“Setan Merah” Mencuri dalam Senyap, Mourinho Dipecat
Manchester United membuka lebar jalur persaingan gelar juara Liga Inggris berkat lima kemenangan beruntun. MU kini ingin menjalankan misi balas dendam satu dekade silam atas rival sekaligus tetangganya, Manchester City.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN - Perburuan gelar juara Liga Inggris musim ini sama sekali belum berakhir. Pemuncak klasemen sementara, Manchester City, memang unggul cukup jauh dengan delapan laga tersisa. Namun, tim tetangganya, Manchester United, perlahan mulai mencuri momentum lewat tren positif.
MU mencatatkan lima kemenangan beruntun setelah menaklukkan Burnley, 3-1, di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (18/4/2021) malam WIB. Dengan hasil positif itu, ”Setan Merah” kini hanya terpaut delapan poin dari City. Adapun Liga Inggris musim 2020-2021 masih menyisakan enam pekan laga.
Walaupun terpaut poin cukup jauh, sekitar tiga kemenangan, kans MU meraih gelar juara masih besar. Peluang itu jauh lebih baik dibandingkan pada pekan ke-27 lalu. Kala itu, MU asuhan manajer Ole Gunnar Solskjaer tertinggal 14 poin dari sang pemuncak klasemen, City.
MU pun kini seakan mengalami deja vu musim 2011-2012. Bedanya, saat itu, MU unggul delapan poin atas City pada pekan ke-32. Namun, di luar dugaan, justru City yang keluar sebagai juara Liga Inggris lewat gol penentu dari Sergio Aguero di laga terakhir musim tersebut.
Sejarah tersebut membuktikan, peluang MU menuju gelar liga ke-21 sama sekali belum tertutup. ”Mungkinkah mengejar City? Memang tidak realistis, tetapi banyak hal aneh terjadi di sepak bola. Kami hanya perlu melakukan tugas kami dengan benar dan melihat apa yang terjadi nanti,” kata Solskjaer tentang peluang timnya meraih gelar juara.
Meningkat drastis
Momentum pengejaran itu bermula saat MU menaklukkan City, 2-0, pada awal Maret lalu. Sejak itu, kepercayaan diri Bruno Fernandes dan rekan-rekannya meningkat drastis. Mereka selalu mengantongi tiga poin dalam empat laga berikutnya di Liga Inggris.
Performa menanjak MU itu tidak terlepas dari kembalinya gelandang bintang mereka, Paul Pogba, dari cedera. Selain itu, penyerang muda Mason Greenwood juga mulai kembali menemukan performa terbaiknya, seperti yang pernah diperlihatkannya pada musim lalu.
Di lain pihak, rivalnya, ”The Citizens” justru mengalami penurunan performa. Mereka mulai kesulitan menjalani empat ajang bersamaan. Hasilnya, City pun kalah dua kali dalam lima laga terakhir. Jumlah kekalahan itu sama dengan yang mereka derita sepanjang 27 laga awal mereka pada musim ini.
Teranyar, City kembali takluk dari Chelsea pada laga semifinal Piala FA. Rentetan kekalahan ini membuktikan, City bukan lagi tim yang tidak tersentuh, seperti yang terjadi pada paruh pertama musim ini.
”Mulai saat ini, semua pertandingan sangat penting untuk MU. Kami harus memenangi semua laga tersisa. Kami harus fokus terhadap diri sendiri dulu karena kami punya jadwal berat dalam laga-laga tersisa,” ungkap Solskjaer kemudian.
Secara matematis, ”Setan Merah” juga sangat mungkin mengejar City jika tren dalam lima laga terakhir kedua tim itu terus berlanjut. Dalam tren itu, MU mencatatkan rata-rata 3 poin setiap laga, sedangkan City hanya 1,8 poin.
Jika tren itu berlanjut, MU bisa menambah 24 poin dalam delapan laga tersisa, sementara City hanya akan menambah sekitar 14 poin. Artinya, MU bisa memangkas ketertinggalan delapan poin tersebut sekaligus menjadi juara. Namun, semua hitung-hitungan itu akan ditentukan di lapangan, nantinya.
Kedua tim Manchester itu punya jadwal yang cukup sulit. MU masih harus berhadapan dengan dua tim papan atas, Leicester City dan Liverpool. Sementara City masih harus menghadapi Chelsea dan Everton dalam enam laga tersisa.
Dalam final yang akan digelar di Stadion Wembley, London, Minggu (25/4) mendatang, Spurs tidak akan dipimpin manajernya, Jose Mourinho. Ia telah dipecat, kemarin.
Manajer Manchester City Pep Guardiola berkata, dua kekalahan dalam sepekan terakhir, yaitu dari Leeds United di Liga Inggris dan Chelsea di Piala FA, tidak terlepas dari faktor kelelahan dan rotasi pemain. Mereka mulai kesulitan karena menghadapi jadwal yang sangat padat dengan berada di fase akhir Piala FA, Piala Liga, dan Liga Champions Eropa, sekaligus.
”Apa yang bisa saya katakan? Kami hanya punya waktu dua setengah hari untuk pemulihan (jelang setiap laga). Kemudian, kami harus bermain tandang dan naik kereta lagi sekitar tiga jam,” ujarnya setelah timnya dikalahkan Chelsea.
Walaupun begitu, manajer asal Spanyol itu percaya para pemainnya bisa bangkit pada sisa musim ini. ”Setelah 27 kemenangan dalam 29 laga, jika saya tidak percaya pada para pemain, itu adalah hal yang gila. Dalam 10 bulan terakhir, mereka bertarung di setiap laga seperti sesuatu hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” ujar Guardiola.
Mourinho lengser
Terlepas dari persaingan gelar juara liga, City berpotensi menyegel trofi pertamanya musim ini pada akhir pekan nanti. Mereka akan menghadapi Tottenham Hospur di final Piala Liga Inggris. Dalam final yang akan digelar di Stadion Wembley, London, Minggu (25/4) itu, Spurs tidak akan dipimpin manajernya, Jose Mourinho.
Pria berjuluk ”Si Spesial” yang berjasa mengantarkan Spurs meraih final Piala Liga itu dipecat Spurs, Senin. Posisinya untuk sementara akan ditempati Ryan Mason, mantan bintang Spurs yang sempat memegang akademi klub itu.
Lengsernya Mourinho tidak terlepas dari rentetan hasil huruk tim ”Lili Putih” di Liga Inggris musim ini. Spurs menelan 10 kekalahan di Liga Inggris pada musim ini. Mereka pun kini tertahan di peringkat ketujuh. Musim lalu, Mourinho hanya mampu membawa Spurs finis di peringkat keenam Liga Inggris.
”Dalam hal hubungan personal, saya menikmati bekerja dengannya (Mourinho). Sangatlah disayangkan hal-hal yang kami bayangkan sebelumnya tidak bisa tercapai,” ujar CEO Tottenham Hotspur Daniel Levy dalam keterangan resminya, kemarin. (AP/BBC/Reuters)