Pemerintah Jepang dan Panitia Olimpiade Tokyo 2020 akan menentukan kehadiran penonton lokal. Kekhawatiran akan penyebaran Covid-19 membuat pemerintah Jepang melakukan evaluasi ketat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Setelah melarang kehadiran penonton internasional, Pemerintah Jepang dan Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 akan segera menentukan status untuk penonton lokal. Direncanakan, keputusan itu akan ditetapkan pada awal pekan ini.
Rapat secara daring akan diselelenggarakan pada Senin (21/6/2021), dihadiri panitia penyelenggara, perwakilan Komite Olimpiade Internasional (IOC), serta Pemerintah Tokyo dan Jepang.
”Ada masalah mengenai tiket penonton yang harus segera dibahas. Ini saatnya membuat keputusan final,” ujar presiden panitia penyelenggara Seiko Hashimoto di Tokyo, Jepang, Jumat malam.
Mundur setahun dari jadwal semula akibat pandemi Covid-19, Olimpiade Tokyo 2020 akan diselenggarakan pada 23 Juli-8 Agustus, sedangkan Paralimpiade pada 24 Agustus-5 September.
Pemerintah Jepang telah mengizinkan kehadiran hingga 10.000 orang di acara-acara besar selama tidak melebihi 50 persen dari kapasitas tempat. Ini berlaku untuk acara di daerah-daerah yang tidak dalam keadaan darurat Covid-19.
Semula, kebijakan yang sama akan diterapkan untuk Olimpiade dan Paralimpiade dalam rapat yang digelar pada bulan April. Namun, keputusan dimundurkan menjadi Juni sambil memonitor perkembangan situasi akibat pandemi.
Dikatakan Hashimoto, panitia sepertinya harus membuat perubahan terhadap kebijakan itu. Apalagi, pakar-pakar kesehatan di Jepang merekomendasikan, menyelenggarakan Olimpiade tanpa kehadiran penonton adalah pilihan dengan risiko terkecil. Larangan kedatangan penonton internasional telah diumumkan pada Maret.
Upaya pemerintah untuk menyelenggarakan Olimpiade telah dikritik oleh rumah sakit dan serikat dokter. Apalagi, peluncuran vaksin di negara tersebut dinilai lambat.
”Pergerakan orang dan peluang berinteraksi selama Olimpiade berisiko menyebarkan infeksi dan membebani sistem medis,” kata para ahli yang dipimpin penasihat kesehatan utama, Shigeru Omi, dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada Jumat. Laporan itu pun mengemukakan bahwa menggelar ajang olahraga terbesar sedunia tanpa penonton menjadi pilihan dengan risiko kecil.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, pada Kamis, memutuskan mengakhiri pembatasan darurat Covid-19 di sembilan prefektur, termasuk Tokyo, sambil mempertahankan beberapa pembatasan ”darurat semu”. Tokyo dijadwalkan berada di bawah pembatasan darurat hingga 11 Juli. Keadaan darurat saat ini, yang ketiga sejak April 2020, berakhir pada 20 Juni.
Keputusan tersebut, disebutkan Omi yang pernah bertugas di WHO, seharusnya tidak disimpulkan bahwa Olimpiade dan Paralimpiade aman diselenggarakan dengan kehadiran penonton. Penyelenggara harus siap bertindak cepat untuk melarang penonton atau menyatakan keadaan darurat lain jika diperlukan. Jika penonton diizinkan, aturan harus ketat, seperti membatasi penggemar untuk penduduk setempat.
Hashimoto menyatakan, meski dia menerima rekomendasi Olimpiade tanpa penonton akan lebih aman, panitia masih mencari cara untuk mendatangkan penonton seperti pada acara-acara lain.
Mengingat bahwa acara olahraga lain telah diadakan dengan penonton, saya pikir itu menjadi tugas panitia Tokyo 2020 untuk terus mencari cara guna memahami dan mengurangi risiko infeksi di Olimpiade.
”Mengingat bahwa acara olahraga lain telah diadakan dengan penonton, saya pikir itu menjadi tugas panitia Tokyo 2020 untuk terus mencari cara guna memahami dan mengurangi risiko infeksi di Olimpiade, sampai kita kehabisan semua kemungkinan,” katanya.
Sebanyak 41 persen dari penduduk yang memberi suara pada jajak pendapat dari Jiji Press, bahkan, masih menyebut bahwa Olimpiade dan Paralimpiade sebaiknya dibatalkan. Jika acara tetap dilanjutkan, 64 persen orang menyatakan, ajang empat tahunan itu harus digelar tanpa penonton. Hiroshi Nishiura, profesor dari Universitas Kyoto, termasuk yang merekomendasikan agar Olimpiade dibatalkan.
Jepang telah mencatat 780.000 kasus Covid-19 dengan 14.200 kematian dan hanya 15 persen dari populasi yang telah mendapat, setidaknya, sekali vaksinasi.
Di antara mereka yang telah menerima vaksin adalah staf dan sukarelawan Tokyo 2020, serta atlet Olimpiade Jepang. Vaksin untuk mereka mulai diberikan pada Jumat. IOC mendonasikan vaksin Pfizer/BioNTech untuk 40.000 orang, termasuk staf bandara, media lokal, dan wasit.
”Saya telah divaksin. Setelah ini, saya merasa sedikit yakin untuk mengerjakan tugas saya,” ujar Chika Hirai, Direktur Kontrol Doping Tokyo 2020. (AFP/Reuters)