“A Selecao” Berambisi Akhiri Rekor Buruk Atas Jerman
Portugal ingin mengakhiri tren buruk berupa empat kekalahan beruntun dari Jerman saat mereka berduel, Sabtu malam WIB. Tak hanya itu, bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, juga tengah memburu gol perdana ke gawang Jerman.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MUENCHEN, JUMAT - Dalam lima tahun terakhir, Portugal menjelma salah satu kekuatan terbaik di kancah sepak bola internasional. Trofi Piala Eropa 2016 dan Liga Nasional Eropa edisi perdana, 2018-2019, menjadi bukti dominasi Portugal di ”Benua Biru”. Maka itu, ”A Selecao” punya modal kuat mengakhiri rekor buruk dari Jerman saat kedua tim berjumpa di babak penyisihan Grup F Piala Eropa 2020, Sabtu (19/6/2021) pukul 23.00 WIB, di Arena Allianz, Muenchen, Jerman.
Jerman, yang dijuluki ”Die Mannschaft”, selalu menjadi momok Portugal dalam 15 tahun terakhir. Kedua tim telah berjumpa empat kali di empat turnamen berbeda, yaitu Piala Dunia 2006, Piala Eropa 2008, Piala Eropa 2012, dan Piala Dunia 2014. Dari seluruh duel itu, Portugal selalu kalah.
Dalam pertemuan terakhir, yaitu di laga awal fase grup Piala Dunia Brasil 2014, Portugal dilumat Jerman, 0-4. Secara total, Jerman telah 10 kali mengalahkan ”A Selecao”, sedangkan Portugal baru tiga kali menang atas Jerman.
Portugal kini punya peluang emas untuk mengakhiri rekor buruk dari Jerman itu. Kepercayaan diri A Selecao di Piala Eropa 2020 meningkat setelah mengalahkan Hongaria, 3-0, di laga sebelumnya. Kemenangan itu menunjukkan pula kekuatan mental skuad Portugal yang ditekan 60.000 fans Hongaria di Arena Puskas, Budapest, Selasa (15/6/2021) lalu.
Selain itu, materi skuad Portugal jauh lebih merata saat ini dibandingkan duel terakhir dengan Jerman di Brasil, Juni 2014. Dari lini belakang hingga depan, A Selecao memiliki pemain berkualitas premium. Di posisi bek, Pepe akan berduet dengan Ruben Dias, pemain terbaik Liga Inggris musim ini.
Portugal juga memiliki Bruno Fernandes, Bernardo Silva, dan Diogo Jota, untuk mengisi lapangan tengah dan sayap. Adapun Cristiano Ronaldo menjadi pemimpin sekaligus sumber gol Portugal yang kehadirannya bisa menciutkan mental lawan.
Kekuatan mental
Fernandes menyatakan, kemenangan atas Hongaria adalah bukti dari kekuatan mental dan kedewasaan timnya. Mereka tampil sabar dan tidak terpengaruh provokasi pendukung tim lawan, sehingga akhirnya mampu mencetak gol pembuka pada menit ke-84 laga itu.
”Tujuan utama kami adalah memenangi setiap laga di turnamen ini. Kami telah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menang melawan Jerman. Kami tidak merasa tertekan dengan kondisi bahwa Jerman akan bermain di rumah sendiri,” kata Fernandes dilansir laman UEFA.
Kepercayaan diri gelandang Manchester United itu pun bukan tanpa alasan. Permainan Portugal telah berkembang dibandingkan saat menjuarai Piala Eropa Perancis, 2016 lalu. A Selecao bermain dengan variasi operan pendek, kombinasi, dan kemampuan individu para pemainnya untuk melewati lawan. Di Perancis, mereka lebih sering mengandalkan serangan balik dan operan-operan jarak jauh.
”Dahaga” Ronaldo
Di sisi lain, Ronaldo memiliki target pribadi melawan Jerman. Ia ingin mengakhiri dahaga kemenangan maupun gol atas Jerman. Selama 18 tahun membela Portugal, Ronaldo selalu kalah setiap kali berduel dengan Die Mannschaft.
Dari 12 tim Eropa peringkat 20 besar FIFA saat ini, hanya Jerman yang belum pernah dikalahkan ”CR7”. Tak hanya kalah, Ronaldo juga belum mampu mencetak satu pun gol dari empat duel dengan Jerman.
Meskipun demikian, Ronaldo gemar mencetak gol di Arena Allianz yang merupakan markas klub Bayern Muenchen. Pada dua laga tandang terakhir di Muenchen, Ronaldo mengemas empat gol, yaitu saat masih berseragam Real Madrid.
”Kami telah memulai turnamen ini dengan awal yang baik. Kini, saatnya kami melanjutkan (kemenangan) demi mewujudkan mimpi memberikan kebahagian lainnya untuk rakyat Portugal,” ungkap Ronaldo seperti dikutip A Bola.
Menyikapi ancaman itu, bek Jerman, Matthias Ginter, berkata, timnya telah menganalisa kekuatan Portugal, termasuk Ronaldo. Ia berharap timnya bisa meredam ”keganasan” Ronaldo yang memborong dua gol ke gawang Hongaria. ”Saya akan tampil mati-matian agar ia (Ronaldo) gagal mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” ucap Ginter.
Sementara itu, Pelatih Timnas Jerman Joachim Loew harus berpikir keras untuk mengatasi tumpulnya lini depan timnya. Mereka gagal mengonversi 10 peluang menjadi satu pun gol saat melawan Perancis. Bahkan, Jerman hanya sekali mencatatkan tembakan tepat sasaran ke gawang. Itu menjadi statistik terburuk mereka dalam 13 kali partisipasi di Piala Eropa.
Jerman harus lebih banyak memaksimalkan kecepatan dan kemampuan individu para penyerang sayap muda, seperti Sane, untuk melakukan penetrasi di zona pertahanan Portugal. (Michael Ballack)
Kekalahan 0-1 dari Perancis juga menjadi kekalahan pertama Jerman di laga pembuka Piala Eropa. Hasil itu membuat Jerman dibayangi penampilan buruk di edisi 1984, 2000, dan 2004, yang gugur di fase grup.
Loew masih mengandalkan Serge Gnabry, Thomas Mueller, dan Kai Havertz, sebagai trio penyerang utama pada sesi gim internal saat latihan, kemarin. Padahal, ketiga penyerang itu tampil kurang efektif. Gnabry, yang menciptakan satu-satunya tembakan tepat sasaran ke gawang Perancis, masih menjadi favorit Loew meskipun sempat mengalami masalah otot paha.
Jerman sesungguhnya masih memiliki Timo Werner dan Leroy Sane yang bisa menjadi alternatif di lini depan. Jumlah gol Werner untuk ”Die Mannschaft”, yakni 16 gol, hanya kalah dari Mueller (39 gol) dan Toni Kroos (17 gol) di tim Jerman pada Piala Eropa 2020.
Loew menilai, timnya telah bermain baik dan mendominasi Perancis pada laga sebelumnya. Alasan itulah yang membuatnya tidak akan terlalu banyak mengubah susunan pemain dan taktik permainan timnya. ”Jika bisa lebih tajam di lini depan, kami akan mengalahkan Portugal,” kata Loew.
Michael Ballack, legenda Jerman, berharap Loew mengubah sistem permainan Jerman saat melawan Portugal. Jerman harus lebih banyak memaksimalkan kecepatan dan kemampuan individu para penyerang sayap muda, seperti Sane, untuk melakukan penetrasi di zona pertahanan Portugal. (AFP)