ini terlihat seperti kompleks pemukiman di Inggris pada umumnya. Bangunan luar rumah susun di sana didominasi ornamen dinding batu bata terbuka dan jendela-jendela yang sederhana.
Ratusan bendera
Namun, saat memasuki kompleks tersebut, suasana berubah drastis. Saya disambut ratusan ”Saint George\'s Cross”. Bendera Inggris itu berjajar rapi di setiap balkon rumah, menggantung di atas lahan parkir, hingga menempel ke tembok gedung.
Terbentang pula spanduk besar bertulisan ”Come on England. Kirby Estate” yang menjadi bentuk dukungan semangat untuk pasukan tim nasional sepak bola Inggris asuhan pelatih Gareth Southgate.
Pemandangan itu sungguh tidak lazim saya lihat, apalagi setelah sekian lama menetap di Inggris. Di tempat itu, saya menyaksikan anak-anak kecil bermain bola, sejumlah ibu tengah mengobrol sambil membawa dorongan bayi, serta beberapa pria dewasa sedang bermain catur seraya meminum kopi.
Sekilas, kompleks itu mengingatkan saya akan suasana kemeriahan di Tanah Air menjelang hari kemerdekaan alias 17 Agustus. Keakraban di Kirby Estate sangatlah terasa, seperti di Tanah Air. Hal itu kontras dengan keseharian warga di Inggris, khususnya di London, yang terkenal individualis.
”Kami selalu membentangkan bendera-bendera ini setiap kali Inggris bermain di sebuah turnamen. Ini menjadi tradisi untuk warga setempat,” ungkap Tom, salah satu warga yang saya temui di Kirby Estate.
Namun, tidak semua bendera yang dipasang di sana adalah St George\'s Cross. Ada pula segelintir bendera Portugal dan Skotlandia. Namun, itu semua berjajar dengan akur. Tidak ada yang melepas atau memindahkan bendera-bendera lain itu. ”Anda bisa lihat, ada beberapa penyusup. Berani-beraninya ya mereka,” ujar Tom bergurau.
Pandemi
Selain tradisi, memasang bendera di setiap balkon rumah menjadi simbol persatuan dan kekompakan warga di sana. Rasa bersatu dan saling memiliki itu menghadirkan suasana positif dan optimisme setelah setahun lebih diterpa badai pandemi Covid-19. Sejumlah bendera khusus pun dipasang untuk mengenang dan menghormati dua warga di sana yang meninggal akibat Covid-19.
”Saya bukan penggemar sepakbola. Akan tetapi, yang pasti, bendera-bendera ini membuat kami (bersatu), merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar,” ujar Max, warga Kirby Estate lainnya yang saya temui.
Dorongan serupa, yaitu menjadi bagian dari sesuatu hal besar, membuat warga Kirby Estate juga sempat melakukan hal menyentuh. Mereka membuat kaus berisikan tulisan dukungan untuk bintang Denmark, Christian Eriksen, yang mengalami henti jantung dan nyaris meninggal ketika timnya menghadapi Finlandia pada laga Piala Eropa 2020, beberapa waktu lalu.
”Semoga lekas pulih, Christian Eriksen,” bunyi kaus buatan warga Kirby Estate yang sempat ramai dibahas di media sosial.
Patriotisme sekaligus solidaritas tanpa batas warga di sana membuat Kirby Estate menyita perhatian media lokal maupun internasional akhir-akhir ini. Saya pun termasuk pihak yang penasaran melihatnya.
Ketika salah satu dari mereka bertanya apakah saya menyukai suasana itu, saya menjawabnya dengan anggukan kepala. Tempat itu sungguh membuat saya rindu dengan spirit kebersamaan yang kental di Tanah Air.
Di Tanah Air, setiap kali timnas Indonesia berlaga di turnamen besar, orang-orang bakal antusias dan menggelar kegiatan nonton bareng, apalagi jika lawannya adalah Malaysia. Maka, warung-warung kopi, pangkalan ojek, hingga gang-gang di kompleks perumahan bakal dipenuhi orang yang menonton tayangan sepak bola bersama.
Acara ”nonton bareng”
Saya pun penasaran bertanya apakah warga Kirby Estate juga akan menggelar nonton bareng, apalagi Inggris bakal menghadapi musuh tersengitnya, Jerman, pada perempat final Piala Eropa 2020. Laga itu akan digelar di Stadion Wembley, London, Selasa (29/6/2021).
Rupanya, kebiasaan komunal serupa juga terjadi di Kirby Estate pada ajang-ajang besar sebelumnya, seperti Piala Dunia 2018. Namun, akibat pandemi, kegiatan nonton bareng itu tidak bisa dilakukan saat ini. Warga mendukung Tiga Singa dari rumahnya masing-masing.
Bendera-bendera (Inggris) ini membuat kami (bersatu), merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar.
Meskipun demikian, berkaca dari laga-laga yang telah digelar sepanjang fase gugur Piala Eropa tahun ini, kemeriahan masih sangat terasa di sana.
”Ketika kami menonton di rumah masing-masing, kami bisa mendengar (teriakan girang) dari rumah-rumah lain saat merayakan gol,” ujar Tom.
”Terkadang, kami keluar dari rumah untuk merayakan (gol) bersama (tetangga), lalu kembali masuk ke rumah kami masing-masing untuk kembali menonton. Jadi, secara tidak langsung, kami menonton bareng,” ungkap Tom bergurau.
Ya, Kirby Estate telah mengubah pandangan saya akan fans sepak bola Inggris yang dahulu identik dengan hooliganisme. Warga di tempat itu bisa tetap bersikap patriot, mendukung timnas mereka, namun dengan cara yang sehat dan tepat.
Sikap warga Kirby Estate bisa menjadi contoh bagi suporter lainnya, baik di Inggris maupun negara-negara lain...