Trofi Liga Europa akan menjadi pelipur dari rasa kecewa skuad Manchester United yang kembali gagal berprestasi di kompetisi domestik. Laga pertama di Old Trafford akan menentukan bagi ambisi MU untuk menembus final.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, RABU — Laga pertama semifinal Liga Europa melawan AS Roma di Stadion Old Trafford, Jumat (30/4/2021) pukul 02.00 WIB, tidak ingin disia-siakan oleh Manchester United. Kemenangan di kandang sendiri akan memuluskan ambisi ”Setan Merah” untuk meraih trofi pertama sejak musim 2016-2017.
Setelah mengalami performa naik-turun selama musim ini, Manchester United menemukan konsistensi sejak Februari lalu. Bruno Fernandes dan kawan-kawan tidak terkalahkan dalam 13 laga di Liga Inggris sehingga mampu bertahan di posisi kedua dan membuka peluang meraih tiket ke Liga Champions musim depan.
Meski terus membayangi Manchester City di puncak klasemen, sejatinya peluang MU untuk menjadi juara Liga Inggris sudah menipis. Harapan MU untuk membawa pulang trofi di Piala FA juga kandas setelah tumbang dari Leicester City pada babak perempat final, 22 Maret.
Harapan MU untuk menutup musim ini dengan trofi hanya tersisa di ajang Liga Europa. Setelah tersingkir dari fase grup Liga Champions dan tampil di babak 32 besar Liga Europa, ”Setan Merah” belum terkalahkan. Dari enam pertandingan yang telah dijalani, MU mengemas empat kemenangan dan dua hasil imbang.
Namun, dua hasil imbang itu justru diperoleh di kandang. Dari tiga laga di fase gugur Liga Europa musim ini, ”Setan Merah” hanya bisa menang atas Granada di babak 8 besar. Pada dua duel di Old Trafford sebelumnya, MU ditahan imbang Real Sociedad dan AC Milan.
Oleh karena itu, gelandang andalan MU, Paul Pogba, menilai, timnya harus tampil lebih baik daripada penampilan pada tiga babak sebelumnya. Kemenangan pada laga pertama amat dibutuhkan untuk memuluskan jalan MU mengulangi prestasi empat musim lalu ketika meraih trofi Liga Europa.
”Kami mulai kompetisi ini dengan mentalitas kemenangan dan berambisi mengangkat trofi, tetapi hal yang sama dimiliki Roma. Kami harus menunjukkan hasrat lebih besar untuk meraih kemenangan pada dua laga semifinal,” ujar anggota timnas Perancis juara Piala Dunia 2018 itu kepada UEFA.com.
Meskipun belum mampu mengakhiri puasa gelar di kancah domestik, meraih trofi Liga Europa akan menjadi pelipur lara bagi perjalanan MU pada musim ini. Ia pun yakin MU punya skuad yang mumpuni untuk menjadi yang terbaik di kompetisi kelas dua di Eropa itu.
”Saya masih mengingat jelas gelar Liga Europa 2017 adalah trofi yang terakhir kali kami menangkan. Tanpa mengesampingkan hasil di kompetisi domestik, raihan gelar Liga Europa membuktikan kami telah menjalani musim yang baik,” ucap Pogba, yang kembali bergabung ke MU dari Juventus tahun 2016.
Hal serupa disampaikan Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer. Menurut dia, ”Si Serigala” adalah lawan yang setara. ”Kami telah membuktikan mampu mendapatkan hasil baik ketika melawan tim Italia. Kami berharap menembus final karena musim ini akan terasa luar biasa apabila diakhiri dengan raihan trofi,” kata Solskjaer. Musim lalu, MU kandas di babak semifinal setelah tumbang dari Sevilla, sang juara.
Sementara itu, Edin Dzeko, penyerang Roma, mengakui bahwa MU lebih difavoritkan dibandingkan dengan timnya untuk maju ke final. Namun, Dzeko menekankan, skuad Si Serigala tidak akan gentar karena semua tim tersisa di babak semifinal punya kualitas setara.
Kami mulai kompetisi ini dengan mentalitas kemenangan dan berambisi mengangkat trofi, tetapi hal yang sama dimiliki Roma. Kami harus menunjukkan hasrat lebih besar untuk meraih kemenangan di dua laga semifinal.
Selain itu, Roma juga punya bekal bagus jelang lawatan ke Old Trafford. Dari tiga laga tandang di fase gugur Liga Europa edisi 2020-2021, Si Serigala selalu berhasil membawa pulang kemenangan dari tiga lawan yang tidak bisa dianggap sebelah mata, yaitu Braga, Shakhtar Donetsk, dan Ajax Amsterdam.
”Lawan kami (MU) adalah tim terkuat yang tersisa di Liga Europa saat ini dan merupakan salah satu tim terkuat di Eropa dalam dua dekade terakhir. Laga tentu tidak akan mudah, tetapi kami tidak takut karena segalanya mungkin terjadi,” ujar Dzeko, yang telah menyumbangkan empat gol di Liga Europa musim ini.
Nostalgia
Laga lain semifinal Liga Europa akan menjadi ajang nostalgia bagi Pelatih Villarreal Unai Emery. Sebelum menangani Villareal, Emery menangani Arsenal, calon lawan di semifinal, dalam musim 2018-2019. Pada laga pertama, Villarreal akan terelebih dulu menjamu Arsenal di Spanyol.
Emery juga menjadi pelatih terakhir yang membawa Arsenal menembus laga final kompetisi antarklub Eropa pada Liga Europa 2019. Sayangnya, ”Si Gudang Peluru” kalah telak 1-4 dari sesama tim asal Inggris, Chelsea.
Oleh karena itu, pelatih asal Spanyol tersebut mengakui dirinya masih merasakan ikatan besar dengan Arsenal. Namun, Emery menegaskan komitmennya untuk membawa Villarreal menembus final Liga Europa pertama dalam sejarah klub. Sebelumnya, tim berjuluk ”Kapal Selam Kuning” itu telah tiga kali melaju hingga semifinal Liga Europa, pada musim 2003-2004, 2010-2011, dan 2015-2016.
”Saya ingin menang demi diri saya sendiri dan untuk Villarreal. Saya memiliki insting kompetitif yang membuat saya ingin mempersembahkan hasil terbaik bagi klub yang saya tangani,” kata Emery, yang telah merasakan tiga kali meraih trofi Liga Europa saat menangani tim Spanyol lainnya, Sevilla.
Adapun Manajer Arsenal Mikel Arteta akan mewaspadai fleksibilitas taktik yang dimiliki Villarreal. Pengalaman Emery di Liga Europa juga menjadi hal yang harus diwaspadai Arteta apabila ingin menembus laga final perdana di kompetisi antarklub Eropa sebagai seorang manajer.
”Villarreal bisa mengubah taktik saat pertandingan berlangsung, hal itu yang menjadi kelebihan mereka. Namun, kami telah siap dan tidak sabar untuk menghadapi laga pertama semifinal,” ujar Arteta. (AFP)