Dampak dari pandemi Covid-19, Olimpiade Tokyo bakal menjadi Olimpiade musim panas paling sunyi sepanjang sejarah. Ini menyusul kebijakan larangan kehadiran penonton asing dan pembatasan kedatangan perangkat pendukung.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Dampak dari pandemi Covid-19, Olimpiade Tokyo bakal menjadi Olimpiade musim panas paling sunyi sepanjang sejarah pesta olahraga empat tahunan itu sejak pertama kali digelar secara modern di Athena, Yunani, 1896.
Betapa tidak, Olimpiade musim panas edisi ke-32 itu bakal sepi dari kerumunan, hiruk-pikuk, ataupun sorak-sorai penonton setelah Pemerintah Jepang melarang kehadiran penonton asing dan membatasi kedatangan perangkat pendukung kontingen.
Sudah menjadi tradisi setiap empat tahun sekali, Olimpiade menjadi ajang olahraga paling ditunggu oleh atlet dan juga penonton internasional. Gelaran itu menjadi semacam penahbisan puncak prestasi atlet sehingga menjanjikan penampilan terbaik dari setiap olahragawan yang berpartisipasi. Penikmat olahraga tidak mau melewatkan momen tersebut, terutama menyaksikan secara langsung di arena.
Berdasarkan data penjualan tiket dari semua nomor pertandingan Olimpiade oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk lima edisi Olimpiade terakhir, rata-rata jumlah penonton langsung Olimpiade mencapai 6,24 juta orang per edisi. Dari lima edisi terakhir, Olimpiade London 2012 menyedot paling banyak penonton, yakni 8,2 juta orang. Angka itu hanya selisih sedikit dari rekor penonton terbanyak sepanjang sejarah Olimpiade modern, yakni 8,3 juta orang pada Olimpiade Atalanta 1996.
Secara keseluruhan, jumlah penonton Olimpiade mengalahkan penonton Piala Dunia Sepak Bola FIFA yang notabene olahraga paling digemari di dunia. Dari lima edisi terakhir, rata-rata penonton langsung Piala Dunia 3,14 juta orang per edisi.
Namun, kisah kemeriahan itu kemungkinan besar tidak akan terjadi dalam Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus mendatang. Dentuman suara kembang api dalam acara pembukaan Olimpiade yang tertunda setahun itu tidak bakal diiringi oleh teriakan histeris penonton di dalam stadion. Demikian aksi memikat dari para atlet tidak akan diiringi oleh tepuk tangan dan jeritan dukungan pendukungnya di dalam arena.
Hal ini menyusul dua keputusan pembatasan kehadiran tamu dan penonton asing selama Olimpiade Tokyo. IOC dalam laman Olympic.org, Jumat (26/3/2021), telah memutuskan untuk memangkas secara dratis jumlah pejabat ataupun tamu yang bakal menghadiri Olimpiade tersebut sebagai langkah untuk mencegah penyebaran virus korona baru.
Akreditasi Olimpiade hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki peranan penting dan operasional di pertandingan. Kebijakan itu ditetapkan sejalan dengan permintaan Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo agar jumlah pejabat terakreditasi dari organisasi olahraga, legenda Olimpiade, hingga tamu yang menyertai dikurangi.
Sejumlah program acara yang biasa dilakukan di tengah berlangsungnya Olimpiade pun akan dibatasi, seperti program pengamat untuk tuan rumah di masa mendatang. Diperkirakan, keputusan itu membuat sekitar 1.000 orang urung mendapatkan akreditasi Olimpiade.
Untuk memenuhi permintaan Jepang, Dewan Eksekutif IOC memutuskan memberikan akreditasi hanya kepada orang-orang yang memiliki peran penting dan operasional.
”Untuk memenuhi permintaan Jepang, Dewan Eksekutif IOC memutuskan memberikan akreditasi hanya kepada orang-orang yang memiliki peran penting dan operasional. Kami telah membatalkan atau mengurangi program tamu IOC, undangan kepada legenda Olimpiade, dan sejumlah program lain. Kami juga tidak akan memberikan akreditasi kepada tamu yang menyertai dalam kategori apa pun,” ujar IOC, dikutip Inside The Games, Jumat.
Kantor berita Jepang, Kyodo News, Minggu (28/3/2021), menyampaikan, Pemerintah Jepang pun sedang mempertimbangkan untuk mengurangi separuh jumlah ofisial dan peserta terkait laga Olimpiade dan Paralimpiade menjadi sekitar 30.000 orang dari sekitar 60.000 orang. Akan tetapi, kebijakan itu dikecualikan untuk 11.000 atlet Olimpiade dan 4.000 atlet Paralimpiade.
Sementara itu, dilansir Inside The Games, masa tinggal atlet di Perkampungan Atlet Tokyo 2020 mungkin dibatasi untuk mengurangi risiko terinfeksi Covid-19. Mereka juga diminta tidak melakukan kunjungan ke bar, restoran, atau tempat wisata lain seusai berlaga.
Tanpa penonton asing
Kebijakan itu selang dari sepekan larangan kehadiran penonton asing di Olimpiade Tokyo. Menurut The Guardian, Sabtu (20/3/2021), setelah pertemuan, IOC, Komite Paralimpiade Internasional (IPC), Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Pemerintah Jepang, serta pemerintah metropolitan Tokyo sepakat tidak mengizinkan penonton luar negeri menyaksikan secara langsung Olimpiade dan juga Paralimpiade pada 24 Agustus-5 September nanti.
Keputusan itu diambil karena ketidakpastian yang terus berlanjut di tengah pandemi Covid-19, antara lain pembatasan perjalanan internasional dan potensi penyebaran varian virus korona baru. Demi menjamin keamanan peserta dan warga, Jepang tidak mungkin terbuka untuk turis asing pada musim panas ini.
Adapun tiket Olimpiade dan Paralimpiade yang telah dibeli di luar negeri melalui saluran resmi akan dikembalikan. ”Kami menyadari kebijakan ini mengecewakan semua penggemar Olimpiade, terutama keluarga dan kerabat para atlet. Namun, ini adalah pengorbanan besar. Prinsip utama adalah keselamatan terlebih dahulu. Sekarang, prioritas kami memastikan Olimpiade dan Paralimpiade bisa tetap berjalan dengan aman dan sukses,” tutur Ketua IOC Thomas Bach.
Kyodo News mengabarkan, pada April, semua pihak terkait bakal mengadakan pembicaraan lanjutan untuk memastikan kemungkinan pembatasan jumlah penduduk Jepang di arena pertandingan. Saat upacara peluncuran pawai obor Olimpiade di Prefektur Fukushima, Jumat, acara itu berlangsung tertutup bagi warga, tetapi warga tetap bisa menyaksikan dari pinggiran jalan dengan protokol kesehatan. (AFP/REUTERS)