Dominic Thiem, salah satu petenis unggulan, harus mengubur impiannya menjuarai Perancis Terbuka. Dia disingkirkan Pablo Andujar setelah sempat unggul dua set lebih dulu. Drama sebaliknya diperlihatkan Alexander Zverev.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, MINGGU — Grand Slam menjadi panggung yang berbeda bagi petenis tunggal putra dengan format pertandingan best of five sets. Keunggulan atau ketertinggalan dua set tak berarti sebelum salah satu petenis menang tiga set.
Dua finalis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2020, Dominic Thiem dan Alexander Zverev, mengalami nasib berbeda ketika menjalani babak pertama Perancis Terbuka 2021 di Roland Garros, Minggu (30/5/2021) waktu setempat. Juara AS Terbuka, Thiem, tersingkir setelah memenangi dua set pertama, sedangkan Zverev menang setelah kehilangan dua set awal.
Thiem harus mengubur impiannya menjuarai Perancis Terbuka ketika dikalahkan Pablo Andujar, 6-4, 7-5, 3-6, 4-6, 4-6, dalam pertandingan selama 4 jam 28 menit. Andujar adalah petenis Spanyol berusia 35 tahun yang mengalahkan Roger Federer pada babak kedua ATP 250 Geneva, Swiss, pekan lalu.
Hasil itu membuat Thiem tersingkir pada babak awal Perancis Terbuka untuk pertama kalinya sejak menjalani debut pada 2014. Memperlihatkan potensi sebagai petenis spesialis lapangan tanah liat pada awal karier di arena profesional, Thiem menembus semifinal Perancis Terbuka pada 2016 dan 2017. Pada dua tahun beruntun setelah itu, dia selangkah lebih maju dengan tampil di final sebelum dihentikan Rafael Nadal.
Namun, setelah itu, hasil yang didapat petenis peringkat keempat dunia tersebut menurun. Pada Perancis Terbuka 2020, yang mundur dari 24 Mei-7 Juni menjadi 27 September-11 Oktober karena pandemi Covid-19, Thiem tersingkir pada perempat final. Fisiknya tidak cukup bugar untuk bertahan setelah menjuarai AS Terbuka yang berlangsung dua pekan sebelumnya.
Tahun ini, kekalahan yang dialami petenis Austria itu terasa lebih menyesakkan. ”Rasanya sangat berat mengingat sejak 2016 saya selalu melangkah jauh di turnamen ini,” komentar Thiem.
”Saya memang bukan ’Big Three’ yang tak pernah kalah sebelum perempat final. Saya pernah tersingkir pada babak awal sebelumnya. Namun, karena saya tak mengalaminya sejak 2016 di sini, rasanya aneh dan sangat sulit diterima,” lanjut unggulan keempat tersebut.
Faktor lain yang membuat petenis berusia 27 tahun itu semakin menyesal adalah peluang yang besar untuk melangkah ke final. Thiem terpisah dari trio Novak Djokovic, Nadal, dan Federer yang berada pada paruh atas undian. Ketiga senior itu menjadi halangan terbesar semua petenis di ajang Grand Slam.
Undian menempatkan Thiem pada paruh bawah. Pesaingnya pada bagian ini, seperti Zverev dan Stefanos Tsitsipas, memang tak bisa dikatakan lebih mudah untuk dikalahkan. Namun, Thiem setidaknya berpengalaman melaju ke final dalam turnamen yang menuntut kemampuan spesifik seorang petenis ini.
Di lapangan tanah liat dengan format best of five sets, petenis dituntut lebih sabar dan jeli dalam memilih jenis pukulan. Pantulan bola yang pelan membuat ritme pertandingan berjalan lebih lambat dibandingkan di lapangan keras dan rumput.
Permukaan lapangan yang tidak serata lapangan keras juga menjadi tantangan tersendiri karena arah pantulan bola terkadang sulit ditebak. Belum lagi, petenis harus bisa bergerak dengan cara meluncur.
