Manchester United menampilkan dua performa berbeda dalam dua babak pada laga pertama semifinal Liga Europa. Kemenangan 6-2 atas AS Roma mendekatkan MU ke partai final pertama bersama Ole Gunnar Solskjaer.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Performa Manchester United dalam laga pertama semifinal Liga Europa melawan AS Roma di Stadion Old Trafford, Jumat (30/4/2021), ibarat dua sisi mata uang. Skuad ”Setan Merah” tampil melempem dan tertinggal 1-2 pada babak pertama. Namun, pada babak kedua, MU menggila dengan mencetak lima gol untuk mengunci kemenangan mutlak 6-2.
Keberhasilan MU membalikkan ketertinggalan pada babak kedua sesungguhnya bukan sebuah hal yang mengejutkan. Pada paruh kedua musim ini, MU memang selalu tampil jauh lebih baik saat laga memasuki babak kedua. Tercatat dari 31 gol terakhir MU di semua ajang sejak pertengahan Februari lalu, sebanyak 24 di antaranya dibuat setelah turun minum.
Gelandang MU, Paul Pogba, seusai laga menuturkan, timnya bermain buruk pada babak pertama setelah sempat unggul lebih dulu lewat sepakan Bruno Fernandes pada menit ke-9. Pogba menambahkan, timnya membuat dua kesalahan yang harus dibayar mahal dengan dua gol yang diciptakan tim tamu.
Adapun dua gol Roma yang diciptakan oleh eksekusi penalti sang kapten, Lorenzo Pellegrini, pada menit ke-15 berawal dari handball yang dilakukan Pogba saat hendak menghalau umpan silang dari pemain sayap Roma. Kemudian, giliran bek sayap kiri MU, Luke Shaw, yang telat maju untuk membuat perangkap offside. Akibatnya, Pellegrini bisa bergerak bebas di kotak penalti, kemudian memberikan asis untuk gol Edin Dzeko pada menit ke-33.
”Saat masa turun minum, kami berkata, ’Ayo, lakukan hal yang benar dan lakukan (permainan) yang sederhana’. Hal itu memotivasi kamu untuk bermain lebih baik dan mencetak gol sebanyak-banyaknya,” ujar Pogba menceritakan rahasia kebangkitan MU itu, seperti dikutip UEFA.com.
Lebih akurat
Tekad para pemain MU pada babak kedua memang membuahkan hasil. Akurasi MU dalam menciptakan peluang menjadi jauh lebih baik. Pada babak kedua, MU mencatatkan delapan tembakan mengarah ke gawang dari 12 kali percobaan atau mencatatkan 66,7 persen akurasi tembakan tepat sasaran.
Adapun pada babak pertama akurasi tembakan pemain MU hanya 37,5 persen karena hanya tiga kali tepat sasaran dari delapan kali percobaan. Secara total, MU melakukan 20 tembakan, sedangkan Roma hanya mencatatkan 5 tembakan selama dua babak di Old Trafford.
Selain itu, kreasi umpan kunci pemain MU juga jauh lebih baik pada babak kedua. Tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer itu membuat 13 umpan kunci pada babak kedua dari total 16 umpan kunci dalam laga itu. Jumlah itu tentu amat jauh dari total umpan kunci Roma yang hanya berjumlah lima.
Dengan catatan itu, tentu tidak mengherankan MU mampu mencetak lima gol pada babak kedua. Kelima gol itu diciptakan oleh Edinson Cavani yang menciptakan gol pada menit ke-48 dan ke-64, kemudian eksekusi penalti Bruno Fernandes pada menit ke-71. Lalu, Pogba mencetak gol melalui sundulan pada menit ke-75. Striker muda Mason Greenwood tidak ketinggalan berkontribusi dalam pesta gol itu dengan menaklukan kiper Roma saat waktu normal tersisa empat menit.
MU akhirnya mampu mencetak enam gol dalam satu laga di kompetisi antarklub Eropa. Rekor itu sebelumnya tercipta saat MU juga menghadapi AS Roma pada babak perempat final Liga Champions musim 2006-2007.
”Penampilan babak kedua MU sensasional. Kombinasi umpan dan pergerakan pemain sangat mematikan. Bagi saya, MU sudah menginjakkan satu kaki di final,” kata legenda MU, Paul Scholes, dalam acara “Match of the Day” di BT Sport.
[embed]https://youtu.be/iyAYg1j7CQc[/embed]
Meski begitu, Fernandes menganggap pekerjaan MU pada babak semifinal belum usai. ”Keunggulan empat gol pastinya membuat kami berada di posisi yang diuntungkan, tetapi saya enggan membahas tentang fase selanjutnya. Babak semifinal belum usai. Jadi, kami harus bisa memaksimalkan keuntungan ini pada laga kedua,” kata Fernandes yang menciptakan dua gol dan dua asis dalam laga itu.
Setelah 14 musim berlalu, MU akhirnya mampu mencetak enam gol dalam satu laga di kompetisi antarklub Eropa. Rekor itu sebelumnya tercipta saat MU juga menghadapi AS Roma pada babak perempat final Liga Champions musim 2006-2007. Kala itu, Setan Merah mengandaskan Roma, 7-1, di Old Trafford.
Laga kedua akan berlangsung di Stadion Olimpico, Roma, Italia, pekan depan. MU hanya butuh hasil imbang atau menderita kekalahan dengan selisih tiga gol untuk melaju ke partai final perdana pada era Solskjaer. Musim sebelumnya, manajer asal Norwegia itu telah mengantarkan MU menembus babak semifinal di tiga ajang berbeda dalam dua musim terakhir, tetapi tidak pernah meraih kemenangan.
Selain menderita kekalahan, Roma juga pulang ke Italia dengan tambahan tiga pemain cedera. Pelatih AS Roma Paulo Fonseca dipusingkan karena harus melakukan tiga pergantian hanya dalam kurun waktu 32 menit pada babak pertama.
Ketiga pemain itu ialah gelandang Jordan Veretout, kiper Pau Lopez, dan bek sayap kiri Leonardo Spinazzola. Kehilangan ketiga pemain itu amat terasa menurunkan kualitas permainan “Si Serigala” pada babak kedua. Mereka pun gagal mempertahankan keunggulan.
”Sangat sulit menjelaskan apa yang terjadi ketika sebuah tim tampil sangat baik pada babak pertama, kemudian menghilang pada babak kedua. Sulit pula bagi kami untuk menghadapi penampilan MU pada babak kedua ketika tidak lagi memiliki kesempatan melakukan pergantian pemain yang dibutuhkan demi menyegarkan skuad,” kata Fonseca.
Arsenal tumbang
Sementara itu, pada laga semifinal lainnya, Arsenal tumbang 1-2 dari Villarreal di Stadion de la Ceramica, Spanyol. Meskipun kalah, ”Si Meriam” memiliki modal satu gol tandang sehingga hanya butuh kemenangan minimal 1-0 saat ganti menjamu Villarreal di Stadion Emirates, pekan depan.
”Kami mencetak gol tandang yang penting. Kami percaya bisa melaju ke final karena akan bermain di kandang dan memiliki pemain berkualitas,” ujat pencetak gol tunggal Arsenal, Nicolas Pepe.