Persaingan tunggal putri tak habis membuat kejutan. Dua petenis putri yang tidak diunggulkan, Barbora Krejcikova dan Anastasia Pavlyuchenkova, akan bertemu di final Perancis Terbuka, final pertmaa mereka di Grand Slam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
PARIS, JUMAT - Tunggal putri Perancis Terbuka 2021 akan dikenang sebagai persaingan yang tak habis akan kejutan. Petenis bintang mundur, unggulan kalah di awal, hingga memunculkan finalis yang tak pernah terprediksi sebelumnya.
Tanpa dominasi petenis tertentu dan konsistensi permainan di tingkat elite, gelar juara tunggal putri Perancis Terbuka akan diperebutkan oleh Anastasia Pavlyuchenkova dan Barbora Krejcikova. Final yang akan berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Sabtu (12/6/2021), menjadi final pertama kedua petenis di ajang Grand Slam.
Pavlyuchenkova, petenis asal Rusia, adalah petenis peringkat ke-32 dunia dengan hasil terbaik sebelumnya enam kali lolos hingga perempat final Grand Slam, sejak 2007. Adapun Krejcikova adalah petenis yang lebih berprestasi pada nomor ganda dengan lima gelar Grand Slam, dari ganda putri dan campuran. Pada nomor tunggal, petenis Ceko itu tak pernah melewati babak keempat.
Pavlyuchenkova sebenarnya menjadi harapan Rusia untuk meneruskan prestasi Svetlana Kuznetsova dan Maria Sharapova di ajang Grand Slam ketika menjuarai Australia Terbuka yunior 2006, pada usia 14 tahun. Dia pun pernah menjadi petenis nomor satu dunia pada kategori itu.
Tetapi, Pavlyuchenkova harus menanti hingga penampilan ke-52 pada babak utama, ditambah empat kali sejak babak kualifikasi Grand Slam, untuk mencapai final. Perjalanan ini lebih panjang dibandingkan penantian Roberta Vinci, yang mencapai final AS Terbuka 2015 dalam penampilan ke-44 di Grand Slam. Dia dikalahkan Flavia Pennetta dalam final sesama pemain Italia itu.
”Banyak keraguan dalam diri saya. Saya bisa mengalahkan petenis 10 besar dunia, mencapai perempat final Grand Slam dan beberapa kali hampir ke semifinal, tetapi tidak pernah terjadi. Hasilnya selalu naik-turun,” komentar petenis berusia 29 tahun itu.
”Saya yang berusia 14 tahun mungkin akan bertanya, ‘Mengapa harus menunggu sangat lama?’” lanjutnya.
Gelar juara Grand Slam sebenarnya diprediksi bisa didapat Pavlyuchenkova pada usia 15 tahun, lalu dua tahun kemudian, dan pada usia 20 tahun. Akhirnya, dia baru bisa mencapainya 15 tahun setelah menjuarai kategori yunior.
Meski tak menduga bisa mencapainya pada tahun ini, Pavlyuchenkova mengatakan, perjalanan di Roland Garros kali ini adalah hasil kerja kerasnya. Dia berusaha meningkatkan level permainan dan bekerja sama dengan psikolog olahraga untuk mewujudkan cita-citanya. ”Tentu tak ada penyesalan dengan semua yang telah saya lakukan,” katanya.
Krejcikova juga mengalami perjalanan mengejutkan bagi dirinya sendiri. Apalagi, setahun lalu, petenis berusia 25 tahun itu tak pernah bisa menembus peringkat 100 besar dunia, tunggal meski pernah menempati puncak peringkat di nomor ganda, pada 2018-2019.
Banyak keraguan dalam diri saya. Saya bisa mengalahkan petenis 10 besar dunia, mencapai perempat final Grand Slam dan beberapa kali hampir ke semifinal, tetapi tidak pernah terjadi. Hasilnya selalu naik-turun.
”Tak terlukiskan bagaimana perasaan saya sekarang. Saya bisa bermain dengan tenang, tidak gugup karena sangat penting untuk menjaga emosi. Saat Ivan Lendl bermain, dia selalu bersikap tenang. Dia bermain dengan tenang dan sukses,” kata Krejcikova, menyebut nama Lendl, mantan petenis putra Ceko yang mengoleksi delapan gelar juara Grand Slam.
Krejcikova juga terinspirasi seniornya, Jana Novotna, yang meninggal karena kanker pada 2017 dalam usia 49 tahun.
”Dia selalu mengatakan agar saya menikmati pertandingan, tak masalah dengan hasil menang atau kalah. Saya hanya harus fokus sejak memasuki lapangan, menikmati, dan bersyukur bisa berada di lapangan. Itu yang selalu dia katakan sejak saya bermain di ITF. Saya rasa, dia bangga melihat saya,” tuturnya.
Tsitsipas ke final
Setelah gagal dalam tiga semifinal, Stefanos Tsitsipas akhirnya merasakan laga perebutan gelar juara Grand Slam. Petenis Yunani itu mendapat tiket final pertamanya setelah mengalahkan Alexander Zverev, 6-3, 6-3, 4-6, 4-6, 6-3, Jumat malam.
Kegagalan Tsitsipas dalam tiga semifinal sebelumnya dialami pada Perancis Terbuka 2020 karena kalah dari Novak Djokovic, Australia Terbuka 2019 (Rafael Nadal), dan Australia Terbuka 2021 (Daniil Medvedev).
Dalam laga yang berlangsung selama 3 jam 37 menit itu, Tsitsipas unggul karena memiliki taktik yang lebih variatif dari dari Zverev. Selain dari baseline, petenis Yunani itu sering mendapat poin ketika mendapat kesempatan ke depan net atau melalui drop shot. Dia juga bisa menguasai lapangan lebih baik.
Pada laga final, Tsitsipas akan berhadapan dengan pemenang laga semifinal antara Djokovic dan Nadal. Laga itu menjadi pertemuan ke-58 dengan keunggulan 29-28 bagi Djokovic. Namun, Nadal unggul 19-7 di tanah liat, termasuk 7-1 di Roland Garros.
Melawan Djokovic, Tsitsipas tertinggal 2-5, termasuk 0-3 di lapangan tanah liat. Kemenangan terakhirnya atas petenis nomor satu dunia itu didapat pada perempat final Shanghai Masters 2019.
Dari Nadal, Tsitsipas juga tertinggal, 2-7, tetapi dia memiliki kemenangan yang bisa membuatnya percaya diri. Petenis berusia 22 tahun itu mengalahkan Nadal semifinal Madrid Masters 2019 dan perempat final Australia Terbuka 2021. Di Melbourne Park, Februari, dia menang setelah kehilangan dua set terlebih dulu. (AFP)