Thiem telah menguasai itu hingga dinilai salah satu pelatih Nadal, Francisco Roig, sebagai kompetitor terberat 13 kali juara Perancis Terbuka itu di Roland Garros. Namun, penampilannya setelah menjuarai AS Terbuka memang menurun.
”Saya tidak mempunyai masalah motivasi. Rasanya sangat luar biasa ketika bisa menjuarai Grand Slam. Akan tetapi, pada saat yang sama, ada perasaan berbeda. Ini menjadi pelajaran berharga dan saya berharap bisa bangkit dengan lebih kuat meski tak tahu kapan momen tersebut akan datang,” tutur Thiem.
Petenis yang dilatih mantan petenis Chile, Nicolas Massu, itu merujuk pada kebangkitan Djokovic setelah terpuruk pada 2017. Seusai melengkapi gelar dari tiga Grand Slam lainnya dengan trofi juara Perancis Terbuka 2016, Djokovic mengakui kehilangan motivasi.
Hasil berbeda didapat (Alexander) Zverev ketika menghadapi sesama petenis Jerman yang lolos dari babak kualifikasi, Oscar Otte.
Momen kebangkitannya terjadi pada Wimbledon 2018 hingga dia juara. Setelah menjuarai Perancis Terbuka 2016, Djokovic pun menambah enam gelar juara di Australia Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka. Sebanyak 18 gelarnya tinggal berselisih dua trofi dengan Federer dan Nadal, petenis yang masing-masing telah mengumpulkan 20 gelar Grand Slam.
Kekalahan seperti Thiem juga dialami unggulan ke-19, Hubert Hurkacz, ketika menghadapi petenis kualifikasi, Botic Van Den Zandschulp. Hurkacz kalah 7-6 (5), 7-6 (4), 2-6, 2-6, 4-6.
Zverev lolos
Hasil berbeda didapat Zverev ketika menghadapi sesama petenis Jerman yang lolos dari babak kualifikasi, Oscar Otte. Meski berlangsung lebih singkat dari laga Thiem-Andujar, Zverev harus menjalani laga lima set untuk mengalahkan Otte, 3-6, 3-6, 6-2, 6-2, 6-0, selama 2 jam 49 menit.
”Ini pertama kali saya menghadapi Oscar hingga kesulitan menemukan ritme permainan. Mulai set ketiga, saya mencoba memukul bola dengan lebih kencang dan dalam (mendekati baseline). Setelah itu, mungkin dia merasa lebih lelah dari saya dan belum terbiasa dengan tekanan seperti ini. Namun, Oscar bermain sangat baik,” komentar Zverev yang ditempatkan sebagai unggulan keenam.
Sebagai petenis alumni ”Next Gen” yang paling cepat berkembang di awal kariernya dan telah meraih tiga gelar juara ATP Masters 1000 di lapangan tanah liat, Zverev masih harus membuktikan diri di Perancis Terbuka. Hasil terbaik petenis berusia 24 tahun itu adalah lolos ke perempat final pada 2018 dan 2019.
Kemenangan lima set juga diraih Kei Nishikori. Petenis Jepang itu mengalahkan Alessandro Gianessi (Italia), 6-4, 6-7 (4), 6-3, 4-6, 6-4, dalam 4 jam 3 menit dan akan menghadapi unggulan ke-23, Karen Khachanov, pada babak kedua.
Sementara kandidat finalis dari paruh bawah undian, Tsitsipas, melangkah ke babak kedua dengan kemenangan straight sets, 7-6 (6), 6-3, 6-1, atas petenis tuan rumah, Jeremy Chardy.
Pada tunggal putri, dua juara Grand Slam harus mengawali langkah dengan kemenangan tiga set. Juara Australia Terbuka 2012 dan 2013, Victoria Azarenka, menang atas juara Perancis Terbuka 2009, Svetlana Kuznetsova, 6-4, 2-6, 6-3. Sementara Petra Kvitova (juara Wimbledon 2011 dan 2014) mengalahkan Greet Minnen (Belgia), 6-7 (3), 7-6 (7), 6-1. (AFP/REUTERS)