Manchester City membawa misi besar ketika bertemu Chelsea di Liga Inggris, Sabtu ini. Selain menargetkan berpesta juara liga di kandang, mereka juga berharap membawa tren positif jelang final Liga Champions.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa ini seakan menggambarkan misi Manchester City dalam laga kontra Chelsea pada Liga Inggris pekan ini. ”The Citizens” membawa misi juara liga domestik sekaligus mencari pijakan jelang final Liga Champions.
City dan Chelsea baru saja memastikan langkah ke partai puncak Liga Champions pada laga semifinal tengah pekan kemarin. City menumbangkan finalis musim lalu, Paris Saint-Germain, sementara Chelsea memulangkan raksasa Spanyol, Real Madrid.
Tak menunggu lama, kedua tim papan atas Inggris ini akan saling bertemu pada pekan ke-35 liga domestik di Stadion Etihad, Sabtu (8/5/2021) pukul 23.30 WIB. Laga tersebut akan menjadi pemanasan mereka sebelum partai perebutan trofi ”Si Kuping Lebar” di Istanbul pada 29 Mei.
Bagi City, laga nanti bermakna ganda. Skuad asuhan manajer Josep Guardiola ini bisa merayakan gelar juara Liga Inggris di markas kebanggaan jika menang atas Chelsea. Mereka hanya butuh satu kemenangan lagi untuk menyegel trofi musim ini.
Saya selalu berkata, Liga Inggris adalah gelar paling penting. Sekarang kami hanya perlu dua poin lagi, satu kemenangan, untuk bisa juara. Kami harus menang. Nasib itu akan bergantung pada kami. Jika menang, semua berakhir.
”Saya selalu berkata, Liga Inggris adalah gelar paling penting. Sekarang kami hanya perlu dua poin lagi, satu kemenangan, untuk bisa juara. Kami harus menang. Nasib itu akan bergantung pada kami. Jika menang, semua berakhir,” kata Guardiola dalam konferensi pers pada Jumat malam.
Saat bersamaan, The Citizens juga butuh modal lebih jelang laga final. Mereka kalah dalam pertemuan terakhir dari Chelsea di semifinal Piala FA, 0-1, April lalu. Andai kalah lagi, beban di pundak Kevin de Bruyne dan rekan-rekan pasti akan semakin berat.
Menurut Guardiola, tiga pekan ke depan sangat krusial. Skuad asuhannya perlu memberikan segalanya, termasuk melawan Chelsea. Sang manajer ingin skuadnya menjaga momentum dan konsistensi penampilan. ”Saya belum tahu siapa yang akan tampil dan seperti apa. Intinya semua harus siap mulai sekarang hingga beberapa pekan ke depan,” tambahnya.
Guardiola punya pekerjaan berat. Dia harus segera mencari jawaban untuk menembus sistem pertahanan kokoh Chelsea yang dipimpin gelandang penjelajah N’Golo Kante. Di bawah Thomas Tuchel, ”The Blues” sejauh ini tidak terkalahkan ketika menghadapi laga-laga besar.
Tuchel bersama Chelsea sudah menaklukkan beberapa manajer hebat, seperti Guardiola, Zinedine Zidane (Madrid), Juergen Klopp (Liverpool), Carlo Ancelotti (Everton), dan Diego Simeone (Atletico Madrid). Seluruh pertemuan itu berakhir menang tanpa satu gol pun bersarang di gawang Chelsea.
Dalam pertemuan terakhir mereka, City lebih dominan menguasai bola, 55 persen. Namun, dominasi itu ternyata tidak berpengaruh terhadap hasil akhir. Chelsea yang lebih banyak mengandalkan serangan balik justru menang.
Menguasai bola lebih banyak ketika melawan Chelsea terbukti bukan sebuah keuntungan. Skuad The Blues saat ini semakin mendalami cara bermain pragmatis. Buktinya, mereka menang atas Real Madrid meskipun hanya menguasai bola sebanyak 32 persen.
Di titik ini, Guardiola punya kesempatan untuk bereksperimen. Dia bisa sedikit mengubah gaya main untuk tidak terlalu dominan menguasai bola, seperti ketika laga kedua melawan PSG. Saat itu, City hanya menguasai bola sebanyak 44 persen, tetapi mereka mampu menang lewat serangan balik, 2-0.
Tim terbaik Eropa
Michael Owen, mantan striker top Liga Inggris, menilai, City merupakan tim terbaik di Eropa saat ini. Tim asuhan Guardiola memiliki skuad lengkap dari kiper hingga striker berkualitas dunia. Sementara itu, pemain di bangku cadangan mereka juga punya kualitas di atas rata-rata.
Namun, Owen mengingatkan, laga final nanti hanya ditentukan oleh satu laga. Karena itu, pemilihan strategi masing-masing manajer akan sangat krusial untuk menentukan siapa pemenang dalam partai puncak. Laga pekan ini pun dinilai paling tepat sebagai wadah eksperimen kedua manajer.
”Ini akan sangat memesona, pertarungan taktik di antara dua pemikir terhebat dalam sepak bola. Semuanya akan sulit ditebak. City diunggulkan, tetapi Chelsea punya segala alat untuk membuat lawannya terluka, seperti yang sudah kita lihat di semifinal Piala FA,” sebut Owen.
Di sisi lain, Tuchel terlihat lebih santai jelang laga akhir pekan ini. Dia meyakini, City hanyalah satu pertandingan yang akan dihadapi sebelum menjalani final Liga Champions.
Manajer asal Jerman ini memilih tidak menjadikan laga nanti sebagai cermin final nanti. ”Ini masih sangat awal untuk diperkirakan. Nanti bisa saja ada pemain cedera, pemain yang menurun performanya, dan segalanya bisa terjadi. Kami harus menunggu lebih lama dan melihat kondisinya nanti,” tuturnya.
Tuchel dan Guardiola akan menjalani pertemuan ke-7 sepanjang karier melatih mereka. Dalam sejarah pertemuan itu, Tuchel hanya mampu menang sekali, ketika di Chelsea. Sementara itu, Guardiola menang empat kali ketika keduanya masih menukangi tim Liga Jerman. (AP/REUTERS)