Duo veteran Satria Muda Arki Wisnu dan Hardianus Lakudu menjadi pahlawan kemenangan atas tim penuh kejutan West Bandits. Pengalaman juara mereka menjadi pembeda dalam laga tersebut.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak bermain dalam laga kompetitif selama 48 hari ternyata bukan masalah besar untuk tim raksasa Satria Muda Jakarta. Dipimpin dua pemain veteran Arki Wisnu dan Hardianus Lakudu, mereka suskses meredam letupan semangat pasukan kuda hitam West Bandits Solo.
Tim berjuluk ”Pasukan Biru” itu mencuri gim pertama semifinal setelah menang atas West Bandits, 66-58, di Arena BritAma, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Duo pemain kunci mereka, Hardi (17 poin, 4 asis) dan Arki (17 poin, 3 asis) menjadi kontributor terbesar kemenangan.
Hardi dan Arki bermain sangat tenang dalam laga ini. Dengan pengalaman juara pada musim-musim sebelumnya, duo penggawa tim nasional ini bergantian memimpin tim dalam serangan dan bertahan. Hasilnya, Satria Muda mampu tetap unggul nyaris sepanjang pertandingan.
”Ya itulah pengalaman pasti penting dalam situasi seperti ini. Kami sudah tahu suasana playoff itu gimana, itu yang kami bisa bawa ke tim ini. Kan, di tim ini banyak pemain muda baru tampil di playoff. Itu yang kami bantu,” kata Hardi ketika ditanya perannya dan Arki dalam tim, seusai laga.
Berkat kedua pemain yang mengantar Satria Muda juara IBL 2018 ini, skuad asuhan pelatih Milos Pejic ini bisa mengatasi kondisi kekurangan pertandingan akibat jeda kompetisi. Ini merupakan pertandingan kompetitif pertama mereka sejak laga terakhir musim reguler pada 48 hari lalu.
Kata Arki, kekurangan laga kompetiti itu membuat timnya sedikit lengah pada kuarter pertama. Mereka sempat ditahan imbang 16-16 pada akhir kuarter. Kuarter selanjutnya, mereka juga tidak terlalu dominan, hanya unggul tipis 32-31.
Baru setelah paruh pertama, Arki dan rekan-rekan terlihat mulai mampu beradaptasi dengan atmosfer playoff. Mereka langsung unggul jauh 44-34 pada awal kuarter ketiga, dan menutup kuarter dengan keunggulan 51-41. Keunggulan itu membuat Satria Muda tidak bisa lagi dikejar.
”Kami lebih banyak mencari ritme di awal gim ini karena kami tidak punya intensitas setinggi ini sebab terlalu lama jeda. Tidak seperti mereka yang sedang dalam intensitas tinggi dan dapat momentum. Pada gim selanjutnya kami harus lebih cepat lagi, juga bertahan lebih baik. Itu yang akan membuat kami lolos ke final,” ucap Arki.
Kami lebih banyak mencari ritme di awal gim ini karena kami tidak punya intensitas setinggi ini sebab terlalu lama jeda.
Adapun Satria Muda, sebagai pemuncak Divisi Putih, langsung lolos ke semifinal. Mereka tidak seperti West Bandits yang bertanding dulu dalam babak awal playoff, 6 besar. West Bandits sebenarnya lebih diuntungkan karena baru saja berlaga pada Selasa lalu.
Satria Muda hanya butuh satu kemenangan lagi untuk lolos ke final. Mereka akan melangsungkan gim kedua versus West Bandits pada Minggu malam. Sementara itu, West Bandits butuh kemenangan untuk memperpanjang nyawa di playoff.
Point guard West Bandits Widyanta Putra Teja juga tampil apik dalam gim ini. Dia yang pernah merasakan gelar juara bersama Stapac Jakarta memimpin timnya dengan raihan 13 poin dan 9 asis.
Menurut Widy, mereka kalah karena tidak fokus selama 40 menit. ”Ini kesalahan mental. Mungkin banyak pemain kami yang belum punya pengalaman semifinal. Kami harus berbenah dalam laga hidup dan mati nanti,” katanya.
Widy bertekad membalas kekalahan dari rekan tim nasionalnya, Arki dan Hardi. ”Mereka pemain nasional, level mainnya memang seperti ini. Tinggal balik ke kami, mau ngimbangin atau pasrah saja. Bukan cuma mereka, saya kan juga pemain timnas. Gim berikutnya tinggal siapa yang lebih mau, yang akan menang,” tambahnya.
West Bandits sebenarnya punya kesempatan mengejar Satria Muda pada akhir kuarter keempat. Ketika waktu tersisa 2 menit, mereka memperkecil ketinggalan menjadi enam poin, 57-63. Namun, mereka gagal karena akurasi lemparan rendah.
Lemparan tiga poin yang menjadi andalan West Bandits tidak akurat seperti seri sebelumnya. Akurasi mereka hanya mencapai 25 persen, 5 kali masuk dari 20 tembakan. Padahal, mereka belum pernah mencatat akurasi di bawah 30 persen dalam satu laga selama playoff.
Seperti perkiraan sebelumnya, keunggulan tinggi Satria Muda sangat berpengaruh dalam laga ini. Satria Muda mampu mengambil lebih banyak rebound, 45-38. Beberapa di antara rebound itu diambil saat posisi menyerang, yang berubah menjadi kesempatan kedua mencetak poin.
Kami perlu lebih cepat dan agresif lagi dalam bermain. Lebih banyak boxout saat rebound.
Pelatih West Bandits Raoul Miguel Hadinoto berkata, timnya memang kalah dalam ukuran. Namun, mereka sudah punya cara untuk mengatasinya. ”Kami perlu lebih cepat dan agresif lagi dalam bermain. Lebih banyak boxout saat rebound. Tentunya ini harus dilakukan konsisten, tidak bisa seperti hari ini lagi. Kami tidak konsisten menjalankan rencana,” ucapnya.
Di semifinal lain, tim rakasasa Pelita Jaya Jakarta juga mampu menghentikan kejutan kuda hitam Louvre Surabaya, 84-67, pada gim pertama. Pelita Jaya tetap bisa menang meskipun pemain andalan lawan, Jamarr Andre Johsnon, bermain fenomenal, menghasilkan 26 poin, 17 rebound, 6 asis, dan 3 steal.
”Sepanjang permaian kami berusaha main cepat. Itu mungkin yang menyulitkan Louvre. Saya juga kasih kredit untuk anak-anak yang sudah menjaga Jamarr hari ini. Kami kuat dalam bertahan dan rebound juga,” kata kapten Pelita Jaya Andakara Prastawa yang menyumbang 18 poin dan 4 asis.