Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 menghadapi kasus positif Covid-19 pertama dari kontingen asing, akhir pekan lalu. Seorang anggota kontingen Uganda dinyatakan positif saat tiba di Bandara Narita.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
TOKYO, SENIN - Tantangan nyata terkait pandemi Covid-19 langsung dihadapi penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020. Salah seorang anggota tim Uganda yang tiba di Jepang pada 19 Juni 2021 dinyatakan positif Covid-19 menurut hasil tes di Bandara Narita, Tokyo.
Stasiun televisi nasional NHK pada Senin (21/6/2021) melaporkan, kasus pertama yang ditemukan pada tim olahraga dari luar negeri itu diketahui setelah sembilan atlet dan pelatih asal Uganda tiba di Narita pada Sabtu sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Satu orang yang terdeteksi positif itu kemudian dibawa ke fasilitas yang disiapkan pemerintah. Adapun delapan anggota rombongan lainnya melanjutkan perjalanan ke Izumisano, Prefektur Osaka, tempat mereka akan berlatih hingga Olimpiade 2020 dimulai pada 23 Juli.
NHK mengabarkan, semua anggota tim Uganda telah menerima dua dosisi vaksin AstraZeneca dan dinyatakan negatif pada tes usap PCR, 72 jam sebelum berangkat ke Jepang, sesuai ketentuan penyelenggara Olimpiade.
Tim Uganda ini menjadi rombongan atlet asing kedua yang tiba di Jepang untuk Olimpiade, setelah tim sofbol putri Australia yang tiba pada 1 Juni.
Dengan izin dari pemerintah, setiap arena pertandingan bisa didatangi 50 persen dari kapasitas penonton, maksimal hingga 10.000 orang.
Keberhasilan penyelenggara menangani anggota kontingen Olimpiade yang positif Covid-19 akan menjadi kunci untuk menenangkan mayoritas warga Jepang. Olimpiade yang tertunda penyelenggaraannya selama satu tahun itu belakangan semakin tidak populer di mata warga Jepang. Mereka mengkhawatirkan masuknya ribuan warga asing ke Jepang akan berkontribusi pada meluasnya penyebaran Covid-19.
Penonton 10.000 orang
Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 akhirnya mengizinkan kedatangan penonton lokal dalam ajang multicabang yang akan digelar pada 23 Juli-8 Agustus itu. Keputusan tersebut disampaikan setelah digelar rapat secara daring oleh panitia yang dihadiri Komite Olimpiade Internasional (IOC), Pemerintah Jepang, dan pemerintah daerah Tokyo.
”Dengan izin dari pemerintah, setiap arena pertandingan bisa didatangi 50 persen dari kapasitas penonton, maksimal hingga 10.000 orang,” demikian pernyataan panitia.
Akan tetapi, seperti dikatakan Gubernur Tokyo Yuriko Koike, jika situasi akibat pandemi Covid-19 memburuk, terbuka kemungkinan menggelar pertandingan tanpa penonton. Sementara itu, jumlah penonton yang diperbolehkan datang untuk Paralimpiade, 24 Agustus-5 September, akan diputuskan paling lambat 16 Juli.
Penyelenggara hanya memberi izin bagi warga Jepang untuk menyaksikan lebih dari 11.000 atlet berlaga. Penonton internasional telah diputuskan tak boleh datang sejak Maret.
Namun, para penonton kemungkinan besar tidak boleh bersorak memberikan dukungan. Penonton dilarang berteriak dan wajib mengenakan masker selama berada di arena. Penyelenggara juga meminta warga yang menonton untuk berangkat langsung menuju arena, setelah itu segera kembali ke rumah.
Jumlah penonton ini masih mungkin dikurangi setelah 12 Juli, sehari setelah batas keadaan darurat Covid-19 berakhir, jika masa darurat diperpanjang atau ada peraturan baru terkait pencegahan penyebaran Covid-19.
Pembatasan ini membuat Stadion Nasional hanya akan diisi tak sampai 15 persen dari kapasitas normal yang mencapai 68.000 penonton. Namun, setiap pertandingan akan disiarkan ke seluruh dunia melalui sejumlah stasiun televisi pemegang hak siar. (REUTERS/AFP)