Windy Cantika Aisah Dipersiapkan Raih Prestasi di Olimpiade Tokyo
PB PABSI segera menyiapkan program untuk lifter 49 kg putri, Windy Cantika Aisah. Cantika diharapkan bisa berprestasi di Olimpiade Tokyo meskipun persaingan akan berat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pasca menjadi juara dunia kelas 49 kilogram putri Kejuaraan Dunia Yunior 2021 di Tashkent, Uzbekistan, Minggu (23/5/2021), Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) segera menyiapkan program khusus untuk lifter muda Windy Cantika Aisah agar bisa berprestasi di Olimpiade Tokyo, 23 Juli-8 Agustus mendatang. Kendati persaingan berat, lifter berusia 18 tahun itu diharapkan bisa membuat kejutan dalam ajang empat tahunan yang tertunda setahun tersebut.
Kami masih ada waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan dia sebelum tampil di Olimpiade. Walau tidak mudah, kami berusaha agar dia bisa medali untuk mempertahankan tradisi medali angkat besi di Olimpiade.
”Sekembali di Jakarta, kami akan susun kembali program untuk Cantika. Kami bakal evaluasi apa saja yang masih kurang dari dia, mulai dari teknik hingga fisik. Kami masih ada waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan dia sebelum tampil di Olimpiade. Walau tidak mudah, kami berusaha agar dia bisa medali untuk mempertahankan tradisi medali angkat besi di Olimpiade,” ujar Manajer Tim Angkat Besi Pura Darmawan saat dihubungi, Senin (24/5/2021).
Pura mengatakan, pasca kasus Covid-19 yang terjadi di pelatnas angkat besi awal tahun ini, PB PABSI langsung menyiapkan program khusus untuk Cantika agar bisa mengunci tiket ke Olimpiade Tokyo. Kendati belum optimal, hasilnya mulai kelihatan ketika lifter kelahiran Bandung, Jawa Barat, 11 Juni 2002 itu meraih perunggu angkatan snatch seberat 87 kilogram dalam Kejuaraan Asia 2020 di Tashkent, Sabtu (17/4).
Hasil program itu benar-benar teruji saat Cantika tampil di Kejuaraan Dunia Yunior 2021. Dia sukses menyabet juara dunia kelas 49 kg dan tiga emas, yakni dari angkatan snatch 86 kg, clean & jerk 105 kg, dan total angkatan 191 kg. Selain mematahkan rekor pribadinya sekaligus rekor dunia remaja dengan total angkatan 190 kg (snatch 86 kg dan clean & jerk 104 kg) kala meraih emas SEA Games 2019 Filipina, hasil ini membuatnya mengukuhkan tiket ke Olimpiade Tokyo.
Akan tetapi, PB PABSI belum berpuas diri. Mereka segera menyiapan program lain yang dibuat khusus untuk mengantarkan Cantika meraih prestasi di Olimpiade. ”Nanti Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI meliputi tim pelatih, psikolog, hingga ahli gizi melakukan analisa mengenai kelemahan Cantika. Hasil analisa itu menjadi rujukan membuat program baru yang sesuai kebutuhan untuk mendapatkan medali Olimpiade,” kata Pura.
Merujuk Olimpiade Rio de Janeiro 2016, saat itu kelas 49 kilogram putri tidak dipertandingakan melainkan kelas 48 kilogram. Para peraih medalinya, yakni emas direbut lifter Thailand Sopita Tanasan dengan total angkatan 200 kg (snatch 92 kg dan clean & jerk 108 kg), perak didapat lifter Indonesia Sri Wahyuni Agustiani dengan total angkatan 192 kg (snatch 85 kg dan clean & jerk 107 kg), dan perunggu diraih lifter Jepang Hiromi Miyake dengan total angkatan 188 kg (snatch 81 kg dan clean & jerk 107 kg).
Cantika berada di peringkat delapan dunia kelas 49 kg putri. Tujuh lifter lain yang berada di atas Cantika memiliki rekor total angkatan melampaui rekornya, seperti lifter China Zhihui Hou dengan total angkatan 213 kg, lifter Korea Utara Song Gum Ri dengan total angkatan 209 kg, dan lifter India Chanu Saikhom Mirabai dengan total angkatan 205 kg.
”Persaingan memang berat. Agar Cantika berprestasi di Olimpiade Tokyo, kami perlu bekerja keras. Apalagi dia baru ditargetkan muncul (berprestasi) di Olimpiade Paris 2024. Akan tetapi, kami tetap usaha supaya dia bisa mencapai puncak performa (merebut prestasi) di Olimpiade kali ini,” tutur Pura.
Perlu ditiru
Terlepas dari itu, prestasi Cantika menjadi secercah harapan bahwa prestasi angkat besi Indonesia bisa terus berlanjut, termasuk raihan medali yang tidak pernah putus di Olimpiade dari edisi Sydney 2000, Athena 2004, Beijing 2008, London 2012, sampai Rio de Janeiro 2016. Dia boleh jadi sebagai tonggak era baru angkat besi nasional setelah era Lisa Rumbewas 2000-2008 dan Eko Yuli Irawan 2008-sekarang.
Pura menuturkan, kehadiran Cantika adalah buah pembinaan usia dini yang dilakukan PB PABSI sejak beberapa tahun lalu. Para atlet muda sudah disiapkan sejak lama yang diawali sebagai pelapis para seniornya sampai akhirnya diberi kesempatan menjadi yang utama.
Bahkan, saat ini, PB PABSI telah menyiapkan 3-4 atlet lebih muda untuk melapisi Cantika dan kawan-kawan agar nanti regenerasi terus berlanjut. ”Semoga apa yang kami lakukan ini terus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan menjadi inspirasi untuk cabang-cabang lain,” ujarnya.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyampaikan, selain angkat besi, bulu tangkis juga menjadi contoh cabang yang sukses melakukan regenerasi prestasi dan berani mempercayai atlet muda tampil di kejuaraan internasional. Baru-baru ini, para pebulutangkis muda Indonesia berhasil membawa pulang empat gelar juara dan dua runner up dari Spanyol Master 2021 di Huelva, Spanyol, 18-23 Mei.
Kemenpora sangat mengapresiasi kinerja pengurus cabang angkat besi dan bulu tangkis untuk menjaga prestasi internasional secara berkelanjutan lewat pola pembinaan berjenjang dari usia muda, madya, sampai utama. Mereka pun tidak segan mengirim atlet muda yang kompeten untuk tampil di ajang-ajang prestisius, mulai dari multi cabang sampai kejuaraan dunia.
Pola semacam itu sepatutnya ditiru oleh semua cabang olahraga lain di Indonesia, terutama 12 cabang lain yang menjadi bagian 14 cabang prioritas di Tanah Air. Apalagi Kemenpora sudah mencanangkan Olimpiade sebagai target prestasi utama, sedangkan SEA Games dan Asian Games hanya target prestasi antara.
Untuk mencapai itu, pembinaan usia muda perlu dikedepankan. Tujuannya, supaya program jangka panjang bisa berjalan dan prestasi yang diraih memang berdasarkan rencana bukan kebetulan. ”Kami sudah memulainya pada SEA Games 2019. Sebanyak 60 persen atlet muda tampil di gelaran itu. Hasilnya, tidak mengecewakan. Mereka mampu membawa Indonesia memperbaiki prestasi dari SEA Games 2017 Malaysia ke 2019. Artinya, kalau dipercaya, atlet-atlet muda itu punya potensi untuk bersaing,” pungkas Gatot.