Perancis jadi tim pertama yang mampu mengalahkan Jerman pada laga pembuka Piala Eropa. ”Die Mannschaft” harus puas meraih kekalahan di laga ke-50 tampil di turnamen antarnegara Eropa itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MUENCHEN, RABU — Bermain di rumah sendiri, Allianz Arena, Muenchen, tidak menjamin hasil positif diraih Jerman. ”Die Mannschaft” justru tumbang 0-1 dari Perancis pada laga pembuka Grup F Piala Eropa 2020. Gol bunuh diri bek senior Mats Hummels pada menit ke-20 menggagalkan misi Jerman untuk membalas kekalahan atas ”Les Bleus” di babak semifinal Piala Eropa 2016.
Kekalahan itu sekaligus menunjukkan Jerman berada di titik nadir dalam 49 tahun berkiprah di Piala Eropa. Tumbang dari Perancis itu kekalahan perdana yang diderita Jerman pada pertandingan pertama dalam 13 edisi berpartisipasi di kejuaraan sepak bola antarnegara Eropa itu.
Selain itu, Die Mannschaft terancam mengulangi kegagalan di Piala Dunia 2018 yang tersingkir di fase grup. Tiga tahun lalu, Jerman tumbang pula dengan skor 0-1 dari Meksiko di laga pertama fase grup. Meskipun sempat bangkit dan mengalahkan Swedia di laga kedua, Jerman harus pulang dengan status juru kunci Grup F usai dikalahkan Korea Selatan 1-2 di laga terakhir.
Meskipun kalah, Pelatih Jerman Joachim Loew enggan menyalahkan pemainnya. Menurut Loew, seluruh pemain Die Mannschaft yang tampil di Allianz Arena telah menampilkan permainan terbaik dan berjuang hingga akhir.
”Setelah kemasukan gol kami mampu secara perlahan meningkatkan tekanan kepada mereka (Perancis), tetapi hal itu tidak cukup karena kami gagal menciptakan peluang bersih untuk menciptakan gol. Kami kurang melakukan penetrasi yang dibutuhkan di sepertiga akhir zona pertahanan mereka,” kata Loew seusai laga dilansir Kicker.
Jerman mampu tampil dominan dengan 59 persen waktu penguasaan bola selama 90 menit. Namun, Jerman hanya mampu satu kali mengancam gawang Perancis yang dikawal Hugo Lloris.
Itu merupakan catatan tembakan tepat sasaran terburuk yang pernah diciptakan Jerman di Piala Eropa. Jumlah itu serupa ketika Die Mannschaft kalah 0-1 dari Spanyol di final Piala Eropa 2008.
Adapun laga melawan Perancis itu adalah laga ke-50 Jerman di Piala Eropa. Die Mannschaft adalah tim pertama yang mampu mencapai jumlah laga itu.
Dua kekalahan
Raihan tanpa poin kontra Perancis itu menjadi kekalahan ke-33 Loew selama melatih Jerman dalam 195 pertandingan sejak 2006. Alhasil, Jerman telah menderita dua kekalahan pada tahun ini. Sebelumnya, Die Mannschaft tumbang 1-2 dari Macedonia Utara di kualifikasi Piala Dunia, 1 April lalu.
Michael Ballack, legenda Jerman, mengatakan, penampilan anak asuh Loew tidak cukup untuk menumbangkan tim berkualitas dunia, seperti Perancis. Ia berharap Jerman bisa segera bangkit saat menghadapi Portugal di laga kedua, Sabtu (19/6/2021).
”Performa Jerman cukup baik, tetapi mereka harus meningkatkan penampilan apabila ingin menghadirkan masalah dan mengalahkan tim kuat. Jerman harus melakukan sejumlah peningkatan, terutama dalam penyelesaian akhir,” ujar Ballack, yang pernah mengantarkan Jerman menembus laga puncak Piala Eropa 2008 itu.
Meskipun kalah, Jerman masih bisa bangkit di dua laga selanjutnya menghadapi Portugal dan Hongaria. Dalam sejarah Piala Eropa, sudah ada tim yang kalah di laga pembuka grup tetapi mampu menjadi juara, yaitu Belanda pada edisi 1988.
Ketika meraih gelar Piala Eropa pertama itu, Belanda sempat dikalahkan Uni Soviet 0-1 pada pertandingan pertama Grup 2. Tim ”Oranje” selanjutnya mampu menang di empat laga selanjutnya, yang terdiri dari dua laga penyisihan serta masing-masing satu laga di semifinal dan final, untuk membawa pulang trofi ”Henri Delaunay”. Pada laga puncak, Belanda melakukan balas dendam sempurna dengan menumbangkan Uni Soviet 2-0 berkat gol dari Ruud Gullit dan Marco van Basten.
Tampil efektif
Perancis tampil efektif di Muenchen. Sempat tampil mendominasi dengan zona pertahanan tinggi pada 25 menit awal laga, Les Bleus perlahan menurunkan zona pertahanan ketika telah unggul 1-0 pada menit ke-20.
Hal penting dari laga ini ialah kami mendapatkan tiga poin.
Di babak kedua, Perancis lebih banyak menunggu inisiatif serangan Jerman. Meski begitu, Perancis sempat mendapatkan dua peluang yang diciptakan penyerang muda Kylian Mbappe dan gelandang Adrien Rabiot. Sayang, tembakan Mbappe mampu ditepis kiper Jerman, Manuel Neuer, lalu tendangan Rabiot membentur mistar gawang.
”Hal penting dari laga ini ialah kami mendapatkan tiga poin. Kami menderita, utamanya pada babak kedua, ketika mereka menguasai bola. Namun, kami mampu mengatasi (ancaman) mereka karena bermain sebagai sebuah tim,” kata Lloris.
Gol tunggal yang didapatkan Perancis diawali kecerdikan operan Paul Pogba kepada bek sayap kiri, Lucas Hernandez, yang hadir di sisi kanan pertahanan Jerman. Pogba melakukan trivela atau teknik operan menggunakan sisi luar kakinya sehingga arah bola melintir dan sulit diantisipasi lawan.
Pogba menjadi pemain paling menonjol bagi Perancis di Muenchen. Ia mencatatkan 79 kali menyentuh bola, 52 kali menciptakan operan, dan tiga kali melakukan dribel sukses. Tiga statistik itu yang terbaik di antara pemain Les Bleus lainnya.
”Kami tahu harus meningkatkan level permainan sebagai juara dunia dan bermain di lapangan dengan kerendahan hati. Ketika kami menderita, kami melakukannya bersama, dan ketika menyerang, kami juga melakukannya sebagai tim,” ujar Pogba yang dianugerahi gelar pemain terbaik di laga itu dilansir UEFA. (AFP)