Johann Zarco menjadi oase bagi Ducati di saat para pebalap utama tim Italia itu kesulitan bersaing. Kini, dia mengantarkan Ducati ke posisi start terdepan di Sachsenring dan membuka peluang berjaya setelah 13 tahun.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
CHEMNITZ, SABTU — Sirkuit Sachsenring yang pendek dengan tikungan-tikungan lambat bukanlah trek yang cocok dengan motor Ducati. Satu-satunya kemenangan Ducati di seri Jerman itu dipersembahkan oleh Casey Stoner pada 2008, yang juga meraih posisi start terdepan. Setelah itu, Ducati juga selalu gagal berjaya di Sachsenring, hingga Johann Zarco meraih posisi start terdepan pada Sabtu (19/6/2021). Pebalap tim Pramac Racing itu membuka peluang Ducati berjaya kembali.
Zarco mengawali akhir pekan ini dengan menempati posisi kedelapan dalam latihan pertama dan kedua. Dia baru mulai masuk papan atas dalam latihan ketiga dengan menjadi pebalap tercepat ketiga, disusul memuncaki sesi keempat. Zarco sempat kesulitan membuat ban dalam suhu kerja di awal sesi kualifikasi kedua (Q2).
Namun, dia mendapatkan daya cengkeram yang lebih baik menjelang akhir Q2 dan mencetak waktu tercepat 1 menit 20,236 detik. Pebalap Perancis itu menggusur pebalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo, yang sebelumnya memuncaki Q2 dengan 1 menit 20,247 detik. Sebelumnya, Quartararo menggusur pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, yang sempat memimpin dengan 1 menit 20,567 detik.
Marquez terus turun hingga ke posisi lima, menyusul perbaikan waktu yang dicetak oleh pebalap Aprilia, Aleix Espargaro, dan pebalap Ducati, Jack Miller. Espargaro meraih posisi start ketiga yang merupakan start dari baris terdepan Aprilia setelah GP500 Australia 2000. Ini pencapaian krusial bagi tim asal Italia itu yang masih mendapat hak konsesi.
Hasil kualifikasi ini menegaskan, Ducati musim ini memiliki motor sangat adaptif dengan karakter sirkuit, berbeda dengan musim lalu. Desmosedici GP21, menurut Zarco, bisa konsisten di tangan pebalap yang berbeda. ”Kekuatan Ducati kali ini adalah bisa melaju kencang dengan pebalap yang berbeda-beda,” ujar Zarco.
Namun, Ducati juga memiliki sisi yang perlu diperbaiki oleh Zarco dan timnya, yaitu daya cengkeram ban. Setelah mencetak waktu tercepat pada Q2, Zarco berusaha memperbaiki dan memacu dalam sisa waktu kualifikasi. Namun, dia terjatuh di tikungan 4, motornya membentur keras pagar, tetapi Zarco tidak cedera.
”Saya baik-baik saja. Saya senang dan bisa memanfaatkan ban dengan baik. Pada awal kualifikasi, saya tidak bisa melakukan itu dengan baik, tetapi kemudian saya bisa melakukan dengan baik,” ujar Zarco.
Posisi start terdepan Zarco ini menjadi kejutan besar karena sangat sulit melampaui catatan waktu Quartararo. Zarco pernah juga membuat anomali saat membela tim Esponsorama Avintia dengan Desmosedici GP19 musim 2020. Saat itu, Zarco membangkitkan Ducati yang terpuruk setelan elektronik tidak berkompromi dengan karakter ban.
Saat para pebalap tim pabrikan Ducati kesulitan, Zarco dengan GP19 meraih pole position di Brno dan meraih podium dengan finis ketiga. Performa Zarco semakin baik setelah promosi ke Pramac Racing dan mendapatkan motor spesifikasi paling mutakhir.
Musim ini, Zarco empat kali meraih podium dengan finis di posisi kedua. Dia pun berada di peringkat kedua klasemen sementara, tertinggal 14 poin dari pemuncak Quartararo.
Yamaha sedikit kesulitan, tetapi saya berusaha melakukan putaran yang bagus dan saya bisa meraih posisi kedua.
Akhir pekan ini, Quartararo diunggulkan sebagai pemenang balapan dan meraih pole position keenam beruntun musim ini. Namun, catatan posisi terdepan Quartararo dihentikan oleh Zarco di Sachsenring.
”Sangat sulit, saya tidak merasa terlalu bagus sepanjang akhir pekan ini. Yamaha sedikit kesulitan, tetapi saya berusaha melakukan putaran yang bagus dan saya bisa meraih posisi kedua. Saya mengerahkan 100 persen dan itu usaha terbaik yang bisa saya lakukan,” ujar Quartararo.